Wisata Agro Berbasis Bioteknologi Dirintis

- Editor

Kamis, 19 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lahan tidur seluas 9 hektar di Desa Buncitan, Sidoarjo, Jawa Timur, akan dimanfaatkan sebagai daerah wisata agro sekaligus untuk edukasi dan riset. Pendayagunaannya dilakukan dengan menerapkan hasil inovasi dari Balai Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Ahmad Riyadi, perekayasa dari Balai Bioteknologi BPPT, Rabu (18/10) di Sidoarjo, menyatakan, penataan kawasan pantai di Sidoarjo yang berhadapan dengan Selat Madura dimulai Oktober 2016. Lokasi itu kini dinamai Kawasan Wisata Agro Inovasi. Pembangunannya direncanakan selesai pada 2020.

Sekretaris Utama BPPT Soni Solistia Wirawan mengungkapkan, lahan itu milik Balai Teknologi Hidrodinamika BPPT. Semula lahan itu direncanakan untuk laboratorium pengujian desain kapal dan konstruksi lepas pantai. Namun, karena keterbatasan dana, rencana itu belum terealisasi sehingga lokasi itu terbengkalai selama 35 tahun. Upaya alih fungsi dilakukan agar aset itu memberi nilai tambah bagi BPPT dan masyarakat sekitar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Masterplan kawasan itu telah tersusun. Pembangunannya butuh dana Rp 20 miliar. Hingga akhir 2017, anggaran Rp 2,4 miliar dialokasikan antara lain untuk penataan kawasan, pembangunan unit pembuat pupuk kompos, rumah kaca untuk pembibitan tanaman, dan pemasangan mesin pembuat pakan ikan.

Inovasi yang diterapkan antara lain pada pembuatan pakan ikan terapung dengan mesin ekstruder. Pakan terapung ini memberi manfaat antara lain meningkatkan efisiensi pemberian pakan dan dekomposisi pakan yang mengendap di bawah kolam yang berpotensi meracuni ikan.

Introduksi teknologi dilakukan di lokasi itu yang berair payau. Di tanah bersalinitas ini akan dibudidayakan tanaman hortikultura dengan beberapa teknik. Selain itu, teknik pembibitan eksvitro juga dikenalkan, termasuk untuk tanaman lokal, seperti mangga, duku, dan jati. “Pembibitan ini melibatkan penduduk setempat,” kata Ahmad.

Mereka juga dikenalkan dengan teknik budidaya ikan nila dan gurami dengan pakan efisien dan pertumbuhan cepat. (YUN)

Sumber: Kompas, 19 Oktober 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB