Windows XP Pensiun, So What?

- Editor

Kamis, 10 April 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Microsoft menegaskan bakal segera mempensiunkan Windows XP. Lantas bagaimana dengan nasib para penggunanya, haruskah kita panik?

Walau sudah berusia 13 tahun dan memiliki banyak pengganti (Windows Vista, Windows 7 dan Windows 8.1), namun tetap saja pengguna Windows XP masih banyak. Bahkan masih menguasai 27,2% populasi komputer dunia, sedikit di bawah Windows 7 tapi di atas Windows 8.1.

Angka yang sedemikian besar membuktikan bahwa Windows XP adalah sistem operasi yang masih digandrungi. Entah itu karena sistemnya yang terkenal ‘enteng’ atau karena kompatibilitas yang sudah tidak diragukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tapi semua itu tak membuat Microsoft luluh, mereka tetap akan mengeksekusi mati Windows XP tepat tanggal 8 April waktu Amerika Serikat. Alhasil, banyak penguna yang merasa panik dibuatnya.

Wajar, karena ketika Windows XP tak lagi diperlihara oleh pembuatnya, maka celah-celah yang muncul di kemudian hari tidak akan tertutupi. Malware, virus, atau program jahat lainnya dapat dengan mudah bersarang.

Hal itu dikenal dengan istilah Zero Day Exploit. Saat dimana program jahat bebas wara-wiri di dalam sistem operasi yang sudah rentan.

Lalu apakah para pengguna Windows XP harus panik? Untuk pengguna rumahan mungkin hal itu tidak akan berdampak banyak, lagi pula mereka masih bisa menggunakan aplikasi anti virus. Tapi memang proteksi yang diberikan tidak akan maksimal karena tidak sampai ke level sistem operasi.

Lain halnya jika yang menggunakan Windows XP itu perusahaan besar atau pemilik mesin uang, mereka pasti dibuat pusing tujuh keliling atas keputusan Microsoft itu. Sekadar catatan, saat ini sekitar 95% mesin ATM yang beredar menggunakan Windows XP.

Mau tidak mau mereka harus segera melakukan upgrade sistem operasi, dan itu tidaklah mudah dan murah. Berbagai persiapan harus dilakukan agar proses migrasi berjalan lancar.

Sementara itu, agar tetap aman, mereka diberi pilihan untuk mengikuti program dukungan khusus. Tentunya dengan biaya-biaya yang menurut situs eWeek tak bisa dibilang murah.

Selain mesin ATM ada juga peralatan medis yang menggunakan versi lain Windows XP. Kalau perangkat ini dipercaya masih aman, karena dirancang untuk tidak berkomuniasi dengan dunia luar melalui internet.

Jadi intinya, untuk pengguna PC tidak perlu panik, karena Windows XP yang Anda pakai masih bisa berjalan dengan semestinya setelah tanggal 8 April 2014. Tak ada paksaan dari Microsoft untuk melakukan upgrade.

Tapi jika ingin tetap menggunakannya, ingat risiko soal keamanan Windows XP yang akan semakin rentan dikemudian hari. Jadi, Anda masih ingin setia dengan Windows XP?

SMB_XPEOS_Indonesia_IND

Trisno Heriyanto –

Sumber: detikinet, Selasa, 08/04/2014 18:43 WIB

——–

Bukan Roman Picisan di Wallpaper Windows XP

Microsoft memang akan segera menghentikan dukungan Windows XP, tapi satu hal yang tidak bisa dilupakan dari sistem operasi ‘sejuta umat’ adalah wallpaper bukit yang legendaris.

Gambar latar belakang pegunungan dengan komposisi hamparan lapangan hijau dan gumpalan awan putih bercampur biru disebut Bliss. Bliss itu adalah nama gambar bitmap bawaan Windows XP itu merupakan hasil jepretan foto lanskap di County Sonoma, California, AS. Sebelah tenggara Sonoma Valley, tak jauh dari peternakan tua bernama Clover Stornetta Inc.

Sang fotografer yang berhasil meringkus karya indah Tuhan itu adalah Charles O’Rear. Saat menjepret gambar itu dia masih berstatus sebagai juru foto bagi Majalah National Geographic.

Kematian Windows XP membuatnya harus membuka kembali memori di Januari 1996 silam. Tak cuma pemandangan yang diingat saat itu, namun juga romantisme klasik di balik pengambilan gambar legendari tersebut.

Saat itu Jumat sore, Chuck –demikian ia ingin disapa– yang sedang dimabuk cinta rela melewati daerah perbukitan yang terkenal sebagai penghasil anggur di California. Jarak yang jauh ditempuhnya untuk menemui sang kekasih, Daphe, yang kelak akan bersamanya di dalam biduk rumah tangga.

Kawasan yang dilaluinya tersebut sebetulnya bukanlah pertama kali dia lalui. Namun, Jumat sore itu berbeda. Bersama sang kekasih, dia menemukan suatu lukisan alam yang berbeda dari sebelumnya.

“Saat itu Januari, pertengahan musim dingin. Terkadang hujan masih datang diiringi dengan badai. Namun sore itu badai telah berlalu, ketika saya mengendarai mobil dari rumah Daphe. Ya Tuhan, saya melihat badai itu menyisakan awan putih di atas ladang rumput hijau,” kenangnya.

Lelaki yang berbunga-bunga karena cinta tersebut lantas turun dari mobilnya, Meninggalkan Daphe sekejap di mobilnya, untuk mengambil foto yang kelak akan dilihat oleh miliaran orang dan menjadi sesuatu yang ikonik.

Meninggalkan Daphe dan Chuck pun berganti menggengam kamera medium format Mamiya RZ67 dan membuat Bliss. Itu bukan pertama kalinya ia mencoba menangkap keindahan bukit-bukit tersebut, tapi hari itu berbeda.

“Aku telah memotret pemandangan itu sudah cukup lama, akan tetapi dengan film warna pun tak bisa mengeluarkan hasil komposisi warna hijau yang tepat,” tuturnya.

Banyak yang mengira bahwa hasil jepretan dari Windows XP tersebut adalah ladang tak jauh dari Kantor Microsoft, diedit dengan software pengelola gambar.

“Tapi maaf, Anda semua salah. Ini adalah nyata, dan semua yang saya dapatkan belum tersentuh (editan foto),” tangkisnya.

Setelah memotret, Chuck langsung bergegas memasukkan fotonya itu ke laman Corbis. Sebuah layanan penyedia foto yang dikelola oleh Microsoft. Tak lama setelah itu, dia dihubungi oleh pihak Microsoft yang berniat membeli hasil karyanya untuk Windows XP.

Oleh Microsoft, tentu saja gambar tersebut dipotong dan diedit sedemikian rupa untuk menyesuaikannya dengan desktop komputer.

Kendati sudah menjualnya kepada Microsoft, ternyata Chuck pernah menyesal telah menjual fotonya tersebut ke Microsoft.

Sang fotografer mengaku menyesal karena menjual terlalu murah hasil karyanya tersebut ke Microsoft. Penyesalannya apalagi kalau bukan tingginya jumlah pengguna Windows XP.

Walau tak disebut berapa jumlahnya, Chuck tidak bisa mengakui lagi bahwa itu merupakan foto yang dijepretnya karena sudah dijual ke Microsoft. Dia menyesal, karena seharusnya meminta setiap 1 sen dari software Windows XP yang dijual.

‘Orang Penting’ yang Dilupakan

Menjadi bagian dari ketenaran dari Windows XP, tak membuat nama Chuck ikut terangkat. Bahkan dia pernah mendapatkan pengalaman pahit karena tak dihargai sebagai fotografer.

Ketika itu dia bersama sang istri pergi ke Quennsland menggunakan kapal feri, nah dia melihat seluruh komputer di dek kapal itu menggunakan OS Windows XP dengan wallpaper ikoniknya.

“Itu foto saya,” ujarnya kepada salah seorang wanita yang bekerja di depan komputer. “Lalu kenapa?” jawab si wanita itu sinis.

Kendati dilupakan, dia tak pernah mau melupakan begitu saja bagaimana inspirasi itu datang. Chuck juga tak ingin kisah di balik wallpaper Windows XP tersebut menjadi cerita kapiran belaka.

Sedangkan Daphe, istrinya, masih setia menemaninya hingga kini usianya beranjak senja. Di rumah mereka, sebuah komputer milik sang belahan jiwa terpasang gambar langit biru, gumpalan awan putih dan ladang hijau. Itulah Bliss yang ia tangkap.

“Ini semua karena dia (Daphe), kita bisa melihat foto tersebut,” tandasnya.

Susetyo Dwi Prihadi
Sumber: detikinet, Jumat, 11/04/2014 10:09 WIB

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Berita ini 14 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Berita Terbaru

fiksi

Cerpen: Simfoni Sel

Rabu, 16 Jul 2025 - 22:11 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB