Tsunami Selat Sunda Bisa Dimitigasi

- Editor

Rabu, 26 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tsunami yang melanda pesisir Banten dan Lampung terjadi tanpa peringatan dini sehingga memicu banyaknya korban jiwa. Kejadian ini menjadi pelajaran penting mengingat tingginya risiko tsunami dari Selat Sunda.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati, Minggu (23/12/2018), mengatakan, tsunami yang melanda pesisir Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12/2018) malam tidak dipicu oleh aktivitas tektonik karena tidak terekam adanya gempa bumi sebelumnya. Keterangan ini sekaligus mengoreksi keterangan lembaga ini sebelumnya yang menyebutkan yang terjadi adalah gelombang pasang.

Berdasarkan data tide gauge atau alat pemantau perubahan muka air laut Badan Informasi Geospasial (BIG), tsunami tiba di Serang pada pukul 21.27 dengan ketinggian 0,9 meter, di Banten tiba pukul 21.33 dengan ketinggian 0,35 meter, di Pelabuhan Panjang, Lampung, pukul 21.53 dengan ketinggian 0,28 meter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peneliti tsunami dari Indonesia yang bekerja di GNS Science, Selandia Baru, Aditya R Gusman, mengatakan, tinggi tsunami di daratan lebih tinggi dibandingkan yang terpasang alat pengukur elevasi muka air. ”Alat ukur ini biasanya disimpan di kedalaman 5-10 meter. Jadi, kalau tsunami di darat pasti lebih tinggi daripada yang terekam di posisi alat pengukur,” katanya.

KOMPAS/RIZA FATHONI (RZF)–Pantauan udara garis pantai di kawasan Banten yang terdampak tsunami dari pesawat Cessna 208B Grand Caravan milik maskapai Susi Air, Minggu (23/12/2018). Bencana itu menimbulkan ratusan korban jiwa, sebagian luka-luka dan korban hilang, serta kerusakan pada gedung-gedung, permukiman, hingga kapal nelayan. Penanganan darurat dampak bencana terus dilakukan pihak BNPB bersama TNI, Polri, Basarnas, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian PUPR, Kementerian ESDM, dan lembaga terkait bersama pemerintah daerah.

Dengan menghitung waktu tiba tsunami di pesisir berdasarkan data tide gauge BIG, Aditya menemukan lokasi sumber dan waktu terjadinya peristiwa yang memicu tsunami. ”Saya menggunakan metoda backward tsunami propagation time berdasarkan waktu tiba sinyal di setiap stasiun untuk mencari lokasi dan waktu kejadian di sumbernya,” katanya.

Hasilnya, sumber tsunami diprediksi berada di sekitar kepulauan Anak Krakatau dan waktu kejadian sumber tsunami pada 21.02. Jika mengacu data tide gauge BIG, atau alat pemantau muka air laut di Serang, tsunami tiba paling awal di Serang pada pukul 21.27 dengan ketinggian 0,9 meter. Berikutnya, di Banten tiba pukul 21.33 dengan ketinggian 0,35 meter, di Pelabuhan Panjang, Lampung pukul 21.53 dengan ketinggian 0,28 metere.

Waktu jeda
Berdasarkan data ini, waktu jeda tsunami dengan tibanya di pantai Serang sebenarnya cukup lama, yaitu 25 menit, sedangkan di Banten 31 menit, dan Lampung 51 menit. ”Kecepatan tsunami itu berubah-ubah tergantung kedalaman di mana tsunami merambat. Semakin dalam lautnya, semakin cepat,” ujarnya.

Dengan jeda waktu ini, kejadian tsunami yang melanda di pesisir Banten dan Lampung seharusnya bisa dideteksi lebih awal. Masalahnya, sistem peringatan dini tsunami Indonesia (InaTEWS) yang dibangun sejak 2008 hanya disiapkan mengantisipasi tsunami yang dipicu gempa bumi.

”Sistem kita tidak untuk tsunami dari gunung api atau longsoran bawah laut,” kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono.

Aditya mengatakan, Gunung Anak Krakatau itu dikelilingi oleh tiga pulau, yaitu Sertung, Panjang, dan Rakata. ”Seharusnya di salah satu pulau ini di pasang stasiun pengamatan elevasi muka air agar tsunami yang berasal dari Anak Krakatau bisa terdeteksi sedini mungkin,” katanya.–AHMAD ARIF

Sumber: Kompas, 25 Desember 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB