Kejahatan Siber; Soal Kualitas SDM dan Perangkat Keras

- Editor

Sabtu, 26 November 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mengungkapan kasus kejahatan siber berskala internasional pertama kali oleh tim gabungan Mabes Polri dan Polda Metro Jaya, pada Kamis (9/6/2011), mengentak kesadaran kita akan besarnya kerugian yang ditimbulkan.

Sebanyak 177 pelaku warga negara Tiongkok dan Taiwan ditangkap di 15 titik tempat operasi mereka di sekitar Jakarta dan Tangerang. Mereka menyewa rumah yang dilengkapi jaringan internet pita lebar, memanfaatkan panggilan telepon melalui jaringan internet (VOIP), di berbagai kompleks perumahan mewah, seperti Pondok Indah dan Permata Hijau di Jakarta Selatan, Kelapa Gading dan Pantai Indah Kapuk di Jakarta Utara, serta Lippo Karawaci di Tangerang.

Penangkapan serupa juga terjadi di Malaysia, Kamboja, Thailand, Tiongkok, dan Taiwan. Kepala Kepolisian Taiwan Wang Cho Chiun mengatakan, operasi serentak yang dilaksanakan dengan ekstra hati-hati tersebut berhasil menangkap 598 tersangka, terdiri dari 410 warga Taiwan, 181 warga Tiongkok, 3 Warga Thailand, 2 warga Korea Selatan, serta masing-masing 1 warga Kamboja dan Vietnam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam laporan Kementerian Keamanan Publik Tiongkok yang dikirimkan kepada Polri tercatat tak kurang dari 300.000 kasus penipuan telah dilakukan sindikat penipu di Taiwan dan Tiongkok dalam tiga tahun terakhir. Total uang hasil penipuan ini mencapai 6 miliar yuan (sekitar Rp 7,9 triliun). Akhir 2012, Polri membongkar lagi kasus serupa.

Skala luas
Kejahatan siber tidak cuma menimbulkan kerugian uang, tetapi juga kekacauan politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang tak terbayangkan sebelumnya. Pornografi, perdagangan seks, terorisme, ujaran kebencian, dan fitnah, semua bisa dilakukan dalam skala lebih luas dan lebih besar.

20161124_082104wPada beberapa kali pertemuan dengan Komisaris Besar Fadil Imran, ia berulang kali mengingatkan, tantangan terbesar para penegak hukum saat ini bukan lagi kejahatan konvensional, melainkan kejahatan siber.

Sebab, selain sifatnya yang tak lagi dibatasi ruang dan waktu, kejahatan siber merebak amat cepat.

Untuk membendung dan menindak kejahatan siber, para penegak hukum dan instansi terkait lainnya membutuhkan kualitas sumber daya manusia (SDM) tinggi dengan personel lebih banyak. Dibutuhkan alokasi dana besar untuk membeli dan memelihara perangkat canggih penangkal kejahatan Siber. ”Polisi membutuhkan alokasi dana rutin yang layak untuk berpatroli siber selain dana penindakan. Ini baru di tingkat mikro. Di tingkat makro, pemerintah lewat instansi terkait, Polri, dan TNI membutuhkan jaringan internet lebih luas,” tutur Fadil yang ditunjuk sebagai Wakil Direktur Tipideksus Bareskrim Polri, Selasa (22/11).

1960-an
Skinner dan Fream (1997) dalam penelitiannya membedakan kejahatan siber menjadi beberapa bentuk, yaitu pembajakan perangkat lunak, menebak kata sandi untuk memperoleh akses, juga menggunakan akses tidak sah untuk sekadar berselancar dan melakukan perubahan data, serta membuat program yang dapat merusak data.

Kriminolog Universitas Indonesia, Kisnu Widagso, yang dihubungi secara terpisah, semalam, mengakui perhatian kriminolog pada fenomena kejahatan siber masih tergolong baru. Kajian mengenai hal ini baru muncul pada 1960-an. Upaya pemolisian saat ini, lanjut Kisnu, masih banyak diarahkan pada pengendalian kejahatan agar tetap berada di batas toleransi masyarakat. Salah satunya dengan memunculkan cyber policing.

Indonesia telah mendefinisikan dan membuat tipologi kejahatan siber di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. ”Saya kira UU-nya sudah memadai, tinggal SDM dan perangkat kerasnya saja yang masih menjadi tantangan kalangan penegak hukum,” kata Fadil. (Windoro Adi)

Sumber: Kompas, 23 November 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB