Direktorat Pendidikan Tinggi secara bertahap melakukan sinkronisasi program studi agar sesuai dengan standar ASEAN. Hal tersebut dilakukan guna menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 yang membebaskan mobilitas mahasiswa di kawasan regional.
”Sinkronisasi mutu sesuai dengan standar pendidikan ASEAN akan dilakukan maksimal 75 persen hingga 80 persen dari setiap program studi (prodi). Jadi, ciri khas Indonesianya tetap ada dan dapat menjadi daya tarik bagi mahasiswa asing,” tutur Kepala Subdirektorat Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan Tinggi Kemristek dan Dikti Widyo Winarno, di Jakarta, Selasa (11/11).
Beberapa prodi dengan ciri khas Indonesia adalah Sejarah, Studi Indonesia, Antropologi, Arkeologi, Sastra Nusantara, dan Kedokteran. Prodi tersebut memiliki keunikan yang diyakini dapat menjaring mahasiswa asing untuk belajar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Widyo mengutarakan, kurikulum juga disesuaikan dengan standar Jaringan Universitas ASEAN (AUN). Oleh karena itu, Dikti mencari solusi dari kendala yang dihadapi, seperti jumlah kewajiban satuan kredit semester (SKS) dan peraturan visa mahasiswa yang berbeda di setiap negara.
Penyinkronan SKS sesuai dengan standar AUN dilakukan di 26 perguruan tinggi (PT) di Asia Tenggara. PT Indonesia yang ikut dalam kerja sama ini adalah Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga, dan Institut Teknologi Bandung.
Di UI contohnya, berdasarkan data Kantor Internasional UI tahun 2014, terdapat 100 mahasiswa UI yang belajar ke sejumlah negara ASEAN selama beberapa bulan hingga satu semester. Sementara untuk mahasiswa asing asal negara ASEAN yang belajar di UI pada 2014 ada 73 orang.
Direktur Bidang Pengembangan Akademis UI Gatot F Hertono mengatakan, Malaysia dan Singapura merupakan negara tujuan terpopuler mahasiswa UI. Adapun Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM Muhadi Sugiono mengungkapkan, jumlah mahasiswa Thailand yang belajar bahasa Indonesia makin bertambah. (DNE)
Sumber: Kompas, 12 November 2014