Setelah 31 tahun mengabdi sebagai penjaga gunung api di Indonesia, Surono, atau kerap dikenal sebagai Mbah Rono, harus mengakhiri masa tugasnya.
Akhir bulan ini, dia akan pensiun sebagai Kepala Badan Geologi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang dijabatnya satu tahun terakhir ini, persisnya sejak letusan Gunung Kelud di Jawa Timur pada awal 2014. Sebelumnya, hampir seluruh kariernya sebagai pegawai negeri sipil dihabiskan di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, yang dulu bernama Direktorat Vulkanologi.
“Saya masuk Direktorat Vulkanologi sebagai pegawai honorer tahun 1982, diangkat menjadi PNS tahun 1984, ya sudah pas harus istirahat dan memberi kesempatan yang muda,” kata Surono.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dia mengaku sangat siap pensiun walaupun belum tahu apa yang akan dilakukannya nanti. “Yang ada di otak saya cuma bencana geologi, persoalan air tanah, dan belakangan juga soal panas bumi. Mana laku hal-hal itu di masyarakat. Koneksi saya paling relawan, ha-ha-ha. Tapi saya sudah pesan ke istri, harus siap obat tetes mata karena saya akan sering sakit mata, mata pencarian, ha-ha-ha. Lah, tabungan sebagai PNS enggak banyak. Tapi saya ikhlas,” ujar Surono.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Namun, tiba-tiba, Kamis (30/7) pagi, Surono menelepon dengan suara serak dan terbata tentang masa pensiunnya yang dipercepat pada 31 Juli 2015 dan kabar gembira penghargaan sebagai A Knight of the Legion of Honor in France yang baru saja dia terima dari Presiden Perancis.
Surono, yang menyelesaikan doktornya soal gunung api di Perancis, diundang menerima langsung penghargaan itu di Paris, September mendatang. Penghargaan yang diberikan karena Surono dianggap berjasa mempererat hubungan dua negara itu menjadi kado terindah baginya menjelang hari pensiun. (AIK)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Agustus 2015, di halaman 32 dengan judul “Kejutan dari Perancis Sebelum Pensiun”.