Rotasi Bumi Terus Melambat

- Editor

Senin, 1 Januari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Saat ini, Bumi butuh waktu 24 jam untuk sekali berotasi pada sumbunya terhadap Matahari. Satu kali rotasi Bumi itu dijadikan patokan panjang waktu dalam satu hari. Namun, di masa lalu, Bumi hanya butuh 2-3 jam untuk sekali berotasi.

Lama rotasi Bumi terhadap Matahari yang hanya 2-3 jam itu terjadi di awal terbentuknya Bumi. Pada 620 juta tahun lalu, satu kali putaran Bumi telah mencapai 21,9 jam, sedangkan di zaman dinosaurus atau 65 juta tahun lalu, satu kali rotasi Bumi membutuhkan waktu 23 jam. Sementara waktu rotasi Bumi tepat mencapai 24 jam atau 86.400 detik pada tahun 1820.

Hingga kini, pelambatan rotasi Bumi terus berlangsung. Setiap 100 tahun atau satu abad, rotasi Bumi melambat sebesar 1,8 milidetik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pelambatan rotasi Bumi dipicu oleh banyak hal. Salah satu pemicu pengereman rotasi Bumi itu dan telah banyak diketahui adalah tarikan gravitasi Matahari dan Bulan.

Bumi butuh waktu 24 jam untuk sekali berotasi pada sumbunya terhadap Matahari. Satu kali rotasi Bumi itu dijadikan patokan panjang waktu dalam satu hari. Namun, di masa lalu, Bumi hanya butuh 2-3 jam untuk sekali berotasi.

Namun, rotasi Bumi juga bisa dipercepat. Salah satu pemicu percepatan putaran Bumi itu adalah kenaikan permukaan air laut akibat mencairnya gletser. Naiknya muka air laut itu bisa menggeser sumbu Bumi sehingga meningkatkan laju putaran Bumi.

Studi terbaru menunjukkan, keberadaan atmosfer Bumi ternyata juga memengaruhi panjang pendek waktu putaran Bumi pada sumbunya. ”Massa atmosfer Bumi sekitar 50 triliun metrik ton, dan selama miliaran tahun semua massa itu menahan gerak putar itu di seluruh permukaan Bumi sehingga membuat perputaran Bumi seperti direm,” kata Direktur Astrobiologi di Universitas Columbia New York, Amerika Serikat, Caleb Scharf, seperti dikutip space.com, Rabu (27/12).

Studi yang dipimpin Scharf itu dipublikasikan di jurnal Astrobiology pada 27 November lalu. Massa atmosfer yang besar itu bergerak ke arah yang sama sepanjang umur Bumi. Akibatnya, secara bertahap, gesekan atmosfer Bumi itu akan memengaruhi gerak rotasi bagian padat bola Bumi.

Selain gerak atmosfer, proses pemanasan dan pendinginan atmosfer Bumi oleh Matahari juga bisa memperlambat rotasinya. Panas Matahari membuat atmosfer Bumi mengembang dan tekanannya berubah. Pengembangan atmosfer itu akan menekan bagian atmosfer yang lebih dingin hingga massa atmosfer dalam skala besar pun berpindah-pindah setiap hari.

Studi terbaru menunjukkan, keberadaan atmosfer Bumi ternyata juga memengaruhi panjang pendek waktu putaran Bumi pada sumbunya.

HTTPS://WWW.NASA.GOV/SITES/DEFAULT/FILES/THUMBNAILS/IMAGE/EDU_ROTATE_LARGE.PNG–Bumi berputar pada sumbunya dengan kecepatan berbeda di setiap bagian, yaitu paling cepat di khatulistiwa dan paling lambat di kutub. Kecepatan di kutub 0,00005 mph atau 0,0008 km per jam, sementara di khatulistiwa kecepatannya 1.040 mph atau 1.670 km per jam.

Gravitasi Matahari dan Bulan umumnya memberi efek kecil pada rotasi Bumi. Namun, pemanasan atmosfer Bumi oleh Matahari itu bisa meningkatkan tarikan gravitasi tersebut. Pemanasan itu akan memicu mengumpulnya massa atmosfer Bumi di titik tertentu dan itu menjadi ”pegangan” yang tepat bagi gaya gravitasi Matahari atau Bulan untuk menarik atmosfer Bumi.

”Saat massa atmosfer meningkat, tarikan gravitasi Matahari atau Bulan akan makin besar,” tambahnya.

Di sisi lain, kondisi atmosfer Bumi juga sangat dipengaruhi oleh kehidupan di dalamnya. Aneka gas yang dihasilkan kehidupan di Bumi bisa membuat atmosfer lebih hangat atau sejuk. Menurut perhitungan Scharf, itu juga bisa memengaruhi kecepatan rotasi Bumi.

”Kondisi biologi atau biosfer dapat memengaruhi rotasi Bumi dengan mengubah komposisi kimianya. Meski ide ini terdengar gila, itu tetap mungkin terjadi,” katanya.

Kehidupan Bumi memengaruhi perputaran Bumi melalui beberapa mekanisme. Salah satunya adalah sinar ultraviolet yang menghasilkan ozon dari gas oksigen. Ozon sangat bagus dalam menyerap sinar Matahari dan menghangatkan atmosfer. Saat kehidupan penghasil oksigen di sebuah planet muncul dan ozon terbentuk, panas yang terbentuk bisa memperlambat rotasi planet.

Hipotesis Scharf itu memang membutuhkan pembuktian dan perhitungan matang. Namun, menurut ahli keplanetan dari Universitas Negeri Boise, AS, yang tidak terlibat dalam penelitian itu, Brian Jackson, meski diselimuti banyak ketidakpastian, gagasan kondisi biologi bisa memengaruhi rotasi planet menarik dan perlu diteliti lebih lanjut, terutama melalui pemodelan tiga dimensi dengan komputer.

M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 29 Desember 2017
—————
Atmosfer Memperlambat Rotasi Bumi

Bumi butuh sekitar 24 jam untuk satu kali berotasi. Rotasi Bumi itu jadi patokan panjang waktu satu hari. Di masa lalu, Bumi hanya butuh 2-3 jam sekali berotasi. Selama miliaran tahun, tarikan gravitasi Matahari dan Bulan memperlambat putaran Bumi hingga mencapai kecepatannya sekarang. Rotasi Bumi kini melambat 1,8 milidetik per satu abad. Studi terbaru menunjukkan keberadaan atmosfer Bumi memengaruhi rotasi Bumi. ”Massa atmosfer Bumi sekitar 50 triliun metrik ton dan selama miliaran tahun semua massa itu menahan rotasi di muka Bumi, seperti direm,” kata Direktur Astrobiologi Universitas Columbia New York Amerika Serikat Caleb Scharf, Rabu (27/12). Pemanasan dan pendinginan atmosfer Bumi oleh Matahari juga memperlambat rotasinya. (SPACE/MZW)

Sumber: Kompas, 29 Desember 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB