Taman Nasional Laut; Konservasi dan Manfaat Ekonomi Belum Sinergi

- Editor

Kamis, 31 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Presiden Joko Widodo memerintahkan beberapa kementerian bersinergi dalam konservasi dan pengelolaan taman nasional laut. Keberhasilan konservasi akan mendatangkan manfaat ekonomi, terutama dari pariwisata bagi masyarakat pesisir.

“Sinergi antar-kementerian sangat penting. Kementerian Pariwisata bisa memberi sentuhan untuk destinasi dan mempromosikan. Kita punya tujuh balai taman nasional dengan 4 juta hektar taman nasional laut,” kata Presiden saat memberi pengantar dalam rapat terbatas pengelolaan taman nasional laut di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Rabu (30/3).

Rapat terbatas membahas kemungkinan pengalihan kewenangan konservasi dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) ke Kementerian Kelautan dan Perikanan. Namun, Presiden akhirnya memutuskan konservasi tetap ditangani KLHK dengan tetap melibatkan kementerian lain dalam konservasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menteri LHK Siti Nurbaya menjelaskan, Presiden menekankan pentingnya konservasi. Namun, Presiden menginginkan konservasi harus dilakukan dalam cakupan luas dengan mengacu pada UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jika mengacu pada UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, konservasi menjadi terbatas.

“Dengan tetap mengacu pada UU ini, cakupan konservasi tetap luas. Jika mengacu UU No 1/2014, konservasi terbatas pelestarian sumber daya ikan, mengatur tempat singgah alur migrasi biota laut lain, wilayah diatur adat, dan wilayah unik dan rentan perubahan. Sementara, ada banyak pulau dengan ekosistem sejenis, seperti komodo, burung, dan badak,” kata Siti.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menuturkan, Presiden meminta kementeriannya mencari taman laut baru sebagai bagian sinergi dari konservasi. Susi belum bisa memastikan target jumlah dan kapan waktu terbentuknya.

“Tugas kami menjaga laut, termasuk tidak boleh mengambil karang untuk akuarium. Investasi tidak lagi untuk jenis karang akuarium,” ujarnya. (AHA)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Konservasi dan Manfaat Ekonomi Belum Sinergi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB