Streaming Musik: Joox dan Strategi ala Ojek Aplikasi

- Editor

Senin, 26 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tencent lebih dikenal di Indonesia sebagai perusahaan asal Tiongkok di balik layanan sosial WeChat yang bersaing dengan layanan serupa dari negara lain, seperti LINE dari Jepang dan Kakao Talk dari Korea Selatan. Selasa (20/10), mereka memperkenalkan produk baru, yakni layanan mendengarkan musik secara daring atau music streaming bernama Joox. Indonesia merupakan negara ketiga setelah diluncurkan 10 bulan lalu di Hongkong dan Malaysia.

Streaming musik pada dasarnya adalah mendengarkan lagu yang diputar di atas jaringan internet dari layanan yang memiliki koleksi lagu. Pengguna bisa memilih berdasarkan berbagai kategori, misalkan genre musik, artis, ataupun tema-tema yang disiapkan penyedia layanan.

Kabar baiknya, pengguna bisa mengakses pustaka lagu yang kaya tanpa harus mengkhawatirkan penyimpanan internal yang penuh karena disesaki file audio tersebut. Tantangannya adalah kebergantungan yang tinggi terhadap akses internet.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktur Pengembangan Bisnis Tencent Benny Ho mengutip hasil riset yang dilakukan Global World Index yang menyebut bahwa jumlah orang yang mendengarkan musik lewat internet meningkat hingga 76 persen dalam kurun waktu tiga tahun sejak 2012. Dan, mayoritas yang memanfaatkan teknologi tersebut adalah mereka yang berusia 16 hingga 24 tahun.

Joox sendiri sebetulnya tidak menawarkan sesuatu yang menonjol mengingat layanan serupa sudah berada di Indonesia. Bisa disebut beberapa nama seperti Guvera atau MixRadio yang sudah memulai layanan setidaknya sejak dua tahun terakhir tanpa ada salah satu yang tampil memimpin secara dominan.

Itulah mengapa sangat menarik untuk melihat Joox mencoba.

Promo
Layanan ini bisa diunduh secara gratis untuk ponsel dengan sistem operasi Android ataupun iOS. Begitu mendaftar, pengguna sudah bisa mencoba katalog lagu dan pengguna tinggal memilih untuk mendengarkannya berdasarkan kategorisasi atau membuat daftar putar sendiri.

Model bisnis dari layanan ini terletak pada keanggotaan khusus yang ditawarkan secara berbayar. Joox menyebutnya dengan keanggotaan VIP dengan fitur mengakses daftar lagu lebih leluasa dan bisa mengunduhnya untuk didengarkan jika sedang di luar jaringan atau luring. Saat diunduh, bukan file musik yang biasa diedarkan di internet, tetapi hanya bisa didengarkan melalui aplikasi Joox saja.

05663dba00ae45d597d31bd7c6450ba7KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Tampilan antarmuka Joox, layanan streaming musik yang diperkenalkan hari Selasa (20/10). Pengguna bisa mendengarkan musik secara gratis tapi dengan keanggotaan berbayar mereka bisa mendapatkan lebih seperti mengatur lagu apa saja yang bisa didengarkan hingga diunduh untuk didengarkan secara luring.

Keanggotaan tersebut ditawarkan kepada pengguna dengan harga mulai Rp 25.000 untuk seminggu hingga Rp 509.000 untuk enam bulan. Saat ini sayangnya hanya bisa ditebus dengan kartu kredit. Namun, Joox memiliki strategi untuk memopulerkan layanan tersebut melalui berbagai promo, misalnya memasukkan kode tertentu untuk mendapatkan hak berupa keanggotaan untuk beberapa hari dan bisa diakumulasi dengan promo lain, misalnya memasangkan aplikasi tersebut dengan media sosial seperti Facebook dan WeChat.

Salah satu promo bahkan menawarkan perpanjangan keanggotaan untuk satu hari bagi mereka yang membagi aktivitas di Joox ke Facebook. Bagi sebagian pengguna, itu seperti harga yang pantas dibayar untuk mendapatkan layanan VIP secara cuma-cuma.

Dengan kolom kode, Tencent diperkirakan bakal mempromosikan layanan tersebut melalui berbagai kampanye, salah satunya bisa ditemukan di layanan ojek aplikasi yang tengah marak digunakan dalam beberapa bulan terakhir. Contoh kampanye promosi bisa terlihat dari kerja sama Joox dengan merek pengeras suara JBL.

Devi Yosita, Manajer Komunikasi dan Pemasaran Harman untuk Indonesia, mengungkapkan bahwa untuk saat ini belum ada kampanye yang pasti. Akan tetapi, dia memastikan bahwa setiap pembelian pengeras suara JBL akan mendapatkan manfaat untuk layanan Joox dan begitu pula sebaliknya.

Pengalaman harian Kompas sewaktu menjajal layanan ini cukup positif, melihat katalog lagu yang dikurasi dan disajikan sesuai kategori yang bisa memikat pengguna. Tampilan antarmuka yang cukup segar mampu membuat Joox nyaman dioperasikan.

Beberapa fitur unik yang tersedia seperti Timer atau membatasi durasi mendengarkan lagu efektif bagi pengguna yang mendengarkan sambil tidur dan mencegah konsumsi data terus-menerus terjadi. Untuk mengantisipasi kondisi akses internet yang beragam, terdapat pengaturan kualitas musik bagi mereka yang bersedia berkompromi demi mendengarkan musik secara lancar.

Tidak hanya di perangkat bergerak, Joox juga memboyong pengalaman tersebut ke komputer sehingga pengguna bisa menikmati layanan musik sambil menggunakan komputer baik pribadi maupun di kantor.

Satu-satunya keluhan yang muncul dari pengalaman sekilas mencoba layanan ini adalah aplikasi yang tutup tiba-tiba tanpa pemberitahuan begitu diaktifkan, beberapa pengguna juga melaporkannya di kolom ulasan di Play Store. Membersihkan cache ternyata cukup efektif untuk menangani masalah ini.

c779a64a9a484ac99b5151a4596aa1a6KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Direktur Pengembangan Bisnis Tencent Benny Ho memperkenalkan aplikasi Joox sewaktu diluncurkan di Jakarta, Selasa (20/10). Indonesia merupakan negara ke tiga yang disasar layanan ini setelah sebelumnya di Hong Kong dan Malaysia.

Model bisnis
Dengan formula yang memudahkan pengguna untuk menikmati layanan VIP secara gratis, wajar apabila muncul pertanyaan: bagaimana Tencent mendapatkan pemasukan. Dan, lebih penting lagi, apakah pemilik label rekaman atau artis sendiri bisa diuntungkan.

Ho menyebut bahwa mereka sudah bekerja sama dengan label rekaman di Indonesia dan terus agresif menambah mitra baru. Selain pemain yang utama, mereka juga membuka peluang bagi artis yang bergerak di jalur independen seperti penyanyi Tulus.

Manajer Umum Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (Asiri) Ventha Lesmana menyebut bahwa pemasukan bagi label rekaman ataupun artis berasal dari biaya keanggotaan serta lagu yang diputar oleh pengguna layanan music streaming. Seorang musisi akan mendapatkan royalti lebih banyak jika lagunya didengarkan lebih sering oleh pengguna.

Dia menjelaskan, tren konsumsi musik digital menyebabkan penjualan secara fisik misalnya kepingan cakram atau kaset terpukul sehingga satu-satunya jalan adalah menawarkan karya di jalur digital. Dari kategori digital sendiri, mayoritas pemasukan ternyata masih didominasi dari nada sambung pribadi (ring back tone), sedangkan sisa 20 persen dibagi oleh penjualan lagu digital dengan diunduh seperti di iTunes dan layanan music streaming.

“Itulah mengapa banyak label yang memilih untuk merilis singel ketimbang album utuh,” ujar Ventha.

Dia sendiri mengharapkan makin banyak layanan music streaming yang beroperasi di Indonesia karena itu bisa berarti satu hal, yakni makin banyak lagu seorang musisi bisa diputar. Asiri pernah bertemu dengan perwakilan Spotify atau salah satu layanan music streaming, dua tahun lalu, tetapi belum ada kepastian mengenai operasi di Indonesia.

Ventha pun optimistis tahun ini merupakan awal yang baik untuk mengembangkan bisnis dari musik digital. Mereka memiliki sarana untuk menanggulangi pembajakan dengan kebijakan pemblokiran situs yang diduga mendistribusikan karya secara ilegal. Melalui Undang-Undang Hak atas Kekayaan Intelektual, pemilik konten yang menguasakan kepada Asiri bisa meminta Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual untuk memblokir situs yang dianggap melanggar.

“Baru-baru ini kami sudah melaporkan 25 situs, tetapi kami belum tahu berapa banyak yang akan mendapatkan sanksi,” ujar Ventha.

Maraknya industri musik digital menjadi wajar saat makin banyak orang yang tidak terpisahkan dengan gawai di tangan mereka. Masuknya teknologi 4G juga memungkinkan pengguna mendapatkan konten yang lebih beragam. Apakah masa depan musik Indonesia ada di internet?

DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO

Sumber: Kompas Siang | 21 Oktober 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB