Progres pembangunan MRT Jakarta hingga 31 Juli 2017 sudah mencapai 76,18 persen. Pada akhir 2017, konstruksi ditargetkan mencapai 93 persen yang akan diikuti pengujian kereta dan pemeriksaan seluruh sistem dan alat pada pertengahan 2018.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar, Senin (14/8), di sela-sela kunjungan ke depo dan stasiun layang MRT, menjelaskan, perkembangan konstruksi 76,18 persen itu dari kemajuan pembangunan stasiun layang 64,10 persen dan pembangunan konstruksi stasiun bawah tanah 88,26 persen.
Seperti diberitakan, trek MRT fase I selatan-utara (Lebak Bulus-Bundaran HI) sepanjang 15,7 km. Konstruksi MRT terdiri atas tujuh stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim menjelaskan, dari tujuh stasiun layang itu, hingga 31 Juli 2017 kemajuan pembangunan bervariasi. Stasiun Lebak Bulus 41 persen, Stasiun Fatmawati 46 persen, Cipete Raya 41 persen, Haji Nawi 36 persen, Blok A 47 persen, Blok M 55 persen, dan Sisingamangaraja 49 persen.
Stasiun H Nawi
Dari semua stasiun layang itu bisa dipastikan Stasiun Haji Nawi adalah stasiun yang tertinggal karena masalah pembebasan lahan yang belum tuntas. Pihak MRT Jakarta masih menunggu hasil kasasi di MA. Dampaknya, tiang struktur Stasiun Haji Nawi tidak dapat dikerjakan sehingga Stasiun Haji Nawi tak dapat selesai secara keseluruhan saat MRT beroperasi Maret 2019.
“Nantinya, kalau stasiun lain sudah mulai proses membangun lantai concourse untuk tiket, tap in dan tap out, pembangunan di Stasiun Haji Nawi belum sampai ke sana. Pembangunan tetap berjalan, yaitu untuk jalur rel kereta yang ada di posisi tengah (median jalan) dan tetap dapat diselesaikan sesuai jadwal dan dapat dipergunakan untuk operasi di Maret 2019,” kata Silvia.
Untuk Stasiun Cipete Raya, pekerjaan saat ini adalah pengerjaan level concourse dan jalur (track). Di Stasiun Fatmawati tengah dikerjakan pekerjaan level yang lebih banyak (intermediate, concourse, dan track).
Dari semua stasiun layang, Stasiun Fatmawati merupakan stasiun tertinggi, 25 meter di atas tanah. Oleh karena rute jalur dari Fatmawati berbelok ke Cipete Raya, jalur MRT melengkung di atas JORR tanpa tiang sepanjang 77 meter. Rute jalur MRT berbelok 90 derajat dari Jalan TB Simatupang ke Jalan Fatmawati, melintang di atas jembatan layang Jalan Tol JORR. Rute melintang itu disebut jembatan khusus karena dikerjakan metode khusus balance cantilever dengan sistem form traveller. Metode itu dipilih untuk mengakomodasi struktur MRT tanpa mengganggu jalur lalu lintas JORR.
Dari kunjungan ke area proyek, untuk konstruksi stasiun bawah tanah, di Stasiun Senayan sudah mulai dilakukan pekerjaan interior.
Selain penyelesaian konstruksi layang dan bawah tanah, kontraktor juga mulai memasuki tahap pemasangan rel di Depo Lebak Bulus.
Dari total 36.000 meter rel yang akan dipasang di fase I, 6.000 meter di antaranya ada di depo.
“Teknologi rel terbaru yang dipergunakan di depo adalah bantalan dari fiber yang disebut FFU. Itu lebih tahan lama dan teknologi terbaru,” ujar Silvia.
Untuk di depo, lanjut Silvia, pemasangan rel sudah 10 persen. Secara keseluruhan, jalur rel selesai dipasang pada Maret 2018, bersamaan kedatangan kereta pertama di Depo Lebak Bulus. “Kereta akan langsung dites pada Maret 2018,” ujarnya.
Menurut Direktur Operasional dan Pemeliharaan MRT Jakarta Agung Wicaksono, untuk pengoperasian fase I, MRT Jakarta mengoperasikan 16 set kereta. Tiap kereta terdiri atas enam gerbong. Nantinya, 12 rangkaian ditempatkan di Depo Lebak Bulus, 2 rangkaian di Stasiun Bundaran HI, dan 2 rangkaian di Stasiun Blok M. (HLN)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Agustus 2017, di halaman 30 dengan judul “Konstruksi Ditargetkan Tuntas Akhir 2017”.