Banyak konsep pemikiran dan penemuan mahasiswa bisa menjadi solusi mengatasi berbagai persoalan di masyarakat. Berbagai temuan dan inovasi terbaru mahasiswa ini dipamerkan dalam 1st Young Scientist International di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Kamis (13/7). .
Salah satu temuan menarik di bidang lingkungan adalah alat pengubah karbon dioksida (CO2) di knalpot menjadi oksigen (O2), yang merupakan karya bersama I Putu Yudistira, I Putu Indra, Umaina Dwi M, dan Diniyah. Empat mahasiswa Universitas Brawijaya tersebut menggunakan alga Chlorella Sp, yang banyak ditemukan di sungai atau perairan, menjadi komponen penyaring gas buang di knalpot sepeda motor.
Mereka menamakan alat temuannya Cortex CDIO (Converter in the Exhaust of Carbon Dioxide into Oxygen). “Hasilnya, dari sebuah knalpot yang diberi alat Cortex ini, jumlah CO2 yang keluar berkurang lebih dari 50 persen, sedangkan O2 meningkat secara signifikan,” kata Yudistira.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jika temuan itu bisa diterapkan secara luas, Yudistira yakin tingkat pencemaran CO2 bisa ditekan. CO2 selama ini dikenal sebagai salah satu gas rumah kaca yang memicu pemanasan global.
Inovasi menarik lainnya adalah Biokuping, singkatan bioplastik dari kulit pisang. Tiga mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, yakni Sellyan Lorenza, Anis Shafira Rinaldi, Neno Retno Choiriah, mengambil pati kulit pisang dan digunakan menjadi bahan plastik. Biokuping ramah lingkungan karena bisa lebur di alam dalam waktu 20 hari. Adapun bioplastik yang sudah diproduksi massal oleh pabrik, rata-rata baru hancur dalam waktu 1 bulan.
“Awalnya kami berpikir soal limbah kulit pisang yang banyak di Malang. Setelah melakukan riset, kami pun membuat Biokuping ini. Kami sudah menjajaki pendekatan dengan produsen bioplastik yang selama ini sudah berproduksi. Mereka mengapresiasi. Selama ini mereka memproduksi bioplastik dari bahan tanaman pangan produktif, sedangkan kami dari limbah,” kata Sellyan.
Selain memanfaatkan limbah kulit pisang, Biokuping juga mendukung upaya mencegah kerusakan alam gara-gara limbah plastik. “Selama ini plastik biasa hanya bisa terurai setelah 100 tahun. Biokuping ini akan terurai dalam waktu 20 hari, dan sampahnya bisa menjadi pupuk kompos,” imbuh Sellyan.
Rektor Universitas Brawijaya Muhammad Bisri mengapresiasi temuan para mahasiswanya tersebut. Ia mengatakan bahwa hasil-hasil riset mahasiswa tersebut akan diinkubasi, dan diajukan guna mendapatkan hak paten.
“Kami sekarang sudah punya badan inkubator kewirausahaan. Nanti, hasil riset tersebut akan diinkubasi sambil diajukan hak patennya. Setelah diinkubasi, akan dilihat apakah hasilnya layak untuk diproduksi massal melalui mitra usaha, atau dikembangkan sendiri,” kata Bisri.(DIA)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Juli 2017, di halaman 11 dengan judul “Mahasiswa Temukan Produk Ramah Lingkungan”.