Bersamaan dengan pembangunan kampus dan fasilitas Universitas Islam Internasional Indonesia, dilakukan penjajakan kerja sama dengan berbagai negara dengan UIII. Direncanakan, pengajar di kampus ini tak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari mancanegara, demikian pula mahasiswanya.
KOMPAS/NINA SUSILO–Wakil Presiden Jusuf Kalla meninjau pembangunan empat blok asrama mahasiswa di kampus Universitas Islam Internasional Indonesia, Depok, Selasa (15/10/2019). Asrama dan perumahan dosen ini dikerjakan PT Wijaya Karya (Persero) dengan nilai kontrak Rp 154 miliar.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, berbagai penjajakan kerja sama dengan beberapa negara dengan UIII mendapat tanggapan sangat baik. “Pertama kita minta kerja sama dalam hal ahli-ahli. Kedua dalam hal bahasa. Kemudian dalam pengiriman mahasiswa. Karena ini kerja sama antar agama jadi juga di sini diterima mahasiswa non muslim,” tutur Kalla seusai meninjau proyek pembangunan kampus UIII dan berbagai fasilitas penunjangnya di Cimanggis, Depok, Selasa (15/10/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kemungkinan kerja sama dengan berbagai negara ini tampak dari beberapa duta besar yang hadir dalam peninjauan tersebut. Mereka antara lain Dubes Turki Mahmud Erol Kilic, Dubes Inggris Owen Jenkins, Dubes Australia Gary Quinlan, Dubes Jepang Masafumi Ishii, dan Dubes Amerika Serikat Joseph R Donovan Jr. Wapres Kalla didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Syafruddin, serta Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir.
KOMPAS/NINA SUSILO–Wakil Presiden Jusuf Kalla bersama para menteri dan duta besar berfoto sembari meninjau pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia di Cimanggis, Depok, Selasa (15/10/2019).
Rektor UIII Prof Komaruddin Hidayat menambahkan, akan didatangkan profesor dari berbagai negara seperti Arab, Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan Eropa. Untuk kajian Islam, kerja sama tenaga pendidik juga akan dilakukan dengan universitas seperti Al-Azhar di Mesir atau dari Maroko. Adapun untuk pengajar bidang sosial dan humaniora, diutamakan profesor yang memahami dan memiliki simpati pada Indonesia.
“Agar meringankan beban negara, kami rencananya mendatangkan profesor atas biaya lembaga atau negara yang mensponsori. Tapi, sumber utama adalah APBN sebab ini menyangkut martabat dan harga diri bangsa,” tutur Komaruddin.
UIII juga akan menerima mahasiswa asing yang mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Indonesia. Skema beasiswa ini sedang disiapkan.
Pembangunan UIII diharap menjadikannya sebagai pusat peradaban Islam, menjadi tempat tujuan belajar Islam wasatiyah. “Kita ingin membuat center di timur,” tambah Wapres Kalla.
Tak hanya itu, pendidikan dengan penekanan pada Islam wasatiyah atau moderat akan menunjukkan Islam secara jernih. Para pembelajar baik dari latar belakang agama apapun akan melihat Islam dengan pemahaman yang moderat.
Bahkan, tambah Komaruddin, ke depan bisa disiapkan program studi interreligious study atau dulu namanya program studi perbandingan agama. Di program ini, sangat dimungkinkan baik dosen dan mahasiswanya lintas agama pula.
Target 2021
Pembangunan kampus UIII yang dimulai sejak pertengahan 2018 ini, menurut Kalla, sudah banyak kemajuan walaupun masih ada masalah lahan. Namun, proses pembayaran untuk pembebasan lahan sudah dimulai. Karenanya, pada 2021, semua ditarget sudah rampung.
Kendati Wapres Kalla sudah akan mengakhiri jabatan pada 20 Oktober 2019, dia meyakinkan proyek pembangunan kampus ini tetap berlangsung baik. Sebab, perencanaannya sudah diatur Bappenas dan penganggarannya disiapkan Kementerian Keuangan. Karena itu, semua sudah dikelola dengan baik.
Peninjauan kemarin dimulai dari asrama mahasiswa yang dikerjakan PT Wijaya Karya (Persero). Bangunan-bangunan asrama mahasiswa tampak sudah berjajar. Menurut Direktur Operasional PT Wijaya Karya Destiawan, realisasi asrama mahasiswa sudah 64 persen dari target pada minggu ke-45 pengerjaan yang 56 persen. Dia pun optimistis semua rampung pada waktunya.
Peninjauan juga dilakukan proyek pembangunan infrastruktur dan utilitas oleh PT Brantas Abipraya (Persero) dan pembangunan gedung rektorat, satu fakultas, dan plaza tiga pilar oleh PT Waskita Karya (Persero).
Kampus pusat kajian Islam moderat ini dibangun di lahan seluas 142,5 hektar yang selama ini digunakan untuk pemancar Radio Republik Indonesia. Secara keseluruhan, pembangunan akan berbiaya sekitar Rp 3,5 triliun yang dianggarkan secara multi tahun anggaran.
Di kompleks UIII ini juga akan dibangun Museum Sejarah Nabi dan Peradaban Islam. Museum ini, kata Kalla, akan menjadi museum modern terkait Nabi Muhammad SAW dan sejarah muslim. Adapun kesepakatan pendirian Museum Sejarah Nabi dan Peradaban Islam di Indonesia ditandatangani bersama DMI, Liga Muslim Dunia, dan Yayasan Wakaf Assalam di Jeddah, Arab Saudi akhir September lalu.–NINA SUSILO
Editor YOVITA ARIKA
Sumber: Kompas, 16 Oktober 2019