Suspensi,  ”Gerobak sapi” atau Kijang 

- Editor

Sabtu, 27 April 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

GEROBAK sapi adalah contoh sebuah kendaraan dengan kecepatan 4-6 km/jam yang dimungkinkan tanpa menggunakan sistem suspensi. Untuk gerobak sapi, penggandengan ban dapat langsung dipasangkan pada bak. Tidak membutuhkan sebuah rencana yang lengkap tentang bagaimana membuat ”gerobak” yang nyaman dan bisa meredam goncangan-goncangan saat melewati jalan rusak atau tidak perlu memikirkan kestabilan kendaraan pada kecepatan tinggi dan tidak bakal terjadi rolling. Begitu pula dengan andong yang kecepatannya mungkin antara 7-15 km/jam. Kendaraan ini disertai suspensi yang cukup sederhana, karena kecepatan dan daya tarik seekor kuda yang relatif rendah.

NAMUN jangan ditanya kalau suatu saat gerobak atau andong ditarik mobil Kijang dan kebetulan Anda duduk di lantai gerobak. Goncangan-goncangan keras membuat tangan dan pantat Anda repot mencari tempat yang nyaman. Itupun mungkin baru dijalankan 20 km/ jam. Bayangkan kalau dijalankan dengan kecepatan 100 km/jam, bukan fisik Anda saja rontok tetapi satu persatu bagian dari gerobak bisa lepas. Maka dapat disimpulkan, pasti semua mobil yang beroperasi di jalan raya sudah menggunakan sistem suspensi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.

Demikian pantingnya suspensi maka tidak jarang orang membatalkan pembelian sebuah mobil gara-gara suspensinya keras. Karena sebagian besar calon pembeli mobil menginginkan mobil yang baru dibeli harus memberikan kenyamanan yang lebih baik. Bagi kaum muda yang mengutamakan mobil pick up, sering mengubah fungsinya dari pengangkut barang menjadi mobil penumpang. Agar lebih nyaman dipasangkan ban radial dan cara-cara lain agar mobil makin nyaman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketika Toyota Kijang pertama kali keluar, banyak orang mengatakan, mobil itu tak ubahnya kotak sabun yang diberi mesin. Penampilannya yang seperti kotak sabun, memberi kesan mobil itu keras dan kaku. Bentuknya memang kaku, dan sistem suspensinya tidak nyaman. Suspensi mobil ini banyak meniru mobil-mobil keluaran akhir abad ke-19 yang kini bisa dilihat di museum. Batapa tidak? Suspensi Kijang saat itu bukan menggunakan dua tumpuk per daun untuk roda, per spiral atau per torsi seperti yang kini terpasang pada roda depan Kijang, tetapi hanya menggunakan satu tumpuk per yang menghubungkan kedua roda depan. Teknologl sederhana pada Kijang keluaran tahun 1976 sampai 1986 ini masih bisa kita jumpai pada andong di Yogyakarta yang hanya menggunakan dua roda.

Namun, sistem suspensi Kijang tahun 1976 sampai 1986 ini mulai banyak diubah pemiliknya agar goyangan roda depan lebih lembut dan nyaman. Per daun depan yang melintang dilepas, kemudian pada setiap roda dipasang per spiral.

Mengubah suspensi
Ubah-mengubah sistem suspensi umumnya dilakukan pada bagian per. Mobil yang semula menggunakan per daun diubah menjadi per keong (spiral) atau per daun yang pendek diganti dengan per daun yang lebih panjang agar ayunannya lebih lembut.

Kijang yang menggunakan suspensi tipe Wishbone ini lebih banyak digunakan pada mobil penumpang, khususnya sedan. Konstruksinya bisa memungkinkan gerak naik turun secara bebas, serta naik turunnya roda seperti bergerak pada satu titik. Konstruksi ini nyaman dan aman untuk kecepatan tinggi. Semakin besar tekanan yang diterima, maka sudut kedua roda depan –kalau dilihat dari depan– akan membentuk sudut semakin besar dari arah mesin, sehingga jarak pijak antara kedua ban depan lebih lebar.

Pada gambar dapat dilihat suspensi tipe Wishbone yang kini digunakan pada roda depan Kijang. Perubahan inilah yang meningkatkan kenyamanan yang sebelumnya dikeluhkan sebagai kendaraan yang kaku.

Suspensi ini terletak di bagian depan, sekaligus sebagai penunjuk ke arah mana mobil hendak dijalankan. Cara kerjanya yang selalu naik turun serta siap menerima benturan-benturan, maka bagian ini sering menggambarkan tingkat kenyamanan. Kelonggaran akibat keausan bagian-bagian suspensi –biasanya terjadi pada mobil bekas— tentu saja mempengaruhi kenyamanan. Lantas, apakah jarak sekian ribu kilometer yang tertera pada odometer merupakan angka yang sebenarnya? Apa saja yang membuat tingkat kenyamanan mobil merosot?

Uper Arm (pada gambar 1 –suspensi tipe Wishbone), lengan bagian atas yang bertugas menggandengkan roda depan dengan casis ini mempunyai beberapa komponen yang bisa rusak. Akibat tekanan berat mobil dan menahan benturan saat mobil dioperasikan, mengakibatkan beberapa bagian yang biasanya terbuat dari karet menjadi lebih longgar. Sekecil apapun kelonggaran itu, pasti akan berpengaruh pada suspensi.

Pada mobil-mobil keluaran tahun 1960-an, masih bisa dijumpai banyak bantalan terbuat dari tembaga atau kuningan. Bantalan dari tembaga atau kuningan itu kini mulai banyak ditinggalkan karena bisa menyebabkan bunyi berisik (bunyi gludag-gludug). Perawatannya pun lebih sulit karena harus selalu diberi gemuk (yang dipompa) secara teratur. Ini berbeda dengan mobil-mobil keluaran sekarang. Banyak bantalan sudah dibuat dari bahan karet yang berkualitas prima, tahan lama dan tidak perlu mendapat perawatan berkala dengan gemuk. Yang diperlukan hanya penggantian bantaIan karet setelah menempuh sekian puluh ribu kilometer.

Karet (A) yang menjadi bantalan antara as (upper arm shaft) yang terkancing pada casis dengan upper arm itu pada suatu saat akan longgar. Kelonggaran yang terjadi akan menyebabkan bunyi berisik dan bisa merusak permukaan ban. Bagi teknisi atau pemilik mobil yang sudah sering memperbaiki mobil sendiri, biasanya mencari akal untuk menghilangkan kelonggaran itu. Umumnya mereka menggunakan bekas ban mobil sebagai alas. Meski hasil kutak-katik ini tidak sekuat aslinya, namun dapat mengatasi persoalan itu untuk sementara. Sebaliknya, bagi pemilik mobil atau sopir yang ceroboh, membiarkan kelonggaran ini tanpa berusaha memperbaiki, dan pada suatu saat karat itu akan hancur. Apabila hal ini terjadi, maka akan merusak upper arm dan shaft yang terbuat dari metal yang notabene lebih mahal harganya dibanding harga bantalan karet.

Pada bagian ini ada bagian untuk penyetelan roda depan (front wheel alignment) dengan memberikan lapisan-lapisan tipis berbentuk huruf U (tan da E). Asal Anda bisa mamasang kembali seperti semula tanpa menukar satu sama lain, umumnya alignment roda depan dapat kembali baik.

”Ball joint”
Bagian lain yang menyebabkan menurunnya kenyamanan pada suspensi roda adalah ball joint. Ball joint dapat dibandingkan dengan siku lengan. Bisa bergerak ke semua arah dengan leluasa. Hal itulah yang menyebabkan roda depan bisa berputar dengan leluasa. Bagian dalam ball joint ada bola dan per yang menekan, sehingga terasa kokoh dan seret. Pada mobil-mobil lama, ball joint secara teratur mendapat perawatan. Setiap 5.000 km, biasanya dimasukkan gemuk. Berbeda dengan mobil-mobil Jepang saat ini, ball joint itu tidak perlu mendapat perawatan dengan gemuk. Ada yang bagian dalamnya dilapisi plastik yang tahan terhadap tekanan, bahkan ada pula yang tidak dilengkapi dengan per. Perubahan-perubahan ini memang memberi kenyamanan yang lebih dibanding sistem lama, dan ternyata dalam penggunaan yang normal, bisa lama bertahan. Kondisi jalan yang makin mulus dan kesadaran sopir yang rajin merawat mobil, amat menunjang keawetan pemakaian suatu komponen mobil.

Ball joint yang rusak akan menimbulkan bunyi berisik pada roda depan. Bunyi-bunyi benturan akan terasa makin keras, seiring dengan tingkat kerusakan ball joint. Berbeda dengan lengan manusia yang terus ada pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak, tidaklah demikian untuk ball joint. Ball joint yang rusak harus diganti yang baru. Ball joint yang tidak diganti pada suatu tingkat tertentu justru akan menyebabkan hilangnya kendali. Saat mobil Anda berjalan pada kecepatan antara 40-80 km per jam, sekonyong-konyong roda kemudi bergetar keras dan Anda harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menahannya. Kejadian ini bisa Anda saksikan saat berpapasan dengan mobil-mobil tua. Roda depan meliuk-liuk dengan dengan cepat, dan biasanya baru normal kembali satelah kendaraan diperlambat. Sampai tingkat ini, Anda yang bijaksana, seharusnya segera mengganti ball joint baru. Berbeda dengan bantalan karet yang masih bisa diakalin, maka hal serupa tidak bisa dilakukan pada ball joint.

Sama halnya dengan upper arm, maka lower arm pun dilengkapi bantalan karet (C). Bagian ini juga bisa diakalin kalau mau menghemat atau menunda penggantian baru. Banyak mobil tidak mengganti bagian ini sampai lebih dari 100.000 km, bahkan tidak pernah mengamati perlu tidaknya membuat mobil nyaman kembali. Hal ini mungkin disebabkan, tidak pernah mencoba mobil baru atau sudah terbiasa dengan apa adanya. Terlepas dari semua itu, agar karet bantalan tidak cepat rusak, jangan sekali-kali mobil Anda disemprot, dilumasi dengan minyak, baik yang namanya oli plastik, solar atau bahan apa saja yang terbuat dari minyak bumi yang dulu disebut doorsmer. Cairan ini akan merusak bantalan karet. Padahal banyak bagian mobil yang terbuat dari karet.

Bagian lain yang bisa aus akibat penggunaan adalah bearing roda dengan as (D). Bearing roda bisa diganti secara teratur, karena bagian ini selalu berputar. Namun tidak demikian dengan as, tempat dudukan bearing. As yang sudah mengecil, menyebabkan bearing tidak pas alias longgar. Kelonggaran ini ikut menyebabkan bunyi berisik pada roda depan. Teknisi yang berpengalaman, biasanya mengakali bagian ini dengan memberi lapisan atau merekondisi ulang di bengkel mesin.

Anda tentu bertanya-tanya, di mana letak per dari Kijang. Tidak tampak per spiral atau per daun yang umumnya kelihatan. Sistem suspensi roda depan ada dua jenis, kalau dilihat dari per yang digunakan. Selain kedua per yang disebut, masih ada satu lagi yang disebut per torsion. Siswa STM Otomotif akan mengatakan per sistem puntir, karena batangnya (nomor 4) baja ini dikenal tahan terhadap puntiran dan cukup kuat. Bahkan truk-truk tua semacam Times Trider juga menggunakan sistem ini untuk roda depannya.

Memang, kalau dibandingkan dengan spiral, per ini masih kalah lembut, paling-paling tidak lebih lembut dari per daun. Keuntungan dari sistem ini adalah bisa menyetel tinggi rendahnya bagian depan mobil. Asal setelah dibuat lebih tinggi atau lebih rendah, harus ada front aligment guna menyetel bagian yang berhubungan dengan upper arm (2).

Tidak kalah penting adalah sokbreker (D). Tanpa sokbreker, mobil Anda akan mentul-mentul mengocok perut dan bagi yang tidak tahan, bisa menguras isi perut. Pada Kijang, bagian ini gampang sekali diperiksa Bagi yang ahli, bisa dengan hanya menggoyang-goyang bagian depan mobil. Apabila kembalinya (gerak naik) malas, tandanya sokbreker masih baik.Namun, agar lebih pasti, sokbreker bisa dilepas. Dengan cara dikocok, bisa diketahui masih normal atau tidak sokbreker mobil Anda. Kalau semakin cepat semakin tidak bisa ditarik, itu menandakan masih baik. Tetapi sampai tujuh kali masih biasa-biasa saja, boleh dipastikan sokbreker itu harus diganti baru.

Agar suspensi mobil Anda awet, hindari menjalankan mobil dalam kecepatan tinggi pada jalan yang rusak dan berbatu-batu. Goncangan keras yang terjadi terus menerus dan dalam waktu lama, akan menyebabkan bagian dalam sokbreker cepat rusak.

(Martin T. Teiseran, ahli makanik, pengarang buku otomotif, bekerja di Semarang)

Sumber: Kompas, 21 SEPTEMBER 1995

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 909 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB