Riset Perguruan Tinggi soal Cabai Dibukukan untuk Jadi Solusi

- Editor

Kamis, 19 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dukungan riset pangan pada perguruan tinggi lewat Program Indofood Riset Nugraha yang dilakukan PT Indofood Sukses Makmur diharapkan mampu memberikan solusi bagi masalah pertanian, khususnya pangan di Indonesia. Salah satu riset yang dihasilkan pakar dari perguruan tinggi lewat Program Indofood Riset Nugraha yakni soal cabai.

Dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada 16 Oktober, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) menyelenggarakan Simposium Nasional dan Bedah Buku Cabai ”Potensi Pengembangan Agrobisnis dan Agroindustri Cabai” di Jakarta, Rabu (18/10).

Acara ini dilatarbelakangi oleh komoditas cabai yang merupakan hasil pertanian unik. Cabai, walaupun dikonsumsi dalam jumlah kecil (mikro), pergolakan harga cabai dalam negeri mempunyai peran esensial bagi ekonomi masyarakat, bahkan mempunyai peran signifikan pada ekonomi makro Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Simposium dan bedah buku yang diselenggarakan di Jakarta itu bertujuan untuk dapat menyusun rekomendasi yang tepat sasaran, lengkap, konkret, dan nyata untuk dapat keluar dari permasalahan (harga) cabai; khususnya melalui upaya pengembangan agrobisnis dan agroindustri cabai, di dalam produksi cabai besar-besaran melalui usaha swasembada cabai dari bumi Indonesia.

Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang mengatakan, simposium nasional dan bedah buku ini merupakan pengembangan dari Program Indofood Riset Nugraha (IRN), program tanggung jawab sosial perusahaan Indofood yang memberikan bantuan dana penelitian bidang pangan bagi mahasiswa S-1.

Indofood sebagai perusahaan makanan yang memiliki visi sebagai Total Food Solutions Company ingin memberikan kontribusi pada persoalan pangan nasional. Pada simposium nasional kali ini, fokus pembahasan adalah mencari solusi yang tepat sasaran, konkret, dan nyata untuk menekan fluktuasi harga cabai yang dapat memicu inflasi melalui agrobisnis dan agroindustri komoditas cabai.

”Indofood sebagai perusahaan makanan yang memiliki visi sebagai Total Food Solutions Company ingin memberikan kontribusi pada persoalan pangan nasional. Pada simposium nasional kali ini, fokus pembahasan adalah mencari solusi yang tepat sasaran, konkret, dan nyata untuk menekan fluktuasi harga cabai yang dapat memicu inflasi melalui agrobisnis dan agroindustri komoditas cabai,” kata Franciscus.

–Riset soal cabai merupakan salah satu riset pangan yang dikembangkan lewat Program Indofood Riset Nugraha (IRN) yang dilakukan PT Indofood Sukses Makmur setiap tahun. Hasil riset diharapkan dapat menjadi solusi masalah pertanian, khususnya pangan di Indonesia. Beberapa waktu lalu, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia mendapatkan bantuan dana dan kompetensi penelitian untuk melakukan riset pangan lewat program IRN.

Ketua Tim Pakar IRN FG Winarno mengatakan, di Indonesia sering menghadapi kondisi pasokan (supply) cabai segar yang tidak sesuai dengan permintaan masyarakat sehingga fluktuasi harga cabai pun tidak bisa dihindari. Fluktuasi suplai cabai disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya karena musim dan juga masalah penyakit tanaman.

Selain itu, cabai termasuk komoditas yang cepat mengalami kerusakan dan pembusukan sehingga perlu penanganan setelah panen yang tepat. Sementara saat ini di Indonesia belum ada perkebunan yang berskala besar yang dapat menjamin stok cabai nasional.

Winarno mengatakan, buku Cabai: Potensi Pengembangan Agrobisnis dan Agroindustri merupakan kumpulan tulisan, analisis, dan pemikiran Tim Pakar IRN. Buku ini mengupas komoditas cabai dari berbagai aspek, seperti aspek bioteknologi dan pengembangan cabai, kandungan gizi dalam cabai, budidaya cabai, hama dan penyakit cabai, cara peningkatan produksi cabai, hingga penanganan setelah panen.

”Kami berharap buku ini dapat memberikan manfaat dan solusi bagi permasalahan cabai yang dihadapi petani. Semoga buku ini juga bisa menambah pengetahuan, wawasan, dan pemahaman budidaya cabai bagi peminat baru budidaya cabai, para murid, dan mahasiswa bidang pertanian,” ujar Winarno.–ESTER LINCE NAPITUPULU

Sumber: Kompas,18 Oktober 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB