Tri Mumpuni Raih ASEAN Social Impact Award

- Editor

Senin, 26 Maret 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aktivis pemberdayaan masyarakat asal Indonesia, Tri Mumpuni Iskandar (53), meraih penghargaan ASEAN Social Impact Awards 2018. Penghargaan untuk karya Tri Mumpuni dalam bidang pengembangan ekonomi masyarakat, khususnya dengan pengembangan listrik mikrohidro di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, itu diserahkan di Singapura, Rabu (21/3).

Penyerahan penghargaan yang diprakarsai Asia Philantropy Circle (APC) bersama National University of Singapore (NUS) dan Ashoka Foundation itu dihadiri, antara lain, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia Puan Maharani, Richard Tan Kok Tong dari Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga Singapura, pejabat bidang pemberdayaan masyarakat dari anggota ASEAN, serta filantrop dari sejumlah negara di Asia.

Filantrop asal Indonesia yang hadir antara lain Victor R Hartono dari Djarum Foundation dan Belinda Tanoto dari Yayasan Bhakti Tanoto.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Chairman APC Stanley Tan menjelaskan, penghargaan ASEAN Social Impact sudah dilaksanakan selama tiga tahun terakhir.

Penghargaan yang diinspirasikan oleh filantrop asal Singapura, Dr Ee Peng Liang, itu adalah untuk mendorong lahirnya aktivis pemberdayaan masyarakat di negara anggota ASEAN, yang memberikan dampak sosial luar biasa bagi masyarakat.

Untuk tahun 2018, panitia menerima 160 usulan peraih penghargaan ASEAN Social Impact yang berasal dari seluruh negara ASEAN. Bidang yang ditawarkan pun beragam, antara lain terkait pemberdayaan ekonomi masyarakat, lingkungan hidup, pertanian, pembangunan masyarakat, dan hak asasi manusia (HAM).

Dewan juri, yang terdiri atas 30 ahli dari berbagai bidang, akhirnya memilih 12 finalis. Dari finalis itu, dipilih lagi sehingga menjadi enam calon yang berhak menerima penghargaan.

Guru Besar Jurusan Pekerja Sosial NUS S Vasoo menambahkan, peraih ASEAN Social Impact Awards menunjukkan kreativitas, daya tahan, dan semangat kemanusiaan yang luar biasa untuk mengembangkan masyarakat. Peraih penghargaan juga menunjukkan komitmen yang luar biasa untuk mengembangkan masyarakat tanpa pamrih.

Kembangkan listrik
Tri Mumpuni mengisahkan pembangunan listrik mikrohidro yang diprakarsainya di Desa Kamanggih, Kecamatan Kahaungueti, Kabupaten Sumba Timur. Pembangunan kelistrikan dipilih karena tak banyak hal yang bisa dilakukan tanpa listrik.

”Listrik adalah kata kunci untuk pengembangan perekonomian masyarakat. Dengan adanya listrik, ada banyak prakarsa yang bisa dijalankan warga,” ujar Direktur Eksekutif Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan itu.

Pembangunan kesehatan masyarakat, bahkan pertanian, lanjut Tri Mumpuni, juga membutuhkan daya listrik. Keberadaan daya listrik, yang diikuti keteladanan dalam mengutamakan pendidikan, mendorong masyarakat secara mandiri mengembangkan dirinya pula.

Tri Mumpuni berkarya di Sumba sejak tahun 1999. Kini di desa itu, selain pertaniannya berkembang dan perekonomian masyarakat semakin baik, juga melahirkan lebih dari 30 sarjana. Mereka pun kembali mengembangkan masyarakatnya.
”Musuh utama kita adalah kemiskinan,” ujarnya.
Sebagai pemenang ASEAN Social Impact Awards 2018, Tri Mumpuni meraih plakat dan dana pengembangan 50.000 dollar Singapura.

Dua pemenang kedua (runner-up), yaitu Cherrie Atilano dari Agrea Agricultural System International (Filipina) dan Somsak Boonkam dari Local Alike (Thailand), masing-masing menerima plakat dan dana pembinaan 25.000 dollar Singapura.

Tiga finalis lainnya berasal dari Indonesia. Mereka adalah Goris Mustaqim dari Rumah Sehat Garut, Irfan Amalee dari Peace Generation, dan Maria Loretha dari Cinta Alam Pertanian.–P TRI AGUNG KRISTANTO DARI SINGAPURA

KOMPAS/P TRI AGUNG KRISTANTO–Tri Mumpuni (berhijab merah) bersama peraih penghargaan ASEAN Social Impact Awards 2018 lainnya dan panitia di Singapura, Rabu (21/3).

Sumber: Kompas, 21 Maret 2018
—————-
Sociopreneur Indonesia Raih Penghargaan ASEAN Social Impact Awards

Pada seremoni penghargaan di Singapura, Rabu (21/2018) pekan lalu, Tri Mumpuni selaku pendiri Insitut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) dari Indonesia, didaulat sebagai pemenang utama ASEAN Social Impact Awards. (Dok asiaphilanthropycirlce.org)

Tiga sociopreneur asal Indonesia, Filipina, dan Thailand terpilih ASEAN Social Impact Awards setelah berhasil memberikan dampak positif yang besar secara sosial dan ekonomi di negaranya masing-masing.

ASEAN Social Impact Awards digelar atas kerjasama Fakultas Seni dan Ilmu Kemasyarakatan Universitas Nasional Singapura (NUS) dan Ee Peng Liang Memorial Fund, Asia Philanthropy Circle (APC) serta Ashoka Innovators for the Public. Acara penghargaan ini didedikasikan bagi sociopreneur yang berhasil menggerakkan dan memberdayakan masyarakat menuju kehidupan lebih baik.

Pada seremoni penghargaan di Singapura, Rabu (21/2018) pekan lalu, Tri Mumpuni selaku pendiri Insitut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) dari Indonesia, didaulat sebagai pemenang utama. Tri terpilih karena keberhasilannya memberikan akses listrik dan pengembangan ekonomi untuk desa-desa terpencil di Indonesia.

Tri bekerja sama dengan masyarakat untuk membangun pembangkit listrik tenaga hydro dan melatih penduduk untuk mengoperasikan pembangkit listrik tersebut. Atas usahanya itulah Tri mendapatkan hadiah sebesar 50 ribu dollar Singapura.

“Ini (hadiah) untuk membantu mengembangkan upaya memberikan kehidupan lebih layak bagi masyarakat terpencil. Penghargaan ini membuat saya sadar bahwa untuk memperbaiki kondisi ketimpangan antara si miskin dan si kaya menjadi tidak begitu sulit, karena masyarakat filantopi terlibat di dalamnya. Pegiat pemberdayaan merasa mendapat banyak teman yang ingin sama-sama memperbaiki dunia yang penuh ketimpangan ini,” kata Tri.

Adapun penghargaan kedua diberikan kepada Cherrie Atilano, pendiri AGREA Agricultural Systems International Inc. Apresiasi runner up untuk Filipina ini diberikan berkat usaha Cherrie meningkatkan akses skema keuangan, teknologi dan informasi bagi petani. Dia juga memberikan pelatihan para petani untuk menjaga lingkungan dan memastikan mata pencaharian mereka dapat terus berkembang dan berkelanjutan.

Sementara itu, penghargaan runner up lain juga diberikan kepada Somsak Boonkam, pendiri Local Alike dari Thailand. Penghargaan diberikan karena upaya Somsak meningkatkan kapasitas masyarakat untuk mengembangkan sektor pariwisata.
Somsak menggunakan ini sebagai jalan masuk untuk menyelesaikan masalah sosial, menjaga budaya lokal dan menambah penghasilan masyarakat. Keduanya mendapatkan hadiah sebesar 25 ribu dollar Singapura untuk membantu upaya dalam proyeknya masing-masing.

Penghargaan yang digelar untuk pertama kalinya ini terinspirasi oleh semangat berbagi yang ditunjukkan oleh Dr Ee Peng Liang yang sering disebut sebagai Bapak Kegiatan Amal (Father of Charity Singapura).

Stanley Tan, Ketua Komite ASEAN Social Impact Awards dan APC, mengatakan bahwa tujuan penghargaan ini untuk menciptakan ekosistem bagi agen perubahan sosial yang dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tantangan dengan mengedepankan semangat wirausaha untuk membangun masyarakat produktif dan saling terkoneksi.

“Pengusaha sosial itu sering dilupakan oleh para pembuat keputusan, khususnya para filantropis dan instansi pemerintah,” ujar Stanley.

Dia berharap penghargaan ini bisa meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengusaha sosial dan membangun jembatan kolaborasi. Sejauh ini mereka memegang kunci ke perubahan sosial sehingga akan terus berkomitmen mendukung penghargaan ini di tahun-tahun mendatang.

Selaras dengan Stanley, Associate Professorial Fellow Departemen Sosial Fakultas Seni dan Ilmu Kemasyarakatan NUS, Dr S Vasoo, mengatakan bahwa tiga penerima penghargaan ASEAN Social Impact Awards sudah menunjukkan kreativitas dan semangatnya untuk membangun masyarakat dari bawah. Mereka menghasilkan solusi berkelanjutan dan berdampak luas.
“Mereka secara tidak langsung telah menunjukkan semangatnya untuk membantu sesama. Maka, sangat penting bagi kita semua untuk terus mendukung mereka agar lebih berdampak lagi di wilayah ASEAN dan agar proyek yang sudah mereka bangun dapat berlanjut untuk jangka waktu panjang,” ujar Vasoo.

Untuk itu, Vasoo menambahkan, para penerima penghargaan ini harus memenuhi tiga kriteria, yaitu bertujuan membantu masyarakat dengan masalah sosial di ASEAN, memiliki dampak sosial yang dapat dibuktikan, dan sudah beroperasi secara konsisten minimal tiga tahun terakhir.

Tri, Cherrie serta Somsak terpilih dari sekitar 160 pendaftar yang diterima oleh pihak penyelenggara.

Editor : Latief

Sumber: Kompas.com – 26/03/2018
—————-
Tri Mumpuni Diganjar ASEAN Social Impact Awards 2018

Peduli terhadap perekonomian masyarakat pedalaman, aktivis pemberdayaan masyarakat Indonesia, Tri Mumpuni Iskandar, diganjar penghargaan ASEAN Social Impact Awards 2018, pada Rabu (21/3) lalu.

Penghargaan yang diterima Tri Mumpuni dalam bidang pengembangan ekonomi masyarakat, khususnya listrik mikrohidro di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.

Tri Mumpuni Iskandar yang juga Pendiri Insitut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) terpilih karena keberhasilannya memberikan akses listrik dan pengembangan ekonomi untuk desa-desa terpencil di Indonesia. Dalam prakterknya, dia bekerja sama dengan masyarakat untuk membangun pembangkit listrik tenaga hydro dan melatih penduduk untuk dapat mengoperasikan pembangkit listrik tersebut.

Atas usahanya ini, Tri Mumpuni mendapatkan hadiah sebesar 50 ribu Dollar Singapura untuk membantu mengembangkan upayanya memberikan kehidupan yang lebih layak bagi masyarakat terpencil.

“Keberadaan penghargaan ini membuat saya sadar bahwa untuk memperbaiki kondisi ketimpangan antara si miskin dan si kaya menjadi tidak begitu sulit karena masyarakat filantopi seperti APC Singapure dan APC Indonesia ikut terlibat di dalamnya,” tutur Tri Mumpuni dalam siaran tertulisnya pada Minggu (25/3).

Perempuan kelahiran Semarang, 6 Agustus 1964 ini mengatakan, berbagi tidak harus selalu berbentuk materi, namun energi, tenaga dan ketulusan hati.

“Sehingga pegiat pemberdayaan merasa mendapat banyak teman yang ingin sama sama memperbaiki dunia yang penuh ketimpangan ini,” jelasnya.

Ajang penghargaan ini diprakarsai Fakultas Seni dan Ilmu Kemasyarakatan Universitas Nasional Singapura (NUS) berkolaborasi dengan Ee Peng Liang Memorial Fund, Asia Philanthropy Circle (APC) dan Ashoka Innovators for the Public.

Sumber: JPNN, Minggu, 25 Maret 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB