474 Lembaga Riset Tanpa Koordinasi

- Editor

Kamis, 27 Oktober 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indonesia memiliki 474 lembaga riset atau penelitian yang tersebar di sejumlah perguruan tinggi, kementerian, dan lembaga penelitian non-kementerian. Mestinya, dengan jumlah lembaga penelitian yang sangat melimpah, Indonesia bisa maju pesat di berbagai bidang. Namun, kenyataannya, lembaga-lembaga penelitian tersebut berjalan sendiri- sendiri dan tanpa koordinasi.

Lembaga penelitian di kementerian, misalnya Pusat Penelitian Air Kementerian Pekerjaan Umum, Pusat Penelitian Pertanian, dan Pusat Penelitian Kehutanan. Perguruan tinggi juga memiliki pusat penelitian dengan fokus yang hampir sama.

Adapun pusat penelitian non-kementerian ada tujuh lembaga, di bawah Kementerian Riset dan Teknologi. Ketujuh lembaga itu adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, Badan Pengawas Tenaga Nuklir, dan Badan Standardisasi Nasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Keberadaan lembaga riset yang bertebaran ini tidak berjalan sinergis. Ego sektoral masih dirasakan,” kata Kepala Dewan Riset Nasional Andrianto Handojo, Selasa (25/10), di Jakarta.

Untuk penelitian biodiesel sawit, misalnya, ada 11 lembaga penelitian yang melakukannya dan berjalan sendiri-sendiri. Anggaran yang dihabiskan untuk penelitian itu sekitar Rp 15,2 miliar, tetapi tidak berlanjut ke tingkat aplikasi massal.

Andrianto mengatakan, Dewan Riset Nasional selama ini diberikan kewenangan sebagai penyusun Agenda Riset Nasional. Namun, keberadaan lembaga ini sering diabaikan sejumlah lembaga riset karena dewan ini berada di bawah Kementerian Riset dan Teknologi.

Direktur Industri, Iptek, dan BUMN Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Mesdin Kornelis Simarmata mengatakan, sebagai grand design penelitian, sebenarnya sudah dirancang sistem inovasi nasional. Di dalamnya sudah ada tujuh bidang iptek prioritas untuk dilakukan. ”Tetap sistemnya belum berjalan,” kata Mesdin.

Tak ada kenaikan gaji
Penelitian hingga saat ini berjalan tanpa arah jelas. Sebanyak 62.995 orang terlibat dalam penelitian. ”Jumlah itu mencakup 58 persen peneliti, 23 persen teknisi, dan 19 persen staf pendukung peneliti,” kata Nani Grace Berliana, peneliti pada Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi LIPI.

Ironisnya, meski sama-sama peneliti dan golongan pangkatnya sama, gaji yang diterima setiap bulan bisa sangat jauh berbeda. Profesor atau guru besar di perguruan tinggi negeri golongan pangkat IV/E, misalnya, bisa memperoleh pendapatan di atas Rp 14 juta per bulan berikut sejumlah tunjangan. Namun, profesor riset yang berada di lembaga penelitian non-kementerian, untuk golongan pangkat yang sama, maksimal gajinya Rp 3,6 juta dan tunjangan peneliti Rp 1,6 juta per bulan.

Meskipun terjadi ketimpangan gaji yang sangat lebar, Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta di Bandung, Jawa Barat, Selasa, menegaskan, belum ada rencana untuk menaikkan gaji profesor riset.

”Yang sedang diupayakan adalah mengaplikasikan hasil penelitian,” kata Gusti Muhammad Hatta.

(NAW/ELN/ELD/ISW)

Sumber: Kompas, 26 Oktober 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 12 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB