Mahasiswa Temukan Produk Ramah Lingkungan

- Editor

Jumat, 14 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Banyak konsep pemikiran dan penemuan mahasiswa bisa menjadi solusi mengatasi berbagai persoalan di masyarakat. Berbagai temuan dan inovasi terbaru mahasiswa ini dipamerkan dalam 1st Young Scientist International di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Kamis (13/7). .

Salah satu temuan menarik di bidang lingkungan adalah alat pengubah karbon dioksida (CO2) di knalpot menjadi oksigen (O2), yang merupakan karya bersama I Putu Yudistira, I Putu Indra, Umaina Dwi M, dan Diniyah. Empat mahasiswa Universitas Brawijaya tersebut menggunakan alga Chlorella Sp, yang banyak ditemukan di sungai atau perairan, menjadi komponen penyaring gas buang di knalpot sepeda motor.

Mereka menamakan alat temuannya Cortex CDIO (Converter in the Exhaust of Carbon Dioxide into Oxygen). “Hasilnya, dari sebuah knalpot yang diberi alat Cortex ini, jumlah CO2 yang keluar berkurang lebih dari 50 persen, sedangkan O2 meningkat secara signifikan,” kata Yudistira.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jika temuan itu bisa diterapkan secara luas, Yudistira yakin tingkat pencemaran CO2 bisa ditekan. CO2 selama ini dikenal sebagai salah satu gas rumah kaca yang memicu pemanasan global.

Inovasi menarik lainnya adalah Biokuping, singkatan bioplastik dari kulit pisang. Tiga mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, yakni Sellyan Lorenza, Anis Shafira Rinaldi, Neno Retno Choiriah, mengambil pati kulit pisang dan digunakan menjadi bahan plastik. Biokuping ramah lingkungan karena bisa lebur di alam dalam waktu 20 hari. Adapun bioplastik yang sudah diproduksi massal oleh pabrik, rata-rata baru hancur dalam waktu 1 bulan.

“Awalnya kami berpikir soal limbah kulit pisang yang banyak di Malang. Setelah melakukan riset, kami pun membuat Biokuping ini. Kami sudah menjajaki pendekatan dengan produsen bioplastik yang selama ini sudah berproduksi. Mereka mengapresiasi. Selama ini mereka memproduksi bioplastik dari bahan tanaman pangan produktif, sedangkan kami dari limbah,” kata Sellyan.

Selain memanfaatkan limbah kulit pisang, Biokuping juga mendukung upaya mencegah kerusakan alam gara-gara limbah plastik. “Selama ini plastik biasa hanya bisa terurai setelah 100 tahun. Biokuping ini akan terurai dalam waktu 20 hari, dan sampahnya bisa menjadi pupuk kompos,” imbuh Sellyan.

Rektor Universitas Brawijaya Muhammad Bisri mengapresiasi temuan para mahasiswanya tersebut. Ia mengatakan bahwa hasil-hasil riset mahasiswa tersebut akan diinkubasi, dan diajukan guna mendapatkan hak paten.

“Kami sekarang sudah punya badan inkubator kewirausahaan. Nanti, hasil riset tersebut akan diinkubasi sambil diajukan hak patennya. Setelah diinkubasi, akan dilihat apakah hasilnya layak untuk diproduksi massal melalui mitra usaha, atau dikembangkan sendiri,” kata Bisri.(DIA)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Juli 2017, di halaman 11 dengan judul “Mahasiswa Temukan Produk Ramah Lingkungan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB