Indonesia Bebas Radiasi

- Editor

Kamis, 17 Maret 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kebocoran radiasi zat radioaktif dari instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima, Jepang, hingga Rabu (16/3) malam, disambut kondisi darurat lokal Jepang. Menurut para ahli, Indonesia masih tetap aman dari pengaruh radiasi itu.

”Perkembangan terakhirnya sampai ada dugaan elemen batang bahan bakar nuklir di Unit 1 dan 2 sudah meleleh karena suhu tinggi. Kemungkinan terburuknya mengakibatkan ledakan, tetapi tidak akan sedahsyat ledakan bom atom Hiroshima dan Nagasaki,” kata Ketua Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Sihana di Yogyakarta, saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.

Sebagai gambaran, dampak bom atom Hiroshima dan Nagasaki—dengan kandungan zat radioaktif jauh lebih banyak dari sebuah reaktor nuklir—tidak sampai ke Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat itu bahan bakar bom atom Hiroshima berupa uranium-235 murni, sedangkan bom Nagasaki berupa plutonium-239. Jenis bahan bakar uranium dan plutonium murni di atas 90 persen, sedangkan untuk reaktor nuklir dibatasi 5 persen.

”Kedua ledakan bom atom itu membentuk cendawan tinggi sekali dan menyebarkan zat radioaktif. Namun, referensi yang saya temui belum pernah menunjukkan penyebarannya sampai ke luar Jepang,” kata Sihana.

Menurut dia, bahan bakar reaktor Fukushima berupa uranium-235 sebanyak 5 persen. Secara teori, jika tanpa dipicu ledakan hidrogen, tidak akan meledak. Walaupun ada risiko meledak karena terpicu ledakan hidrogen, dampaknya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bom nuklir Hiroshima-Nagasaki. Apalagi ada dinding pelindung di reaktor nuklir Fukushima.

Terkait dengan kekhawatiran radiasi radioaktif hingga ke luar Jepang, kantor berita Associated Press melaporkan, hingga kemarin sore tidak ada temuan radiasi di Singapura. Dari sisi jumlah, zat radioaktif yang terpapar ke udara juga dalam konsentrasi rendah.

Faktor angin, sesuai pemodelan Australian Radiation Service, Selasa lalu, menunjukkan, arah angin menjauh dari Filipina dan Indonesia. Itu menambah faktor aman untuk Indonesia.

Sementara itu, pada diskusi ”Gerakan Anti-PLTN Indonesia”, Rabu, ada benang merah bahwa Indonesia rawan dibangun PLTN. ”Kebocoran dan ledakan PLTN Fukushima seharusnya menutup perdebatan perlu-tidaknya pembangunan PLTN di Indonesia. Tidak perlu,” kata Sonny Keraf, mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup. (NAW/ICH)

Sumber: Kompas, 17 Maret 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB