Supernova 1987A: Berita Dari Masa 163.000 Tahun Cahaya

- Editor

Rabu, 21 Juli 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Selama dua puluh hari belakangan ini –dan akan terus berlangsung– para Astronom, Kosmolog, di seluruh dunia disibukan oleh sebuah berita dari masa 163.000 tahun silam.

Sebuah peristiwa meledaknya bintang raksasa –yang biasa disebut sebagai Supernova– telah terjadi di galaksi tetangga kita Awan Magellan Besar yang berjarak 163.000 Tahun Cahaya dari bumi. (Satu Tahun Cahaya, setara dengan 9.500.000.000.000 km jarak tempuh).

Supernova 1987A –demikian nama yang diberikan kepada ledakan dahsyat itu— adalah sebuah peristiwa penting dalam alam semesta kita. Dari peristiwa itu, para ilmuwan bisa mengkaji banyak hal yang berkaitan dengan jumlah materi kosmos yang sesungguhnya, teka teki Bintang Kerdil, rahasia Lubang Hitam, serta pada akhirnya misteri kehidupan itu sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Boleh jadi atom-atom yang menyusun kuku jari tangan kita, berasal dari materi bintang padat yang tercampak dalam ledakan-ledakan dahsyat seperti itu,” ujar Robert Kirshner dengan tergetar. Astronom peneliti Supernova dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics di Cambridge itu, seperti juga ribuan rekannya di seluruh dunia, sama berharap bahwa Supernova 1987A tengah membukakan sebuah rahasia baru bagi kita semua…

Kesadaran akan berbagai peristiwa yang terjadi di bintang-bintang dapat dibilang merupakan bagian yang utuh dari penghayatan manusia terbadap ilmu pengetahuan dan hakekat hidup dan keberadaannya. Sejak berabad-abad manusia sudah tertarik pada bintang-bintang, walaupun untuk setiap kurun hal itu dimanifestasikan sesuai dengan tingkat ilmu pangetahuan yang telah dicapai pada zaman yang bersangkutan.

Meledaknya bintang Sanduleak minus 69,202 yang berada dekat zengan bintang Doradus 30 di awan Magellan Besar, yang sekarang menjadi Supernova 1987A belakangan ini jelas membangkitkan gairah yang telah menjadi naluri keingintahuan manusia selama ini.

Peristiwa yang sesungguhnya sendiri sudah lama terjadi. Tapi gaung ledakannya sendin baru menggemuruh sekarang ini mengingat jarak tempuh yang begitu jauh (walau galaksi Awan Magellan Besar sebenarnya merupakan galaksi terdekat!).

“Supernova 1987A membantu mewujudkan impian para astronom,” ujar Ian Shelton, ilmuwan Kanada yang pertama kali melihat ledakan itu dari Observatorium las Campanas di utara Chili tiga minggu lalu.

Pada waktu pertama diamati, sebenarnya para ilmuwan masih ragu, apakah yang mereka lihat benar-benar sebuah supernova. Sebab terus terang, peristiwa Supernova termasuk agak jarang terjadi. Boleh dibilang baru antara seratus tahunan sekali, sebuah supernova akan ada.

Ini juga terjadi pada Albert Jones, pensiunan montir mobil yang berhasil melihat ledakan dahsyat itu dari teleskop rakitannya sendiri di kota kecil Nelson, New Zealand. Jones ragu-ragu sampai akhirnya setengah jam kemudian sebuah konfirmasi tentang supernova itu beradar ke seluruh dunia dari Biro Pusat Teleks astronomi di Cambridge yang meyakinkan bahwa ledakan yang terlihat pada tanggal 26 lalu memang sebuah ledakan bintang raksasa.

Berita konfirmasi itu, segera saja membuat gaung yang ramai di dunia astronomi, mengingat jarak aantara awan Magellan terhadap galaksi Kabut Susu –tempat bum kita berada— relatif paling dekat
dibanding galaksi-galaksi lain semisal galaksi Andromeda (Number Galaxy Catalogus=NGC 224) alias M31, NGC 598 alias M33, Sculptor, Ursa Minor, Draco yang rata-rata berjarak di atas 200.000 tahun cahaya dari bumi.

Sampai saat ini, setelah kurang lebih 20 hari, Supernova yang dapat dilihat di belahan bumi selatan akan menjadi benda yang memiliki tingkat terang ketiga di banding benda-benda angkasa lainnya. Supernova 1987 A sendiri, menurut para ilmuwan termasuk dalam supernova jenis kedua. Jenis ini merupakan ledakan bintang raksasa yang tingkat terangnya berada di bawah jenis kesatu yang merupakan bintang Bajang Putih. Bintang jenis ini terjadi akibat runtuhnya sebuah bintang raksasa yang bermassa amat padat akibat tak sanggup menahan gaya gravitasinya sendiri.

“Karena supernova 1987 A merupakan jenis kedua, biasanya ia akan terus bertambah terang satu atau dua pekan lagi,”ujar seorang ilmuwan.

Tingkat terang Supernova 1987 A,diramalkan akan mencapai ukuran terang yang dihasilkan bintang Vega, Regulus atau bintang-bintang terang sejenis.

Menurut para ilmuwan, sampai tanggal 26 Februari bulan lalu, tingkat terang Supernova 1987 A adalah magnitudo 4. Seperti diketahui, ukuran magnitudo ini berbanding terbalik dengan tingkat terang. Jadi, semakin besar magnitudo akan kelihatan semakin “redup”.

Diperkirakan, Supernova 1987, masih akan lebih terang lagi dalam beberapa hari ini sesuai dengan serpihan-serpihan yang semakin banyak terlontar dari energi termonuklirnya.

Bahan Belajar
Supernova 1987A, sampai saat ini merupakan fenomena paling cemerlang sejak Astronom besar Jerman Johanes Kepler menyaksikan fenomena serupa tahun 1604. Jarak yang dekat dengan Awan Magellan, diharapkan oleh para astronom akan membuat “1987A” menjadi bahan belajar bertahun-tahun tentang teka-teki runtuhnya sebuah bintang. Mengenai materi yang dilontarkan sendiri, menurut sebagian ilmuwan akan menjadi bahan dasar penelitian tentang evolusi kosmos yang telah berlangsung milyaran tahun sejak terjadinya Big Bang 17 milyar tahun silam.

“Kita juga dapat menjadikan 1987A, sebagai sebuah alat ukur untuk memeriksa kembali batasan-batasan yang ada tentang jarak antar bintang serta jarak antar gelaksi,” ujar seorang astronom dan Las Campanas.

Sampai dengan akhir minggu lalu, ribuan alat pengamat di berbagai Observatorium di Chili, Amerika Serikat, serta wahana angkasa yang ditempatkan di angkasa luar bumi telah disiapkan untuk mengambil gambar-gambar penting yang berguna untuk analisis dari peristiwa supernova tersebut.

“Kita sekarang mempunyai obyek yang menarik untuk melihat lahirnya lubang hitam atau bintang kerdil,” ujar Ian Shelton penuh optimis. Ilmuwan asal Kanada yang pertama kali melihat Supernova 1987,A, pada tanggal 26 Februari lalu itu, tampaknya percaya sekali bahwa “1987 A” dapat memenuhi harapan banyak astronom yang penuh keingintahuan tentang teka-teki bintang-bintang kerdil yang Iahir akibat keruntuhan sebuah bintang raksasa seperti yang terjadi sekarang ini.

Evolusi galaksi
Berbagai bukti yang ada sampai sekarang, tampaknya mendukung teori yang menyatakan bahwa dalam alam semesta kita terjadi perubahan dengan tahapan evolusi. Begitupun pada galaksi-galaksi yang diperkirakan sampai kini jumlahnya mencapai milyaran. Alam semesta sendiri mengembang, sesuai dengan kecepatan tertentu yang mengikuti Konstanta Hubble. Bersamaan dengan itu bentuk-bentuk galaksi mengambil pola yang berbeda-beda. Secara garis besarnya, yang diketahui sampai saat ini, galaksi-galaksi mengambil lima bentuk utama.

Pertama, berbentuk Spherical. Yakni bulat seperti matahari kita. Cara memandang bentuk ini ialah bagai melihat bola yang bercahaya. Bola itu sendiri sebenarnya merupakan bintik-bintik dari banyak sekali bintang-bintang!

Bentuk kedua, Ellips. Bulat lonjong. Juga merupakan kumpulan titik-titik yang terdiri atas bintang-bintang yang amat banyak.

Bentuk ketiga, merupakan bentuk transisi antara Ellip dan “bola”. Sedang bentuk keempat dan kelima merupakan bentuk Spiral terbuka dan Spiral tertutup.

Secara umum, menurut para astronom, kelima bentuk itu pada dasarnya merupakan perubahan bentuk dari bentuk pertama, “bola” (Spherical). Hal ini terjadi karena galaksi juga mengalami perputaran pada “sumbunya”.

Bentuk-bentuk bola dapat kita lihat pada galaksi NGC 3379, sedang galaksi berbentuk ellips dapat diambil contoh NGC 488, untuk galaksi transisi contohnya adalah NGC 3115.

Munculnya Supernova 1987 A, menurut para ilmuwan akan merupakan jawaban atas beberapa teka-teki tentang perubahan-perubahan bentuk yang didasari revolusi fisik akibat tekanan massa materi, serta energi termonuklir alam.

“Kita dapat memeriksa proses evolusi yang menarik dari supernova itu,”ujar krishner dengan penuh harap. Menurut pakar dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics itu, materi-materi yang dilepas oleh “1987A” kemungkinan akan tersebar di sejumlah luas kawasan yang berdekatan dengan bumi kita. Materi-materi ini, jika dapat dianalisis, akan sangat membantu meneliti kandungan yang sesungguhnya dari struktur materi benda-benda angkasa yang berjarak cukup jauh dari bumi. Selain itu, peristiwa meledaknya bintang massiv itu juga akan membawa penelitian yang lebih mendalam tentang misteri bintang kerdil dan lubang hitam.

“Masih jadi teka-teki, apa yang akan terjadi,”ujar Shelton,”kita belum bisa memastikan apa yang akan lahir. Lubang hitam, atau, bintang kerdil? Keduanya, sama menariknya….”

Lubang hitam adalah suatu benda angkasa maha padat –untuk ukuran semesta kita— yang karena begitu padatnya cahayapun tak dapat keluar dari permukaan bintang mati itu. Semua foton-foton yang sampai disana akan tertahan akibat tarikan yang begitu kuat, sehingga benda itu sama sekali tak dapat dilihat oleh mata. Menurut teori relativitas Einstein, besar peluang bahwa lubang hitam juga menahan waktu (time). Disana waktu tak berjalan sama sekali, cahaya tak pernah ada, dan segalanya akan hilang

Para ilmuwan berharap, Supernova 1987 A, akan membawa kisah-kisah baru tentang rahasia alam semesta kita yang selama ini tak pernah kita ketahui. (TM/NW/JF/mta)

Sumber: Pelita, Kamis, 12 MARET 1987

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 26 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB