Universitas Gadjah Mada tengah menyusun naskah akademik untuk mengusulkan nama rektor pertama mereka, Profesor Sardjito, sebagai pahlawan nasional. Sardjito dinilai layak menyandang status tersebut mengingat peran besarnya di bidang kesehatan dalam periode revolusi kemerdekaan.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan UGM Djagal Wiseso Marseno mencatat, di masa perang revolusi kemerdekaan, Sardjito rajin menyuplai obat-obatan, makanan, vaksin dan vitamin bagi pasukan TNI. Vitamin untuk para pejuang kemerdekaan itu dahulu dikenal dengan sebutan “Biskuit Sardjito”.
“Atas dasar perjuangan dan pengorbanan Profesor Sardjito yang begitu besar tersebut kami mengusulkan beliau memperoleh gelar pahlawan nasional,” kata Djagal saat dihubungi Kompas, Jumat (23/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM, Sutaryo, menuturkan Sardjito mencetuskan ide pendirian Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) di DIY pada 1954. Rumah sakit tersebut kemudian diberi nama sesuai dengan penggagasnya, yakni RSUP Doktor Sardjito.
Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional untuk Prof Dr Sardjito – Murid TK mengunjungi salah satu ruang di Museum Universitas Gadjah Mada di kompleks kampus UGM, Yogyakarta, yang menampilkan patung Prof Dr Sardjito beserta sejumlah peralatan kerja serta perabotan yang ia gunakan selama masa hidupnya, Jumat (23/2). UGM dan Universitas Islam Indonesia kembali mengusulkan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Sardjito antara lain atas jasa-jasanya dalam dunia kesehatan pada masa perang kemerdekaan.–Kompas/Ferganata Indra Riatmoko (DRA)–23-02-2018
Sosok dokter kelahiran Kabupaten Magetan 13 Agustus 1891 ini juga berperan dalam revolusi fisik dan pendidikan di Indonesia. Sardjito turut membuat berbagai vaksin anti infeksi untuk para pejuang dan tentara Indonesia. Berkat kegigihannya, banyak pejuang Indonesia yang terselamatkan.
Sutaryo mengatakan, sebagai seorang dokter, Sardjito juga melakukan berbagai penelitian penting terkait berbagai penyakit. Salah satu obat hasil penelitian dan dedikasi Sardjito untuk kesehatan masyarakat Indonesia adalah “Calcusol” yang berfungsi sebagai obat batu ginjal.
Dedikasinya dalam bidang pendidikan terlihat dalam pendirian UGM yang kemudian melahirkan cendekiawan dan ilmuwan yang bekerja bagi kepentingan nasional. Sardjito juga tak hanya membidani pendirian UGM, tapi juga pengembangan masa awal pembentukan Universitas Islam Indonesia (UII).
Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional untuk Prof Dr Sardjito – Murid TK mengunjungi salah satu ruang di Museum Universitas Gadjah Mada di kompleks kampus UGM, Yogyakarta, yang menampilkan patung Prof Dr Sardjito beserta sejumlah peralatan kerja serta perabotan yang ia gunakan selama masa hidupnya, Jumat (23/2). UGM dan Universitas Islam Indonesia kembali mengusulkan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Sardjito antara lain atas jasa-jasanya dalam dunia kesehatan pada masa perang kemerdekaan.–Kompas/Ferganata Indra Riatmoko (DRA)–23-02-2018
Saat menjabat rektor di UII pada periode 1963-1970, Profesor Sardjito tidak maumenerima gaji. “Dia selalu menolak uang sidang atau gaji yang disodorkan karena dedikasinya di bidang pendidikan,” ujar Sutaryo.
Usulan kedua
Pada 2012 lalu, UGM pernah mengajukan nama Profesor Sardjito sebagai pahlawan nasional kepada Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X. Setelah melalui proses penyusunan naskah akademik dan mendapat persetujuan dari Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD),
“Saat itu Presiden punya pertimbangan dan kebijakan untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta,” ujar Djagal yang ditunjuk UGM sebagai panitia penyusunan naskah akademik.
Tahun ini, usulan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Sardjito kembali dilakukan. Pada 27 Februari 2018, lanjut Djagal, kajian akademis, termasuk bukti sejarah, bukti fisik, dan kesaksian masyarakat, akan dikaji dalam forum seminar nasional di Jakarta.
“Kalau semua berjalan lancar, bulan April nanti naskah akademik akan rampung untuk kemudian dikaji Menteri Sosial sebelum mendapatkan persetujuan presiden,” ujarnya.
Dalam keterangan tertulis, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menyambut baik pengusulan kembali gelar pahlawan nasional untuk Sardjito. Pengusulan ini penting dilakukan karena Sardjito melakukan perjuangan di bidang kesehatan untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan. (DIM)–DIMAS WARADITYA NUGRAHA
SUmber: Kompas, 24 Februari 2018