Misi Penutup Pesawat Ulang-alik

- Editor

Jumat, 8 Juli 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pagi ini waktu Amerika Serikat, jika tak ada halangan dan cuaca cukup bersahabat, pesawat ulang-alik Atlantis akan meluncur ke orbit bumi.

Sebelumnya hal seperti itu hanya sebuah rutinitas. Tapi kali ini peluncuran Atlantis akan menjadi sebuah sejarah dalam program luar angkasa Amerika.

Ya, setelah 30 tahun NASA menjalani program luar angkasa dengan pesawat ulang-alik, inilah misi terakhir dan penutup program yang ide awalnya dicetuskan pada 1969 itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Setelah 12 hari mengorbit dengan misi menuju Stasiun Luar Angkasa (ISS), Atlantis segera masuk museum setibanya di bumi nanti.

Dua pesawat sejenis, Discovery dan Endeavour, sudah terlebih dulu masuk kandang. Adapun Challenger dan Columbia hancur saat menjalani misi.

Penerbangan terakhir Discovery adalah pada 24 Februari lalu. Sedangkan misi terakhir Endeavour pada 16 Mei silam.

Sejak 1981, pesawat ulang-alik telah banyak berjasa dalam menunjang program luar angkasa NASA.

Tugas itu antara lain memperbaiki satelit, penelitian ilmiah, serta mengangkut barang dan orang ke stasiun internasional sebesar lapangan bola, Alpha.

“Saya kira sulit membuat pesawat seperti ini lagi. Mungkin untuk satu dekade,” kata pilot Atlantis, Chris Ferguson.

Setelah program luar angkasa Apollo sukses diluncurkan pada 1960, puncaknya saat membawa manusia ke bulan pada 1969, President Richard Nixon membentuk Badan Tugas Luar Angkasa.

Badan tersebut menyarankan pembuatan stasiun luar angkasa dan pesawat luar angkasa yang bisa dipakai ulang atau yang kini dikenal sebagai space transportation system (STS).

Mimpi Nixon itu menjadi kenyataan. Untuk pertama kalinya pada April 1981, pesawat ulang-alik Columbia lepas landas menuju orbit bumi.

Meski demikian, tak seperti Apollo, pesawat ulang-alik yang besarnya mirip pesawat komersial DC-9 itu tak pernah terbang lebih jauh dari orbit bumi. Tak pernah ada misi ke bulan dengan pesawat ini.

Selama 30 tahun menjalani tugas dengan tingkat keberhasilan mengagumkan, pesawat ulang-alik tak lepas dari kritik tajam.

Beberapa kritikus mengatakan program luar angkasa ulang-alik terlalu banyak berfokus pada studi ilmiah ketimbang melakukan eksplorasi luar angkasa.

Akibatnya, bujet besar yang dihabiskan untuk sekali penerbangan dirasa belum membuahkan hasil maksimal.

Salah satu alasan dihentikannya program pesawat ulang-aliik ini adalah NASA kehabisan anggaran untuk melanjutkannya.

“Harus kami akui NASA mengalami masalah anggaran,” kata Norm Augustine, ketua tim staf ahli Presiden Barack Obama untuk penerbangan luar angkasa.

Menurut Augustine, sudah tidak ada uang untuk NASA melanjutkan program yang telah ada sekaligus menjalani program baru.

Setelah program ini dihentikan, jika astronaut Amerika ingin ke luar angkasa, mereka harus menumpang pesawat Rusia. Per astronaut biayanya US$ 63 juta.

“Inilah untuk pertama kalinya kami hanya bisa duduk dan melihat negara lain berlomba menuju angkasa luar,” kata komandan Apollo 17, Gene Cernan.

Meski begitu, sesungguhnya Amerika tak benar-benar menghentikan program luar angkasanya. NASA tengah menyiapkan pengganti pesawat ulang-alik yang sudah usang tersebut.

Pesawat baru itu bernama Multi-Purpose Crew Vehicle atau MPCV. Desainnya lebih futuristis dan menyerupai kapsul. CNN | SPACE.COM | NASA | FIRMAN


Sejarah Pesawat Ulang-alik Amerika

Ide Awal Tercetus Pada 1969:
Sesaat setelah terpilih, Presiden Richard Nixon membentuk Badan Tugas Angkasa Luar. Badan ini menyarankan pembuatan stasiun luar angkasa dan pesawat luar angkasa yang bisa dipakai ulang atau yang kini dikenal sebagai space transportation system (STS).

SUmber: Koran Tempo, 8 Juli 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB