Megawati Soekarnoputri dan Cita-citanya Menjadi Peneliti

- Editor

Kamis, 17 Mei 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dibesarkan dalam lingkungan politik, Megawati Soekarnoputri (71) pernah bercita-cita menjadi peneliti pertanian pada masa mudanya. Megawati sampai harus berdiskusi dengan ayahandanya, presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno, yang juga alumnus Technische Hoogeschool te Bandoeng atau yang sekarang dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung.

”Saya harus berdiskusi tiga hari tiga malam dengan Bapak (Soekarno) ketika menyatakan keinginan menjadi insinyur pertanian hingga akhirnya masuk Universitas Padjadjaran. Tapi karena situasi politik, saya tidak dapat melanjutkan kuliah. Pak Habibie beruntung dikirim oleh ayah saya untuk sekolah keluar negeri dan dapat pulang kembali. Ada ribuan anak muda lainnya yang dikirim Bung Karno keluar negeri.”

Megawati mengatakan itu saat tampil dalam Dialog Nasional ”Meningkatkan Inovasi Iptek untuk Mendorong Industri Dalam Negeri, Mewujudkan Ekonomi Pancasila” di Auditorium Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (9/5/2018). Acara yang diadakan untuk menyambut HUT ke-40 BPPT itu juga menampilkan BJ Habibie (82) yang baru kembali sehari sebelumnya menjalani pengobatan di Jerman dan umrah di Arab Saudi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/RADITYA HELABUMI–Presiden ke-3 RI BJ Habibie bersama presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri bersiap membubuhkan tanda tangan seusai menjadi pembicara dalam dialog nasional bertajuk ”Meningkatkan Inovasi Iptek untuk Mendorong Industri Dalam Negeri, Mewujudkan Ekonomi Pancasila” yang diadakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Jakarta, Rabu (9/5/2018). Dialog nasional tesebut melahirkan komitmen bersama, yaitu mendukung Indonesia menjadi negara industri berbasis riset dan inovasi nasional.

Presiden ke-3 RI BJ Habibie bersama presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri membubuhkan tanda tangan seusai menjadi pembicara dalam dialog nasional bertajuk ”Meningkatkan Inovasi Iptek untuk Mendorong Industri Dalam Negeri, Mewujudkan Ekonomi Pancasila” yang diadakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Jakarta, Rabu (9/5/2018). Dialog nasional tesebut melahirkan komitmen bersama, yaitu mendukung Indonesia menjadi negara industri berbasis riset dan inovasi nasional.

Meski cita-citanya sebagai peneliti tak kesampaian, di berbagai kesempatan Megawati sebagai politikus terus menyuarakan pentingnya mendayagunakan peneliti sebagai kekuatan pengembangan industri berbasis inovasi. ”Bagaimana kita mau maju kalau kita selalu mengandalkan tenaga asing untuk riset, padahal anak Indonesia banyak yang pintar-pintar,” ujarnya.

Ia pun menyatakan keprihatinannya dengan keluarnya peraturan (Menpan dan RB Nomor 11 Tahun 2017) yang memutuskan usia pensiun 60 tahun bagi peneliti madya. Akibat aturan itu, 556 peneliti dipensiunkan sehingga Indonesia kehilangan 6 persen dari total peneliti secara nasional. Padahal, jumlah peneliti sedikit dan tidak mudah dan murah mencetak peneliti. ”Sekarang hitung berapa besar biayanya yang telah dikeluarkan pemerintah ketika mereka mahasiswa sampai profesor, sudah habis berapa?” ujar Megawati.

KOMPAS/ SAMUEL OKTORA–Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri seusai berpidato melakukan foto bersama dalam acara penganugerahan gelar doctor honoris causa bidang politik pemerintahan dari IPDN di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (8/3). Gelar doctor honoris causa ini bagi Megawati merupakan yang ketujuh. Bagi IPDN, pemberian gelar doctor honoris causa itu merupakan yang pertama kali di lingkungan IPDN sejak didirikan pada 1956.

”Saat ini untuk riset iptek, paradigma umur jangan jadi pertimbangan. Kalau saya dimintai pendapat, tidak ada pensiun bagi peneliti dan perekayasa. Mereka tidak dapat disamaratakan dengan jabatan fungsional umum. Bagi peneliti dan perekayasa, batasan pensiunnya adalah kemampuan berpikir mereka.”

”Mana ada sih usia 60 tahun yang pikun kecuali kena penyakit. Usia saya sudah 71 tahun. Alhamdulillah saya belum pikun. Saya masih ketua umum partai, masih aktif ke sana-sini. Kalau tidak ada aktivitas malah bisa cepat pikun,” katanya. Selama mereka masih mampu memberikan sumbangsih pikiran dan gagasan, katanya, selama itu pula mereka harus tetap diberi ruang dan akses untuk mengabdikan diri kepada negara.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI–Presiden ke-5 Indonesia Megawati Soekarnoputri menerima gelar doktor kehormatan honoris causa dari Korea Maritime and Ocean University (KMOU) di Busan, Korea Selatan, Senin (19/10/2015). Megawati mendapat gelar doktor kehormatan yang diberikan oleh Presiden KMOU Park Han-il atas dedikasi dan pengabdiannya di bidang politik.

Karena itu, dalam revisi atas Undang-Undang tentang Sistem Nasional Penelitian dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, harus juga eksplisit disebutkan tentang pengembangan dan perlindungan bagi SDM riset itu sendiri. Mereka itu generasi premium yang dipersiapkan untuk membangun Indonesia menjadi negara industri yang berbasis pada riset dan inovasi.

Menurut Megawati, sekaranglah saat yang tepat untuk kembali menghidupkan spirit percaya kepada kekuatan anak bangsa kita sendiri. ”Itulah perjuangan yang selalu akan saya gelorakan,” kata Megawati yang juga Ketua Umum PDI-P.–YUNI IKAWATI

Sumber: Kompas, 14 Mei 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB