Tiga Respons Berbeda terhadap Tertawaan Pasangan

- Editor

Rabu, 17 Oktober 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tertawa memainkan peran penting dalam hubungan romantis pasangan kekasih atau suami istri. Namun, respons terhadap tertawa ternyata dapat berbeda. Penelitian di Jerman menunjukkan ada tiga ciri respons terhadap tertawa, yaitu takut ditertawakan (gelotofobia), senang ditertawakan (gelotofilia), dan suka menertawakan orang lain (katagelastisisme).

ANASTASIA EFRIN–Tertawa lepas

Penelitian berjudul ”Untuk Mencintai dan Tertawa: Menguji Aktor, Mitra, dan Efek Kesamaan dari Disposisi terhadap Ejekan dan Ditertawakan pada Kepuasan Hubungan” itu dimuat dalam Journal of Research in Personality, yang juga dipublikasikan sciencedaily.com.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penelitian tentang tertawan itu dilakukan Kay Brauer dan René T Proyer dari Departemen Psikologi Universitas Martin Luther Halle-Wittenberg, Jerman.

”Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa orang mencari pasangan dengan rasa humor dan yang menikmati tawa,” kata René Proyer.

HANDRI RAMDHANI–Pasangan pengantin ini benar-benar bahagia dan menunjukkan kebahagiaannya dengan tertawa, menari, dan meloncat-loncat bersama.

Namun, reaksi orang-orang yang ditertawakan sangat berbeda: sebagian orang takut ditertawakan atau gelotofobia. ”Mereka cenderung menafsirkan tawa sebagai sesuatu yang negatif atau merendahkan,” kata Proyer.

Ada orang lain yang senang menjadi pusat perhatian dan dengan sengaja memancing situasi yang membuat orang lain tertawa tentang mereka. Bagi banyak orang, ditertawakan adalah ungkapan penghargaan. Ciri ini disebut gelotofilia.

Ciri lainnya adalah menikmati tertawa tentang orang lain dan sengaja membuat mereka menjadi lelucon, yang disebut sebagai katagelastisisme.

Ketiga karakteristik ini adalah ciri-ciri kepribadian yang dapat terjadi pada saat yang sama untuk berbagai tingkat dan dalam kombinasi yang berbeda. Mereka dapat berkisar, misalnya, dari membuat lelucon yang tidak berbahaya untuk mengejek orang lain. Kombinasi ciri-ciri individu lain, misalnya seseorang yang suka tertawa tentang orang lain tetapi tidak suka ketika orang lain menertawakan mereka. ”Semua karakteristik ini normal hingga titik tertentu, termasuk takut ditertawakan,” ujar Proyer.

KOMPAS/ARBAIN RAMBEY (ARB)–Seorang petarung tertawa gembira.

Untuk penelitian mereka saat ini, para psikolog melakukan wawancara daring dengan 154 pasangan heteroseksual. Para peserta secara terpisah menjawab pertanyaan tentang hubungan mereka, misalnya tentang seberapa puas pasangan dengan hubungan mereka secara keseluruhan, apakah pasangan sering berdebat dan seberapa puas kedua pasangan itu dengan kehidupan seks mereka. Para peneliti juga menyelidiki bagaimana peserta studi menangani ditertawakan dan apakah mereka suka menertawakan orang lain. Untuk analisis selanjutnya, para peneliti membandingkan pernyataan yang dibuat oleh setiap orang

Para peneliti mengamati bahwa memprovokasi orang lain untuk menertawakan Anda memiliki efek positif. ”Perempuan melaporkan lebih sering bahwa mereka cenderung puas dengan hubungan mereka dan merasa lebih tertarik pada pasangan mereka. Mereka dan pasangan mereka juga cenderung sama puas dengan kehidupan seks mereka,” kata Brauer.

Menjadi takut ditertawakan, di sisi lain, cenderung memiliki efek negatif. Orang yang memiliki rasa takut ini kurang puas dalam hubungan mereka dan cenderung tidak memercayai pasangan mereka. Ini juga memiliki konsekuensi bagi pasangan. ”Laki-laki mengatakan lebih sering bahwa mereka tidak benar-benar merasa puas dengan kehidupan seks mereka jika pasangan mereka takut ditertawakan,” kata Brauer.

ZULKARNAENSL–Mbah Kromo Suwito mengaku berumur 40 saat ditanya usia sambil tertawa memperlihatkan deretan giginya yang sudah tanggal semua. Meski ditinggal oleh semua anaknya merantau ke Sumatera, Mbah Kromo tetap bahagia.

Peneliti menemukan pasangan cenderung lebih sering berdebat. ”Itu tidak mengherankan mengingat bahwa orang-orang ini sering bertindak terlalu jauh dan membuat komentar yang bersifat mengejek yang kemudian dapat mengarah pada pertengkaran,” kata Brauer.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa data apakah salah satu dari dua pasangan dalam suatu hubungan takut ditertawakan bisa menjadi informasi yang berguna untuk terapi pasangan atau konseling hubungan suami istri.

Anda tergolong yang mana? Gelotofobia, gelotofilia, atau katagelastisisme?

SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 17 Oktober 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB