Universitas Indonesia menggelar Scholar Summit 2017 di Kampus UI , Depok, yang dibuka Selasa (10/10). Pertemuan para akademisi dari sejumlah negara ini menghadirkan sekitar 200 peserta untuk menyumbangkan pemikiran dalam upaya membuat dunia ini lebih baik.
Dalam acara pembukaan, Rektor UI Muhammad Anis mengatakan, perguruan tinggi harus berperan turut menyelesaikan berbagai permasalahan di dunia, termasuk dalam upaya menyukseskan tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Anis mengatakan, melalui Scholar Summit 2017 yang berlangsung selama 20 hari, UI mengajak seluruh akademisi di Indonesia dan negara-negara lain dapat bekerja sama mewujudkan tujuan SDGs sebagai bagian dari komitmen perguruan tinggi dalam membentuk masyarakat dan dunia yang lebih baik demi kepentingan generasi mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Pembukaan pertemuan akademisi internasional Scholar Meeting 2017 di UI, Depok, Selasa (10/10).
”Sesuai dengan tema ‘Shaping The Better World’, akademisi PT dari sejumlah negara dapat berkolaborasi untuk bekerja sama mewujudkan dunia yang lebih baik,” kata Anis.
Dalam acara pembukaan hadir Staf Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Paulina Pannen, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kemristek dan Dikti Ali Ghufron Mukti, serta Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Komunikasi dan Informatika Basuki Yusuf Iskandar.
”Perguruan tinggi tidak cukup berperan dalam penelitian dan riset, tapi juga punya kemampuan advokasi untuk memunculkan perubahan dalam berbagai kebijakan,” ujar Ghufron. (ELN)–ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas, 10 Oktober 2017
—————–
Perguruan Tinggi Berperan Serta dalam Percepatan Pembangunan
Perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berperan serta menyelesaikan permasalahan bangsa dan mendorong akselerasi pembangunan bangsa.
Sejumlah permasalahan di Indonesia dan dunia yang akan dituntaskan sebagai komitmen Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) membutuhkan pemikiran serta aksi bersama dari akademisi dan ilmuwan lintas disiplin ilmu.
Hal tersebut mengemuka dalam Scholar Summit 2017 yang berlangsung dua hari di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.
Pembukaan pertemuan para akademisi di perguruan tinggi dari sejumlah negara dengan tema “Shapping the Better World” tersebut berlangsung pada Selasa (10/10).
Hadir sekitar 200 peserta untuk menyumbangkan pemikiran dalam upaya membuat dunia ini lebih baik.
Rektor Universitas Indonesia Muhammad Anis mengatakan, para akademisi berkumpul guna menyatukan semangat dan usaha bersama untuk mencapai SDGs.
“Pertukaran ide antara akademisi dan ilmuwan dari lintas ilmu serta lintas negara dibutuhkan untuk pembangunan bangsa dan dunia. Dengan kemitraan, 17 tujuan dalam SDGs bisa dicapai untuk mewujudkan dunia yang lebih baik,” ujar Anis.
Pertukaran riset
Persoalan seperti kemiskinan, kelaparan, minimnya pelayanan kesehatan yang adil dan merata, pendidikan berkualitas, pengelolaan air bersih dan sanitasi, solusi energi terbarukan, pengurangan pengangguran, pertumbuhan ekonomi, inovasi industri dan infrastruktur, serta pemerataan pembangunan, dibahas dari hasil riset akademisi, antara lain dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Belanda, Thailand, Belanda, Korea Selatan, China, Inggris, dan Australia.
Akademisi dari rumpun ilmu yakni kesehatan, sains dan teknologi, serta sosial dan humaniora bertukar hasil riset terbaru yang dapat menjadi solusi untuk mengatasi berbagai masalah guna mencapai SDGs.
Pelayanan kesehatan dengan teknologi telemedicine, misalnya, bisa dioptimalkan untuk mengatasi daerah seperti Indonesia yang luas dan terbatasnya tenaga kesehatan di daerah. Ada pula penelitian tentang obat herbal Indonesia untuk pengobatan.
Dalam acara pembukaan hadir Staf Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Paulina Pannen; Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi, Kemristek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti; serta Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Komunikasi dan Informatika Basuki Yusuf Iskandar.
“Perguruan tinggi tidak hanya cukup berperan dalam penelitian dan riset, tetapi juga punya kemampuan advokasi untuk memunculkan perubahan dalam berbagai kebijakan,” ujar Ghufron.
Teknologi informasi
Basuki mengatakan, pencapaian SDGs tak bisa dipisahkan dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Namun, tantangannya tentang kesiapan masyarakat untuk menghadapi perubahan yang cepat dan radikal.
Paulina mengatakan, perguruan tinggi didorong menghasilkan dan memperkuat inovasi untuk meningkatkan daya saing bangsa. Oleh karena itu, PT tak cukup lagi hanya mendidik untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja, tetapi juga harus berkontribusi pada pembangunan bangsa dan dunia. (ELN)
Sumber: Kompas, 11 Oktober 2017