Temuan Spesies Baru Tokek Menambah Kekayaan Hayati Bali

- Editor

Senin, 1 Juni 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Satu spesies reptil jenis tokek yang ditemukan di kawasan Taman Nasional Bali Barat diakui sebagai satwa endemik Bali.

AA THASUN AMARASINGHE–Spesies tokek baru, Cyrtodactylus jatnai, yang ditemukan di kawasan Taman Nasional Bali Barat, diakui sebagai satwa endemik Bali. Foto dari AA Thasun Amarasinghe, peneliti di Pusat Riset Perubahan Iklim (Research Center for Climate Change) Universitas Indonesia.

Kekayaan fauna Nusantara bertambah. Satu spesies reptil jenis tokek yang ditemukan di kawasan Taman Nasional Bali Barat diakui sebagai satwa endemik Bali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Spesies baru tokek berujung bengkok itu diakui mewakili satu spesies berbeda berdasarkan hasil pemeriksaan morfologi yang dilakukan tim peneliti. Tokek itu dinamai Cyrtodactylus jatnai. Perihal tersebut disampaikan dalam rilis dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan baru-baru ini dan pemberitaan dalam jurnal Taprobanica Volume 09, Nomor 1, Mei 2020.

”Ini kabar menggembirakan. Temuan spesies baru ini tentu membanggakan bagi Taman Nasional Bali Barat, Bali, dan juga Indonesia,” kata Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB) Agus Ngurah Krisna saat dihubungi, Sabtu (30/5/2020).

Nama yang diberikan pada spesies baru tokek itu, Cyrtodactylus jatnai, disebutkan sebagai penghargaan kepada ahli konservasi, ekologi, dan primatologi Universitas Indonesia, Jatna Supriatna. Jatna berkontribusi terhadap konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia dan mendukung kegiatan penelitian.

KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA—Seekor jalak (curik) bali atau Leucopsar rothschildi di tempat penangkaran di lembaga konservasi dan taman wisata Bali Safari and Marine Park, Gianyar, Jumat (26/4/2019).

Lebih lanjut Agus mengatakan, temuan itu menambah keanekaragaman hayati di Pulau Bali. Satwa endemik Bali yang sudah lama dikenal adalah jalak (curik) bali (Leucopsar rothschildi), yang habitatnya juga berada di kawasan TNBB. Menurut Agus, satwa endemik itu memerlukan perhatian dan perlindungan, antara lain, karena populasinya tidak banyak dan habitatnya terbatas.

Spesies tokek yang dijumpai di wilayah gunung maupun teluk di kawasan TNBB itu sebelumnya lama dikenali sebagai Cyrtodactylus fumosus. Spesies itu juga memiliki kemiripan dengan Cyrtodactylus seribuatensis dari Pulau Seribuat, Malaysia barat.

Namun, pemeriksaan morfologi terperinci dari tim peneliti serangkaian proyek kerja sama antara Balai TNBB dan Pusat Riset Perubahan Iklim (Research Center for Climate Change/RCCC) Universitas Indonesia menemukan perbedaan ciri morfologi, yakni pada bagian sisiknya. Agus menyebutkan, penelitian itu juga melibatkan pihak Museum Zoologi Bogor dan Balai TNBB.

Adapun tulisan ilmiah tentang tokek itu dalam jurnal Taprobanica disusun bersama oleh AA Thasun Amarasinghe (RCCC Universitas Indonesia), Awal Riyanto dan Mumpuni dari Museum Zoologi Bogor, serta Lee L Grismer dari La Sierra University, Amerika Serikat.

KOMPAS/DEWI INDRIASTUTI–Suasana di salah satu sudut Taman Nasional Bali Barat, Bali, Jumat (5/7/2019).

Dalam jurnal itu disebutkan, peneliti membandingkan tokek dari TNBB tersebut dengan beberapa jenis tokek, termasuk tokek dari Indonesia maupun tokek dari Malaysia dan Australia. Perbedaan yang ditemukan pada tokek dari TNBB, antara lain, pada sisik perut.

Kawasan TNBB berada di ujung barat Pulau Bali, masuk dalam wilayah Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Buleleng. Keanekaragaman hayati kawasan TNBB meliputi mamalia, burung, reptil, amfibi, ikan, serta kupu-kupu. Kawasan itu memiliki ekosistem hutan hujan dataran rendah, hutan musim, hutan sabana, hutan pantai, serta terumbu karang.

Oleh COKORDA YUDISTIRA M PUTRA

Editor: MOHAMAD FINAL DAENG

Sumber: Kompas, 30 Mei 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB