Sebagai negara dengan kekayaan hayati dan keanekaragaman jenis fauna yang tinggi di dunia, Indonesia rentan terhadap ancaman penyakit bersumber binatang atau zoonosis. Interaksi antara manusia, hewan, dan lingkungan hidup menjadi salah satu faktor munculnya penyakit infeksi baru (emerging infectious disease).
Dalam 11 tahun terakhir, sebanyak 167 orang meninggal karena flu burung dari 199 orang yang tertular virus H5N1. Kasus itu tersebar di 15 provinsi dan 58 kabupaten atau kota.
–Petugas berada di laboratorium virologi dan BSL3, laboratorium Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan di Jakarta, Kamis (14/8/2014). Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan memiliki 10 laboratorium yang telah mendapat akreditasi darn laboratorium rujukan WHO untuk penyakit polio, campak, pemeriksaan specimen flu burung dan demam berdarah.–Kompas/Raditya Helabumi
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kesehatan lingkungan berpengaruh pada kesehatan manusia dan hewan khususnya satwa liar. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan setiap tahun lebih dari 12 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat lingkungan yang tidak sehat,” kata Indra Eksploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/6/2018).
–Tim Gabungan dari Balai Besar Penelitian Veteriner Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kota Bandar Lampung mengambil sample dari seekor ayam di rumah warga di Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung, Senin (23/1/2017). Hal ini guna menindaklanjuti dugaan penyebaran flu burung di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung.–Kompas/Angger Putranto
Salah satu kondisi yang meningkatkan risiko munculnya penyakit zoonosis adalah alih fungsi lahan hutan menjadi pemukiman atau perkebunan. Hal ini menyebabkan interaksi antara satwa liar dengan manusia serta ternak akan semakin tinggi.
Padahal, berbagai literatur menyatakan reservoir penyakit zoonosis paling tinggi ada di satwa liar seperti burung migran, kelelawar, monyet ekor panjang, dan tikus. (ADH)
Sumber: Kompas, 8 Juni 2018