Memberikan inspirasi merupakan salah satu cara yang ampuh untuk memotivasi siswa agar maju dan memiliki cita-cita. Oleh karena itu, siswa yang berada di wilayah terpencil Nusantara membutuhkan idola ataupun contoh yang bisa menunjukkan bahwa mereka bisa menjadi apa pun.
Hal tersebut menjadi inti program Digital Homestay yang dilakukan relawan dari Indosat Ooredoo bekerja sama dengan pengajar dari Indonesia Mengajar. “Sebenarnya tujuan utama program Digital Homestay adalah memperkenalkan teknologi digital ke pelosok Indonesia,” kata Kepala Bidang Humas Indosat Ooredoo Deva Rachman, di Jakarta, Selasa (15/8).
Ia mengatakan, meskipun di wilayah-wilayah terpencil tersebut teknologi modern, seperti listrik, masih jarang, generasi muda tetap harus diberi tahu mengenai berbagai perkembangan yang ada. Minimal hal tersebut bisa membuka mata mereka akan berbagai kesempatan yang tersedia bagi mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam program Digital Homestay, sembilan relawan yang adalah pegawai Indosat Ooredoo dikirim ke lima wilayah, yaitu Kabupaten Aceh Utara, Pegunungan Bintang (Papua), Nunukan (Kalimantan Utara), Banggai (Sulawesi Tengah), dan Natuna (Kepulauan Riau). Mereka tinggal di desa-desa yang ditentukan mulai 29 Juli hingga 5 Agustus untuk mendampingi para pengajar dari Indonesia Mengajar.
Komitmen
Deva mengatakan, dari puluhan relawan yang mendaftar, pihaknya memilih sembilan orang sesuai dengan kriteria dan kebutuhan yang ditentukan oleh Indonesia Mengajar. Selain itu, seleksi juga dilakukan dengan melihat kinerja mereka di perusahaan. Alasannya karena perilaku kinerja mencerminkan komitmen mereka di dalam menjalankan tugas di desa yang ditentukan.
“Tugas utama di lapangan adalah memberikan inspirasi. Jadi (dengan demikian), siswa memiliki cita-cita selain profesi yang ada di sekitar mereka. Siswa juga melihat bahwa Indonesia negara yang luas dan mereka merupakan bagian penting dari perkembangannya,” ujar Andi Siswanto yang bertugas di Nunukan.
Ia menceritakan pengalamannya memutar video pendaratan astronot NASA di Bulan dengan menggunakan komputer pangkunya. Para siswa terenyak. Mereka baru menyadari bahwa cita-cita, pendidikan yang baik, dan akses akan memungkinkan mereka mencapai prestasi seperti itu.
Selain memberikan inspirasi, relawan juga membantu mengajar, antara lain Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, menari, musik, dan pendidikan agama.
Relawan lain, Fahri Bakhar, yang dikirim ke Aceh Utara, membawa perangkat kacamata realitas virtual. Di sana, anak-anak memainkan simulasi naik pesawat terbang dan naik kapal. (DNE)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Agustus 2017, di halaman 4 dengan judul “Mengenalkan Teknologi ke Pelosok Negeri”.