Banyak orang bermimpi menjadi pengusaha. Beberapa tahun lalu, pengusaha identik dengan orang yang sudah berumur. Kini, tidak lagi, siapa pun bisa menjadi pengusaha, termasuk anak muda.
Sekarang ini, banyak anak muda yang menjadi pengusaha. Mayoritas dari mereka mengawali usahanya karena kesenangan mereka pada bidang tertentu. Lama kelamaan mereka menikmati dan akhirnya kecemplung jadi pengusaha betulan.
Di tengah sengitnya persaingan dalam dunia usaha, anak muda mesti kreatif dan berpikir out the box agar bisa membuat inovasi. Inilah yang dilakukan Muhammad Akmal Ariyananda (23) dan Muhammad Iqbal Hariadi Putra (23). Dua pemuda lulusan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia ini sukses merintis usaha bertajuk Biologeek yang fokus pada ilustrasi dan kata bertema biologi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ide awalnya tercetus setelah mereka diwisuda pada 2015. Saat itu, Iqbal meminta Akmal yang hobi membuat ilustrasi untuk menggambar paus dan kemudian disisipkan kata-kata kreatif oleh Iqbal.
”Lewat Biologeek kami ingin mengemas biologi menjadi sesuatu yang menyenangkan dan informatif agar banyak orang yang tertarik. Di Indonesia belum ada yang seperti ini sebelumnya,” kata Iqbal.
Demikian pula upaya Tobing Dewi Purnamasari (23), jebolan Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Petra Surabaya. Dia membuat karakter berwarna monokrom yang memiliki leher panjang, bermata kecil, serta bentuk badan yang unik dengan nama Obie.
”Nama Obie diambil dari namaku sendiri, Tobing,” katanya. Berawal dari iseng pada tahun 2015, Dewi berhasil membuat idenya menghasilkan uang seperti sekarang.
Banyak produk Obie menggunakan gambar karakter Obie. Beberapa di antaranya Obie Wooden Doll, Obie Scarf, Obie Framed Print, Obie Art Print, Obie Notebook, Obie Sticker, Obie Pin, dan Obie T-shirt.
Bahan untuk membuat Obie Wooden Doll adalah kayu pohon mahoni. Kayu jenis ini cocok sebagai bahan furnitur karena tahan lama dan tidak rapuh. Sementara pigura untuk bingkai art print memanfaatkan pohon pinus sebagai bahan dasarnya. ”Untuk perawatan hanya dilap saja pakai lap basah, tidak ribet,” ujarnya.
Promosi
Bagi para pengusaha muda tersebut, media sosial adalah tempat paling pas untuk mempromosikan produk. Sejak awal berdiri, Biologeek berpromosi melalui Instagram, Tumblr, dan Facebook. Cara promosinya pun unik. Sekali unggah, mereka membuat satu season dengan lima gambar. Saat ini, mereka memiliki 30 gambar. Respons dari konsumen pun positif. Menurut rencana, setelah ada 50 gambar mereka akan merangkum dalam bentuk buku.
Untuk produk dalam bentuk cangkir, bantal, totebag, buku tulis, dan notes, mereka menjajakannya melalui tees.co.id dengan sistem pre-order. Harga produk mereka Rp 60.000-Rp 149.000.
”Kami juga kerja sama dengan salah satu jaringan konservasi anak muda bernama Tambora untuk membantu mereka membuat suatu produk,” ujar Akmal.
FOTO-FOTO: ARSIP PENULIS KOMPAS MUDA–Melalui kerja sama ini, mereka berharap dapat menjadi pusat untuk seniman yang memiliki latar belakang biologi dalam membuat suatu kampanye sebagai bentuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap satwa langka.
Produk Obie juga dipasarkan secara daring melalui www.tobingdewi.com/obie. Kini Obie memiliki dua tempat untuk pendistribusian, yaitu di Bali dan Singapura yang menarik minat banyak kalangan termasuk warga asing.
Biologeek dan Obie pun mengikuti pameran agar produknya dikenal lebih banyak orang. Pameran yang mereka ikuti, antara lain Popcon Asia 2016 di Jakarta Convention Center pada 12-14 Agustus 2016. Di pameran ini, keduanya mendapat tanggapan positif.
Selain berharap usaha yang mereka buat semakin berkembang, mereka juga menginginkan anak muda lainnya menekuni hobinya hingga menghasilkan karya.
”Jangan takut untuk berbeda. Zaman sekarang segala hal dipermudah. Dalam merintis usaha, modal tidak jadi soal karena dari gawai pun kita dapat menghasilkan uang dan berkarya,” ujar Iqbal.
Pendapat senada mengemuka dari Dewi. ”Jika kita percaya diri dan yakin dengan apa yang kita buat, orang lain juga pasti lebih percaya.”
PENULIS: Azizah Liyana Saffa (MAN 4 Jakarta), Nadia Farah Lutfiputri (SMAN 68 Jakarta), Ramadhana Afida Rachman (SMAN 49 Jakarta)
————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 November 2016, di halaman 26 dengan judul “Muda, Berkarya, dan Berusaha”.