Perombakan Picu Segregasi

- Editor

Jumat, 19 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hambatan Riset Bukan pada Struktur Kementerian
Pemisahan pendidikan tinggi dari pendidikan dasar dan menengah serta penggabungannya dalam satu kementerian dengan bidang riset dan teknologi dikhawatirkan mengakibatkan segregasi dalam dunia pendidikan. Permasalahan terhambatnya riset di Indonesia bukan pada struktur kementerian.

Hal itu dikemukakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Pembangunan III (1978-1982) Daoed Joesoef, di Jakarta, Kamis (18/9). Diberitakan sebelumnya, ada wacana menggabungkan pendidikan tinggi (kini dalam koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) ke dalam satu kementerian bersama riset dan teknologi (ristek).

Daoed menilai, pendidikan tinggi jangan dipisah dari pendidikan dasar dan menengah karena pendidikan bersifat menyeluruh, mulai dari pendidikan anak usia dini sampai dengan program doktor (strata tiga). ”Kalau dipisah, nanti bisa saling menyalahkan. Dikti (pengelola pendidikan tinggi) menyalahkan dikdas dan dikmen (pengelola pendidikan dasar dan menengah) karena menghasilkan sumber daya manusia berkemampuan rendah. Dikdas dan dikmen bisa berdalih, bukan tugas mereka mempersiapkan siswa menuju pendidikan tinggi,” papar Daoed.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam tulisan ”Misi Perguruan Tinggi Kita” (Kompas, 18 Februari 2014), Daoed juga mengingatkan tentang tridharma perguruan tinggi. Tugas pertama dan terutama perguruan tinggi adalah mendidik, baru riset, lalu pengabdian masyarakat. Perguruan tinggi memang menangani riset, tetapi tujuan esensialnya bukanlah menghasilkan sesuatu yang ”siap pakai” di bidang kehidupan apa pun, melainkan membuat manusia berspirit ilmiah.

Dana penelitian
Lebih lanjut dalam wawancara, Daoed mengatakan, keinginan membentuk Kemendikti-Ristek karena perguruan tinggi sering tidak mendapat dana penelitian. Lebih baik, dana penelitian diperoleh dengan mengefektifkan koordinasi dengan Kementerian Keuangan. Sejauh ini, program yang dibiayai Kemenkeu, seperti Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, relatif tidak bermasalah dan diaudit. ”Permasalahan bukan di struktur kementerian,” ujarnya.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Dikti, Indonesia memiliki 104 perguruan tinggi negeri dan 2.862 perguruan tinggi swasta dengan beragam kualitas.

Berbeda dengan Daoed, para peneliti senior menyambut baik rencana pembentukan Kemendikti-Ristek. Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra berpendapat, penggabungan perguruan tinggi dengan lembaga penelitian bisa meningkatkan jumlah universitas riset. Arus pengetahuan antara perguruan tinggi dan lembaga penelitian juga akan lebih lancar.

Marzan A Iskandar, peneliti bidang energi di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, mengatakan, selama ini, lembaga penelitian non-kementerian hanya mendapat 0,8 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Adanya Kemdikti-Ristek diharapkan membuat penyaluran anggaran lancar. (A15)

Sumber: Kompas, 19 September 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB