”Ledakan ulat bulu itu dari spesies lokal, bukan migrasi. Penyebab ledakan populasinya sangat kompleks,” kata Hari Sutrisno, peneliti pada Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Minggu (17/4) di Pandaan, Jawa Timur, ketika dihubungi dari Jakarta.
Hari mewakili LIPI meriset ledakan populasi ulat bulu bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada, Universitas Jember, Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur, serta beberapa dinas dari pemerintah kota/kabupaten yang mengalami ledakan populasi ulat bulu.
Paling fenomenal
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Spesies ulat bulu lain yang mengalami ledakan populasi adalah Lymantria beatrix, Sphrageidus virguncula, dan Orgya postica. Semua masuk famili Lymantriidae. Pada dasarnya ledakan populasi ulat bulu itu tak mematikan tumbuhan inang.
Menurut Hari, ledakan populasi ulat bulu paling fenomenal adalah di Probolinggo karena paling masif. Hasil penelusurannya, inang utamanya tanaman suku mangga-manggaan.
Tanaman mangga-manggaan ditemui mulai dari ketinggian 50 meter di atas permukaan laut (mdpl) hingga 900 mdpl dari Probolinggo hingga Gunung Bromo dan Gunung Tengger. Budi daya mangga yang tergolong monokultur ditengarai salah satu penyebab ledakan populasi ulat bulu.
Penyebab lain, musuh alami, seperti lebah tabuhan, semut rangrang, atau kepik yang tidak siap mengimbangi jumlah populasi ulat bulu. Predator kupu-kupu malam (ngengat) yang berkurang, di antaranya burung jalak-jalakan, kutilang, dan kelelawar.
Keanekaragaman hayati juga terganggu pola monokultur. Menurut ahli ekologi tumbuhan LIPI yang juga menjadi Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Mustaid Siregar, para ahli tumbuhan LIPI siap membantu pemerintah daerah memulihkan ekosistem.
”Hutan yang masih tersisa harus diselamatkan. Setidaknya, setiap pemerintah daerah dapat membuat kebun raya untuk mengoleksi setiap jenis tanaman asli,” kata Mustaid.
Menurut dia, keanekaragaman jenis tumbuhan menjadi kekhasan lingkungan tropika. Bila kekhasan itu terganggu, akan menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem yang di antaranya menyebabkan ledakan jenis hama dan penyakit tertentu.
Inisiatif warga
Di Garut, Jawa Barat, warga berinisiatif membasmi ulat bulu. Salah satunya Aat Syafaat, warga Kampung Jayawaras RT 02 RW 09 Kelurahan Jayawaras, Tarogong Kidul, yang membuat ramuan kimia.
Aat menggunakan obat kimia tertentu yang disuntikkan sebanyak 5-10 cc per pohon dengan kedalaman suntikan sekitar 10 sentimeter (cm). Setelah itu batang pohon ditutup tanah. Cara itu untuk mencegah penyebaran ulat bulu di pohon mangga. ”Agar ulat bulu tak menyerang pohon mangga dan pohon lainnya,” katanya.
Sementara itu, menyusul daerah lain, ulat bulu mengejutkan dua desa di Tegal, Jawa Tengah, sejak pekan lalu. Menurut Ali Maksus, warga Desa Tembokluwung, ulat bergerombol pada tanaman mangga. Hampir setiap warga di desa tersebut memiliki pohon mangga.
Menurut dia, selama tujuh tahun usia pohon mangga miliknya, baru kali ini ada serangan ulat bulu. Bahkan, ulat bulu yang berjatuhan dari pohon juga merambat hingga teras rumah. ”Saya harus sering menyapu agar ulat tidak masuk rumah,” katanya.
Warga berharap, pemerintah membantu membasmi serangan ulat bulu agar tanaman mangga mereka bisa berbuah kembali. (NAW/CHE/WIE)
Sumber: Kompas, 18 April 2011