Tinta Alami dari Bunga Perdu

- Editor

Senin, 19 Maret 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tahun ini pemilihan kepala daerah serentak digelar di 171 daerah. Dibutuhkan sekitar 1,3 juta botol tinta untuk menandai warga yang telah menyalurkan haknya. Tinta yang biasanya membekas selama 1- 2 hari pada kulit dan kuku ini mengandung perak nitrat yang berisiko bagi kesehatan.

Tinta menjadi kebutuhan wajib bagi setiap penyelenggaraan pesta demokrasi. Namun tahukah kita apabila tinta-tinta yang umumnya buatan pabrik dan berbahan “kimia” ini sebenarnya bisa didapatkan dari tanaman di semak-semak atau tanaman perdu.

Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyuguhkan potensi tersebut. Dengan menggunakan bunga harendong (Melastoma malabtricum L) dari jenis tanaman perdu bisa dihasilkan tinta pemilu alam yang ramah lingkungan. Harendong ini satu dari 62 jenis tanaman yang tercatat berpotensi dimanfaatkan sebagai pewarna alami.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

ARSIP/YELIN ADALINA–Harendong (Melastoma malabtricum L) adalah tumbuhan perdu yang tumbuh liar pada tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup. Jenis tumbuhan ini dapat ditemukan hampir di seluruh Indonesia mulai dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.650 meter di atas permukaan laut pada tempat-tempat terbuka, pinggir hutan, lereng gunung, semak belukar, dan sebagainya. Buahnya yang berwarna ungu tua dapat diekstraksi dan dievaporasi menjadi bahan pasta untuk diolah menjadi tinta.

Dr Yelin Adalina, peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan HutanKLHK mengatakan, bunga harendong selama ini tak banyak dilirik dan digunakan karena dianggap sebagai bunga semak-semak biasa. Padahal dalam beberapa literatur dan kepercayaan tradisional, bunga ini bisa bermanfaat sebagai pengobatan herbal.

Sejak tahun 2013, Yelin memulai meneliti dan menjajal potensi bunga harendong sebagai tinta. Namun risetnya ini mengalami putus-sambung karena keterbatasan dana dan kesempatan. “Ini saya ingin melanjutkannya lagi,” kata dia.

Seperti tinta standar yang diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 32 Tahun 2008 tentang Spesifikasi Warna Tinta Pemilu, tinta dari bunga harendong ini juga menghasilkan warna ungu yang persis seperti buatan pabrik.

Percobaan yang dilakukan Yelin pada sejumlah responden menunjukkan daya lekat tinta bunga harendong cukup kuat. Minimal bertahan sehari dan ini sudah cukup karena pemilihan hanya berlangsung sehari.

Menurut data KPU pada 13 Desember 2017, kebutuhan tinta pemilu pada pilkada serentak 2018 ini mencapai 1.302.784 botol tinta. Yelin mengatakan, tinta pemilu saat ini diimpor dari India. Warnanya ungu mengkilap karena memiliki kandungan perak nitrat (AgNO3) mencapai 11 persen. Senyawa AgNO3 ini juga menguatkan perlekatan warna pada permukaan kulit dan kuku.

ARSIP/YELIN ADALINA–Hasil pencelupan jari ke tinta hasil ekstraksi bunga harendong.

Namun sebuah brosur perusahaan yang didapatkan dari situs Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), sebuah produsen di Indonesia menyatakan telah memproduksi tinta sidik jari water based. Bahkan perusahaan ini telah dipercaya menjadi penyedia tinta pemilu presiden putaran kedua pada tahun 2004 serta pilkada di beberapa daerah pada 2005 dan 2006.

Keberadaan perak nitrat ini dalam kadar tertentu berbahaya bagi tubuh. Pada tinta dari bunga harendong, kandungan perak nitrat bisa dijaga pada 2 persen.

“Jauh lebih aman bagi tubuh apabila memprioritaskan prinsip kehati-hatian,” kata Yelin.

Kondisi ini membuat kualitas tinta dari tumbuhan ini lebih baik dari tinta ekstrak nabati yang digunakan saat Pilpres 2009 dengan kandungan AgNO3 sebesar 4 persen. Penggunaan senyawa perak nitrat sebenarnya beresiko pada kesehatan di antaranya menyebabkan iritasi pada kulit dan mata jika terpercik. Mengutip sebuah penelitian, Yelin menyebutkan paparan AgNO3 dalam jangka panjang dapat mempengaruhi sistem syaraf tubuh manusia.

“Saya ingin sebenarnya tanpa perak nitrat sama sekali. Tapi perak nitrat ini yang membuat tinta menempel kuat,” kata dia.

ARSIP/YELIN ADALINA–Noda bekas pencelupan tinta ekstraksi bunga harendong setelah dicuci dengan air dan deterjen tidak bisa hilang/bersih.

Proses
Yelin menjelaskan, tinta dari bunga harendong ini didapatkan dari ekstraksi bagian bunga harendong dengan pelarut dengan menggunakan blender. Komposisinya, satu bagian bunga dan lima bagian pelarut air. Kemudian larutan diaduk dan disaring

Namun, kata dia, hasil ekstraksi masih menghasilkan cairan tinta yang encer. Ia belum menemukan formulasi agar tinta bisa lebih kental dan tahan lama dengan tetap mengandalkan pelarut air.

Yelin pun belum menjajal ketahanan maksimal daya tempel tinta serta penyimpanan tinta agar tak berjamur. Syarat ini penting mengingat bahan organik relatif mudah rusak oleh jamur maupun mikroorganisme lain apabila tanpa penambahan pengawet.

Yelin pernah menjajal penggunaan pelarut alkohol (etanol dan methanol). Hasilnya paling baik menggunakan methanol. Namun, pelarut ini akan menimbulkan biaya produksi yang lebih besar meskipun keuntungannya, tinta yang menggunakan pelarut alkohol ini memiliki keawetan jauh lebih lama dibandingkan tinta berpelarut air.

Namun dengan temuan dan percobaan yang dilakukannya sejauh ini, Yelin sudah menemukan tinta alam yang melekat ke kuku dan kulit setelah 55-60 detik terekspos udara usai pencelupan serta tidak menimbulkan gatal atau alergi.

Lebih menggembirakan lagi, noda tinta dari ekstrak tumbuhan harendong ini tahan terhadap pencucian air dan deterjen. Temuan ini cukup menggembirakan karena tak semua bahan pewarna alam bisa melekat kuat ke kuku dan kulit.

Yelin kini sedang memikirkan teknik yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal. “Bila teknik sudah didapat, apapun bahannya bisa dipakai,” kata Yelin. Dia mencontohkan, sumber tinta alami juga bisa didapatkan dari kulit buah naga yang selama ini menjadi sampah setelah dimanfaatkan daging buahnya.

Kirsfianti Ginoga, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, menyatakan, tinta pewarna alami ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Ia mendorong agar penelitian-penelitian seperti ini dikembangkan.

Hemat biaya
Harendong adalah tumbuhan perdu yang tumbuh liar pada tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup. Jenis tumbuhan ini dapat ditemukan hampir di seluruh Indonesia mulai dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.650 meter di atas permukaan laut pada tempat-tempat terbuka, pinggir hutan, lereng gunung, semak belukar, dan sebagainya. Karena itulah nama lokalnya juga bermacam-macam seperti senduduk, senggani, dan kluruk.

Buahnya yang berwarna ungu tua juga dapat diekstraksi dan dievaporasi menjadi bahan pasta untuk diolah menjadi tinta. Pada beberapa referensi penelitian menyebutkan pengobatan tradisional bagian daun, tunas, kulit kayu, biji, dan akar M malabathricum telah digunakan untuk mengobati diare, disentri, wasir, luka dan luka, sakit gigi, dan sakit perut. Riset ilmiah pada tahun 2011 pun membuktikan kandungan senyawa kimia pada tumbuhan ini mengandung zat antiperadangan, antioksidan, serta berbagai senyawa medis lain.

Pemanfaatan tanaman ini sebagai tinta sidik jari pemilu ini merupakan hal baru. Selain ramah lingkungan, pemanfaatan tinta alami ini juga berdampak pada penghematan pembelian tinta pemilu.

Harga tinta pemilu legislatif lalu (berbahan dasar sintetik dan import) sekitar Rp 30.000 per botol (30 cc), sedangkan harga tinta M malabathricum skala laboratorium sekitar Rp 21.000 per botol (40 cc).

Yelin menghitung pemilu legislatif yang melibatkan 153 juta pemilih di Indonesia dengan kebutuhan tinta sebanyak kurang lebih 1.170.438 botol (isi 30 cc) dengan anggaran sekitar Rp 33 miliar. Perhitungan awal menunjukkan bahwa penggunaan tinta sidik jari dari tumbuhan M malabthricum ini dapat menghemat anggaran sampai dengan 40 persen atau sekitar Rp 14 miliar.

Apabila tinta pemilu dari bunga harendong berbasis pelarut air ini bisa dikembangkan secara masal bakal menjadi sumbangan nyata untuk menggelar pesta demokrasi yang ramah lingkungan. Di samping itu, penggunaan pelarut air pun tak akan menimbulkan resistensi dari sisi religi dan tubuh dibandingkan penggunaan alkohol yang di sisi lain diproduksi juga oleh pabrik.–ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 19 Maret 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 30 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB