Pemerintah daerah diharapkan dapat ikut mempromosikan budaya lokal lewat arsitektur melalui kegiatan pendamping Paviliun Indonesia dalam 14th International Architecture Exhibition. Ekshibisi di Venesia, Italia, itu dibuka pada 7 Juni dan berlangsung hingga 23 November 2014.
Seperti diberitakan sebelumnya, dalam Paviliun Indonesia, tim kurator yang terdiri dari Avianti Armand selaku ketua dengan anggota Setiadi Sopandi, David Hutama, Robin Hartanto, dan Achmad D Tardiyana mengangkat tema ”Ketukangan: Kesadaran Material”. Mereka menampilkan dokumentasi perjalanan arsitektur Indonesia dan peran para tukang terampil.
Tahun ini tema besar ekshibisi arsitektur internasional itu ialah ”Fundamental” yang dibagi dalam tiga komponen pameran, yakni ”Elements of Architecture”, ”Absorbing Modernity: 1914-2014”, dan ”Monditalia”. Sebanyak 66 negara, termasuk Indonesia, diundang untuk mengisi paviliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketua tim komisioner Indonesia untuk International Architecture Exhibition la Biennale Ke-14, Endy Subijono, mengatakan, pameran itu masih berlangsung lima bulan lagi. Selain ekshibisi di Paviliun Indonesia yang telah diwujudkan oleh tim kurator, akan dilangsungkan pula sejumlah kegiatan paralel.
”Kami ingin mengajak pemerintah daerah untuk mengisi acara dalam kegiatan paralel itu,” ujar Endy, Senin (7/7). Endy juga akan membicarakan perihal undangan kepada pemerintah daerah itu dengan pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selaku pendukung Paviliun Indonesia.
Endy mengatakan, pemerintah daerah dapat memperkenalkan keunikan dan kebudayaan melalui arsitektur. Arsitektur yang tak lepas dari peradaban dapat menjadi pintu masuk untuk berbicara dan berpromosi tentang budaya. ”Kita bisa bicara tentang arsitektur yang unik dari berbagai daerah,” ujarnya.
Kekayaan budaya
Indonesia, menurut Endy, sangat kaya dengan langgam arsitektur. Sejumlah daerah memiliki gaya arsitektur yang unik. Budaya di daerah tersebut dapat diperkenalkan lewat gaya arsitektur itu. Ia mengatakan, di Toraja, misalnya, dikenal rumah adat tongkonan.
”Lewat rumah adat itu, kita tidak hanya bisa memperkenalkan arsitekturnya, tetapi juga bisa menceritakan berbagai cara kehidupan serta budaya masyarakat,” ujar Endy.
Ikon-ikon sebuah kota atau daerah yang berupa bangunan juga bisa diperkenalkan. Banten, misalnya, kaya berbagai bangunan peninggalan sejarah, seperti masjid dan benteng.
”Arsitektur dapat menjadi jalan untuk menggambarkan sejarah serta budaya kawasan itu,” ujar Endy yang baru terpilih sebagai Wakil Presiden Architects Regional Council Asia (ARCASIA).
Menurut Endy, karya arsitektur yang menjadi ikon sebuah kota atau daerah dapat juga menarik sebagai tujuan wisata. Sydney di Australia, misalnya, terkenal dengan Opera House atau kota Pisa dengan Menara Pisa.
Ragam diskusi
Secara terpisah, beberapa waktu lalu, ketua tim kurator Paviliun Indonesia, Avianti Armand, menyatakan, ragam diskusi telah disiapkan sebagai kegiatan paralel ekshibisi di Venesia.
Rangkaian tema diskusi yang direncanakan antara lain tema ketukangan dikaitkan dengan pengolahan material bambu yang memadukan teknik terkini dan tradisional. Tema lainnya ialah ketukangan dan kelestarian (sustainability). Lewat topik itu, diharapkan dapat didiskusikan tidak hanya soal produk akhir (arsitektur), tetapi juga proses produksinya.
Selain itu, juga akan diangkat pula tema arsitektur Indonesia masa depan. Dalam diskusi-diskusi tersebut, diharapkan dapat tercipta jejaring di dunia internasional sekaligus menjadi kesempatan untuk mempromosikan budaya. (INE)
Sumber: Kompas, 8 Juli 2014