Wahana NASA OSIRIS-REx Tiba di Asteroid Bennu

- Editor

Rabu, 5 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Setelah menempuh perjalanan selama dua tahun, wahana antariksa OSIRIS-REx diperkirakan akan sampai di asteroid Bennu, Selasa (4/12/2018) pukul 00.00 WIB atau Senin (3/12/2018) waktu timur Amerika Serikat (EST). Wahana milik Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA) itu ditargetkan untuk mengambil sampel tanah Bennu dan membawanya pulang ke Bumi.

OSIRIS-REx atau Origins-Spectral Interpretation-Resource Identification-Security-Regolith-Explore diluncurkan pada 8 September 2016. Dia akan menjadi wahana pertama NASA yang akan mengambil sampel asteroid dan membawanya kembali ke Bumi.

Namun, apa yang dilakukan OSIRIS-REx bukanlah yang pertama. Wahana pertama yang membawa pulang sampel tanah asteroid adalah Hayabusa milik Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA) pada 2010 dengan membawa contoh tanah asteroid Itokawa. Sementara Hayabusa 2 sedang menuju asteroid Ryugu dan diharapkan tiba di asteroid itu pada 2020.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

–Citra asteroid Bennu yang diambil oleh wahana antariksa OSIRIS-REx pada 29 Oktober 2018. Citra diambil saat OSIRIS-REx terletak pada jarak 330 kilometer dari Bennu.

NASA menyebut proyek senilai 800 juta dollar AS atau sekitar Rp 12 triliun itu adalah misi untuk mencari asal usul kehidupan di Bumi. Asteroid adalah sisa-sisa pembentukan Tata Surya pada 4,5 miliar tahun yang lalu. Namun pengiriman wahana ini juga bisa jadi pengingat dimana dan bagaimana kondisi Bumi sekarang.

Unik
Asteroid Bennu atau nama lengkapnya 101955 Bennu yang menjadi target OSIRIS-REx ditemukan melalui survei proyek Lincoln Near-Earth Asteroid Research (LINEAR) pada 11 September 1999. Nama Bennu diberikan melalui sebuah kontes yang dimenangkan oleh seorang siswa kelas 3 sekolah dasar berumur 9 tahun, Michael Puzio, pada 2013.

Bennu digambarkan sebagai burung bangau abu-abu dan jadi salah satu dewa bangsa Mesir kuno yang senantiasa dikaitkan dengan Matahari, penciptaan dan kelahiran kembali. Puzio memberikan nama itu karena membayangkan panel surya dan batang pengambil sampel tanah asteroid yang dimiliki OSIRIS-REx mirip dengan sayap dan leher burung bangau tersebut.

NASA–Konsep artis saat OSIRIS-REx mendekati asteroid Bennu.

Bentuk asteroid Bennu cukup unik, yaitu mirip berlian. Bentuk itu diyakini diperoleh saat asteroid induk Bennu yang berdiameter 100-200 kilometer pecah dan menghasilkan Bennu beserta serpihan asteroid lain. Asteroid induk Bennu itu diperkirakan pecah akibat tabrakan dasyat dengan obyek Tata Surya lain yang terjadi antara 700 juta-2 miliar tahun yang lalu.

Tabrakan itu membuat asteroid induk Bennu pecah tercerai berai menjadi banyak serpihan. Selanjutnya, serpihan-serpihan kecil asteroid tersebut dipersatukan oleh gravitasi dan kohesi antarpartikel hingga serpihan-serpihan tersebut saling menempel dan membentuk Bennu.

Sebagai pecahan asteroid, otomatis ukuran Bennu lebih kecil dari induknya. Diameter bagian tengah Bennu ini hanya 492 meter atau setengah ukuran Lapangan Monumen Nasional (Monas) di pusat Jakarta.

Lokasi asteroid ini juga bukan di daerah asteroid pada umumnya, yaitu di Sabuk Asteroid antara planet Mars dan Jupiter. Posisi asteroid Bennu justru lebih dekat dengan Bumi. Jarak rata-rata Bennu terhadap Matahari adalah 168 juta kilometer, sedangkan jarak rata-rata Bumi ke Matahari sebesar 150 juta kilometer.

Meski demikian, lokasi asli asteroid induk Bennu itu diprediksi di Sabuk Asteroid. Setelah pecah, Bennu bergerak makin mendekati Bumi. Gerak Bennu itu merupakan konsekuensi dari interaksi gravitasi berbagai planet di sekitarnya serta dampak dari gerak rotasi asteroid itu sembari menyerap dan memancarkan kembali sinar Matahari.

Jarak yang cukup dekat terhadap Matahari membuat waktu yang ditempuh Bennu untuk satu kali mengelilingi Matahari selama 1,2 tahun Bumi. Jarak yang dekat antara Bumi dan Bennu itu membuat Bennu akan mendekati Bumi setiap enam tahun sekali dengan jarak yang bervariasi.

Kedekatan antara Bennu dengan Bumi itu membuat para astronom mewaspadainya. Bennu ditaksir memiliki peluang satu per 2.700 untuk menubruk Bumi pada akhir abad ke-22 mendatang.

Sementara waktu yang dibutuhkan Bennu untuk sekali berputar mengitari sumbunya adalah selama 4,3 jam. Uniknya, kutub utara Bennu miring 175 derajat terhadap ekuatornya. Konsekuensinya, kutub utara asteroid ini menghadap ke bawah relatif terhadap kutub utara Bumi.

NASA–Konsep artis tentang Bennu dan pecahan asteroid lain .

Secara komposisi, Bennu mengandung banyak materi karbon yang juga ditemukan di Bumi. Karena itu, para ahli menduga asteroid ini terbentuk dari sejumlah material kuno yang membentuk Tata Surya. Material-material itu ditempa oleh sejumlah bintang mati, termasuk ledakan supernova, yang terjadi jauh sebelum Tata Surya terbentuk.

Saat asteroid induknya pecah, material kuno penyusun asteroid itu akan dipanaskan oleh panas yang dihasilkan akibat tabrakan dahsyat tersebut. Pecahan asteroid itu seringkali mengandung bahan organik yang tidak selalu berasal dari sumber biologis.

Meski asteroid dapat mengandung bahan organik, namun tidak ada kehidupan di Bennu. Situasi lingkungannya tidak mendukung terciptanya kehidupan, baik karena suhunya yang terentang antara minus 38 hingga 116 derajat celsius dan kecilnya gaya gravitasi yang dimiliki Bennu.

Kecilnya gravitasi membuat Bennu tidak memiliki atmosfer. Tanpa adanya tekanan atmosfer, air cair tidak akan terbentuk di permukaan atau di bawah permukaan Bennu.

Potensi senyawa organik itu yang membuat eksplorasi asteroid menjadi penting. Asteroid diyakini memiliki informasi tentang asal usul terbentuknya kehidupan di Bumi. Situasi di Bennu saat ini dianggap mirip dengan saat kehidupan di Bumi bermula.

“Segala hal yang kaya dengan bahan organik (di Tata Surya) mungkin memiliki hubungan dengan bagaimana kehidupan di Bumi mulai,” kata mantan tim peneliti OSIRIS-REx dari Universitas Arizona, AS, Mike Drake seperti dikutip space.com.

Sampel
Pengambilan sampel asteroid Bennu akan dilakukan OSIRIS-REx menggunakan sejenis ‘lengan’ yang ada di bagian bawah wahana. Sebanyak 60 gram materi tanah Bennu diharapkan dapat diperoleh dengan misi ini untuk diteliti di Bumi dengan sejumlah instrumen dan metode yang tidak bisa dilakukan dalam riset di luar angkasa.

Proses pengambilan sampel itu diharapkan akan selesai pada tahun 2021 sehingga sampel akan sampai di Bumi tahun 2023.

NASA–Konsep artis saat OSIRIS-REx kembali ke Bumi dengan membawa 60 gram sampel tanah asteroid Bennu.

Namun, memahami asal usul kehidupan di Bumi dengan mempelajari asteroid bukanlah tujuan akhir. Memahami pembentukan asteroid tidak hanya memberikan pengetahuan tentang kondisi awal Tata Surya, tetapi juga membantu memberi pemahaman para ilmuwan tentang batuan luar angkasa yang berpeluang menabrak Bumi. Selain itu, pengetahuan ini juga akan membantu saat penambangan asteroid nanti dimulai.

“Misi OSIRIS-REx ini membantu mengembangkan teknologi penting untuk mengeksplorasi antariksa yang akan menguntungkan siapa saja yang tertarik dengan eksplorasi atau penambangan asteroid, baik NASA maupun perusahaan swasta,” kata ilmuwan keplanetan Universitas Arizona, Tucson, AS Dante Lauretta.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 4 Desember 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB