Tiga Dasawarsa Pesawat Ulang-Alik

- Editor

Senin, 18 April 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Setelah menjalani 135 misi, pesawat masuk museum. NASA mengembangkan pesawat tanpa awak untuk mengeksplorasi ruang angkasa.

Teknisi pesawat ulang-alik Endeavour di Kennedy Space Center, Florida, terus mempersiapkan diri. Badan Ruang Angkasa Amerika Serikat (NASA) telah menetapkan peluncuran Endeavour akan dilakukan pada 29 April pukul 15.47.

Besok akan ada konferensi pers mengenai rencana peluncuran pesawat yang membawa enam awak. Pada acara tersebut, pejabat NASA dan Program Pesawat Ulang-Alik seperti Bill Gerstenmaier, Mike Moses, serta Mike Leinbach akan memberi briefing.

“Misi terakhir Endeavour ini berlangsung selama 14 hari,” ujar juru bicara NASA. Pesawat akan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) membawa Alpha Magnetic Spectrometer dan suku cadangnya. Selain itu, dua antena komunikasi S-band, tangki gas bertekanan tinggi, suku cadang tambahan untuk Dextre, dan perisai micrometeoroid dari serbuan puing-puing benda antariksa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Memang, ini penerbangan terakhir Endeavour sejak meluncur pertama kali pada 1992, menggantikan pesawat Columbia. Pada akhir Mei 2011, pesawat ini akan ditempatkan di California Science Center, Los Angeles. “Tempat itu terletak hanya beberapa kilometer dari Rockwell, tempat pesawat ulang-alik tersebut dikembangkan dan dikonstruksi,” kata Charles Bolden, Administrator NASA.

Pada Juni mendatang, NASA akan meluncurkan Atlantis, yang bakal menjadi pesawat ulang-alik terakhir yang diluncurkan ke luar angkasa. Atlantis akan menyelesaikan misi ke-135 sejak misi pertamanya pada 1985. Setelah itu, Atlantis akan ditaruh di kompleks pengunjung Kennedy Space Center di Florida.

Maret lalu, pesawat ulang-alik Discovery baru saja pensiun setelah menuntaskan misi ke-39. Discover telah masuk museum di Smithsonian National Air and Space Museum, tepatnya di Steven F. Udvar-Hazy Center, dekat Bandara internasional Dulles, Virginia.

Tanggal 12 April memang menjadi hari bersejarah bagi NASA. Tiga puluh tahun lalu, NASA meluncurkan pertama kali pesawat ulang-alik Columbia ke luar angkasa. Sejak saat itu, 130 penerbangan telah dilakukan menggunakan beberapa pesawat ulang-alik, yaitu Columbia, Challenger, Discovery, Atlantis, dan Endeavour. Lebih dari 350 orang berhasil dibawa dalam misi tersebut dengan total jarak tempuh melebihi jarak Bumi-Jupiter.

Setelah 30 tahun penerbangan, pesawat ulang-alik akan pensiun. Tiga tahun lalu, NASA memutuskan menghentikan program ini dan bakal meletakkan pesawatnya di museum untuk kepentingan pendidikan. Tiap museum memerlukan lebih-kurang US$ 28,8 juta untuk biaya pengiriman dan biaya memulai pameran.

Dari lima pesawat tersebut, Challenger mengalami kecelakaan pada 28 Januari 1986 pukul 11.38 pagi saat lepas landas. Pesawat ulang-alik itu meledak sekitar 73 detik setelah mengudara di atas pesisir Florida, Samudra Atlantik, dan mengakibatkan tujuh awak tewas.

Columbia juga hancur berkeping-keping karena meledak pada 1 Februari 2003, sesaat sebelum mengakhiri misi ke-28, STS-107. Pesawat ulang-alik itu terbakar di atas langit Texas saat memasuki atmosfer Bumi akibat lepasnya lapisan penahan panas di tubuhnya. Dalam kecelakaan itu, tujuh awaknya tewas.

Sementara itu, Enterprise–prototipe pesawat ulang-alik pertama yang dikonstruksi–telah dipamerkan di Smithsonian National Air and Space Museum Steven F. Udvar-Hazy Center, Virginia, sejak 2003. Nantinya, Enterprise akan disimpan di Intrepid Sea, Air, & Space Museum di New York.

Mahalnya ongkos mengirim astronaut ke luar angkasa menjadi alasan utama NASA menghentikan program pesawat ulang-alik. Karena itu, NASA menandatangani perjanjian dengan badan ruang angkasa Rusia untuk mengirim astronautnya ke Stasiun Antariksa Internasional. Perjanjian bernilai lebih dari US$ 750 juta itu akan mengangkut 12 astronaut Amerika Serikat ke stasiun antara 2014 dan 2016.

Sementara itu, untuk menelusuri tata surya, mereka menggunakan pesawat tanpa awak atau robot. Angkatan Udara Amerika Serikat, misalnya, Maret lalu meluncurkan pesawat robot X-37B Orbital Test Vehicle ke luar angkasa dengan roket Atlas 5. Namun misi rahasia ini ditengarai sebagai bagian dari uji coba senjata baru atau peralatan mata-mata.

Pesawat berukuran panjang hampir 9 meter dan bentuknya seperti miniatur pesawat antariksa itu dirancang untuk berada di orbit sampai 270 hari, dan pengoperasiannya benar-benar otomatis. Ini adalah misi kedua dari X-37B, yang pertama kali diluncurkan pada April 2010 dan mendarat pada Desember.

Pesawat tersebut awalnya dikembangkan oleh NASA, tapi kemudian diambil alih oleh pihak militer. NASA sendiri telah meluncurkan pesawat tanpa awak. Bulan lalu, para peneliti NASA menyaksikan pesawat Messenger mengorbit di planet Merkurius. Perlu enam tahun bagi Messenger untuk mencapai Merkurius.

Lebih dari 30 tahun lalu, NASA mengirim pesawat Mariner 10 ke planet terdekat dari matahari itu, tapi Messenger adalah yang pertama masuk ke orbitnya.

Agustus nanti, NASA akan mengalihkan perhatiannya kepada planet Jupiter. NASA berencana mengirimkan pesawat Juno ke planet terbesar dalam tata surya kita itu.

Dewan Riset Nasional–penasihat pemerintah Amerika dalam bidang ilmu pengetahuan, kesehatan, dan teknologi–Maret lalu menyarankan agar NASA melakukan misi robot ke Mars dan Europa, sebuah bulan es milik Jupiter. Dewan ini mengatakan program-program tersebut akan menghasilkan pengetahuan paling ilmiah. UNTUNG WIDYANTO | NASA | BBC

Membangun Stasiun Luar Angkasa

Nama resmi pesawat ulang-alik milik NASA adalah Space Transportation System atau STS. Tidak seperti pesawat luar angkasa lainnya, badan utama pesawat ulang-alik dapat digunakan kembali di lain waktu. Ada lima pesawat yang dibuat, tapi kini tinggal tiga buah, karena Challenger dan Columbia meledak di angkasa.

Prototipe pesawat ulang-alik pertama selesai dibuat pada 17 September 1976 dengan diberi kode OV-101 (singkatan dari Orbiter Vehicle 101 atau Kendaraan Pengorbit 101). Presiden AS Gerald Rudolph Ford ketika itu memberi nama “Enterprise”.

Bobot pesawat ini 68 ton dan dirancang untuk dapat terbang, mendarat, serta menghadapi uji coba lain. Sayangnya, Enterprise belum menjadi pesawat pengorbit yang dapat beroperasi penuh karena semua mesinnya tiruan dan keramik khusus penahan panas hanya berupa lempengan plastik.

Prototipe Enterprise rencananya dikembangkan untuk digunakan dalam penerbangan antariksa di kemudian hari. Namun, karena alasan ekonomi, rencana tersebut dibatalkan dan Enterprise disimpan di museum.

Pada 12 April 1981, Amerika unggul di depan dengan ditandai peluncuran pesawat ulang-alik pertama, yaitu Columbia. Setelah itu, dibuat empat pesawat lainnya. Modul pesawat yakni terbang secara vertikal dan biasanya membawa 3-5 astronaut (walaupun pernah mengangkut delapan astronaut dan masih cukup sampai 11 astronaut dalam keadaan darurat) serta muatan sampai 22.700 kilogram menuju orbit rendah Bumi.

Ketika misi selesai, pesawat akan menyalakan pendorongnya sendiri untuk kembali menuju atmosfer Bumi. Pendorong akan dimatikan ketika sudah di dalam atmosfer Bumi dan pesawat akan melayang selama perjalanannya sampai akhirnya mencapai permukaan lagi.

Tugas pesawat ulang-alik adalah membawa muatan (biasanya satelit) ke orbit Bumi rendah, penggantian awak Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), dan misi servis. Terkadang, pesawat ini juga dapat mengambil kembali satelit untuk dikembalikan ke Bumi. Bekerja sama dengan Soyuz, pesawat luar angkasa milik Rusia, kedua pesawat bahu-membahu membangun ISS.

Sumber: Koran Tempo, 18 April 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB