Pulau Mayau dan Tifure Sempat Terisolasi

- Editor

Kamis, 9 Juni 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gempa bumi bermagnitudo 6,6 berpusat di Laut Maluku, Rabu (8/6) dini hari, merusak sejumlah bangunan di Pulau Mayau dan Tifure, Kecamatan Batang Dua, Kota Ternate, Maluku Utara. Tak ada korban jiwa. Minimnya akses telekomunikasi dan transportasi membuat daerah itu terisolasi.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Geofisika Ternate Suwardi dihubungi dari Ambon, Maluku, mengatakan, pusat gempa sekitar 5 kilometer (km) utara Pulau Mayau. Jarak pusat gempa dengan Pulau Tifure sekitar 25 km. Pusat gempa pada kedalaman sekitar 10 km di bawah laut.

Hingga Rabu malam terjadi delapan kali gempa susulan. Guncangan pertama terasa hingga Pulau Ternate dan Jailolo, ibu kota Kabupaten Halmahera Barat. Sejumlah warga di Pulau Ternate berhamburan keluar rumah. Gempa pertama pada pukul 04.15 WIT. “Setelah selesai shalat Subuh,” ujar Faris Bobero, warga Ternate.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Camat Batang Dua Philipus Patipeilohi yang dihubungi terpisah menyatakan, laporan sementara, kerusakan bangunan di dua pulau terdiri dari 28 bangunan rusak ringan dan 7 rusak berat. Sebanyak 25 keluarga di Kelurahan Mayau juga mengungsi ke bukit terdekat. Mereka khawatir terjadi tsunami.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, guncangan gempa dirasakan cukup kuat oleh masyarakat di Kota Bitung, Ternate, Manado, dan Halmahera Barat, 5-10 detik.

Sesar naik
Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa kali ini memiliki hiposenter dangkal dan mekanismenya sesar naik. “Pusat gempa berasosiasi dengan zona akumulasi tegangan akibat aktivitas penekanan, yaitu dorongan Lempeng Laut Filipina dari arah timur (Busur Halmahera) dan dari barat Lempeng Eurasia (Busur Sangihe) yang menekan ke timur hingga timbul medan tegangan pada zona punggungan Mayau (Mayau Ridge),” katanya.

Terbangunnya zona kompresi di tengah Lempeng Laut Maluku itu menyebabkan kawasan Pulau Mayau dan sekitarnya sangat rawan gempa dengan penyesaran naik. “Patut disyukuri, meski gempa berpusat di laut dengan mekanisme sesar naik, tidak menimbulkan tsunami,” katanya.(FRN/AIK)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Juni 2016, di halaman 14 dengan judul “Pulau Mayau dan Tifure Sempat Terisolasi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 13 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB