Varietas Baru Cabai Merah Besar

- Editor

Kamis, 7 Desember 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tim peneliti gabungan Kementerian Pertanian dan Institut Pertanian Bogor mengembangkan varietas cabai merah besar menggunakan metode kultur jaringan untuk meningkatkan produktivitasnya. Hasilnya, varietas unggul cabai tahan serangan virus belang ChiVMV yang dinamai Carvi Agrihorti, akronim dari cabai resisten virus agri hortikultura. Varietas ini disebut juga Carvi SP (super pedas).

Sebagai negeri tropis yang subur, produktivitas cabai di Indonesia relatif tinggi. Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), sebagai produsen cabai, posisi Indonesia keempat setelah China, Meksiko, dan Turki. Namun, dari beragam jenis cabai yang ada, seperti cabai keriting dan cabai rawit, jenis cabai merah besar (Capsicum annuum L) masih rendah produktivitasnya, rata-rata hanya 6,39 ton per hektar. Untuk komoditas ini, Indonesia menduduki peringkat ke-90.

Peneliti dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) Kementerian Pertanian, Ifa Manzila, Rabu (6/12), mengatakan, penelitian ini dilakukan tim dari BB-Biogen dan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Kementerian Pertanian bekerja sama dengan ITB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Cabai ini dapat ditanam di mana saja di dataran rendah hingga tinggi, cukup diberi pupuk kandang,” ujar Ifa.

Cabai ini dapat ditanam di mana saja di dataran rendah hingga tinggi, cukup diberi pupuk kandang.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO–Pedagang menjual cabai merah di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Rabu (1/11/2017).

Varietas unggul ini mempunyai provitas (produktivitas tanaman) 22 ton per hektar. Adapun potensi hasilnya dapat mencapai 28 ton hingga 30 ton per hektar. Umur panennya 95 hari. Tinggi tanaman 60 hingga 78 sentimeter dan kadar kapsaisin (capsaicin) 2,6 mg per gram.

Dibandingkan tanaman asalnya, yaitu cabai merah Gelora yang berasal dari Bogor, ujar Ifa, kapsaisin-nya atau tingkat kepedasannya 5 kali lipat. Pada satu pohon terdapat 111 hingga 120 buah dengan total berat sekitar 1 kilogram. Dari satu bibit tanaman ini, pada masa tanam selama 2,5 bulan dapat dipanen 8 kali.

Mutasi kultur jaringan
Carvi Agrihorti dirakit dengan metode mutasi kultur jaringan. Caranya, tanaman disemai selama sebulan kemudian diambil jaringan di bagian tunas. Setelah itu direndam dalam EMS atau mutagen kimia. Bibit yang dihasilkan kemudian ditumbuhkan dalam media kultur jaringan.

Jaringan ini membentuk kalus embriogenik sampai tumbuh menjadi individu tanaman baru. Tanaman baru diseleksi sampai generasi keenam terhadap provitas, ketahanannya terhadap virus, dan kandungan kapsaisin-nya.

Penelitian kultur jaringan cabai ini dilakukan pada 2009. Untuk mendapat bibit yang optimal dilakukan enam kali penanaman atau 6 generasi. Uji coba tanaman hortikultura dilakukan selama satu tahun di Cipanas, Lembang, dan Garut.

“Tanaman cabai ini akan segera dilepas Kementerian Pertanian sebagai varietas unggul baru,” kata Ridwan Rachmat, Kepala Bidang Kerja Sama Pendayagunaan Hasil Penelitian BB- Biogen.

Cabai merah besar merupakan jenis sayuran yang bernilai ekonomis tinggi. Cabai ini mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan, antara lain antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung lasparaginase dan kapsaisin yang berperan sebagai zat antikanker. Kandungan vitamin C-nya juga tinggi. (YUN)

Sumber: Kompas, 7 Desember 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB