Simbiosis Bakteri pada Semut Bantu Berkomunikasi

- Editor

Rabu, 11 April 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penelitian pada semut dari genus Atta menunjukkan bakteri yang bersimbiosis dengan mereka memainkan peran kunci dalam komunikasi antarindividu dan juga pertahanan koloni melawan patogen.

Penelitian University of São Paulo (USP) di Brazil menemukan bakteri pada mikrobiota yang berasosiasi dengan semut pemotong daun, Atta sexdens rubropilosa. Asosiasi ini menghasilkan feromon jejak seperti senyawa kimia aromatik yang digunakan semut untuk meletakkan jejak di sarangnya. Laporan ilmiah ini dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports.

Pada semut A sexdens rubropilosa, zat piazin dari golongan senyawa heterosiklik, memandu semut tanpa menyimpang dalam perjalanan ke sarangnya. Peneliti Mônica Tallarico Pupo, seorang profesor di Universitas São Paulo Ribeirao Preto School of Pharmaceutical Sciences (FCFRP-USP) dan peneliti utama untuk proyek tersebut, menekankan produksi pyrazine oleh bakteri pada semut diamati di lebih dari satu koloni.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Apakah jejak feromon dihasilkan oleh bakteri Serratia marcescens atau apakah S marcescens hanya membantu proses keseluruhan? Penelitian kami bermaksud mencari jawaban,” katanya pada Sciencedaily, (Senin, 9/4/2018).

MISBAH HIDAYAT–Sekumpulan semut bergotong-royong mengangkat mangsanya, lalat mati.

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian doktoral Eduardo Afonso da Silva Junior dan dilakukan dalam kemitraan dengan para ilmuwan di Universitas Harvard di Amerika Serikat di bawah naungan proyek yang didukung São Paulo Research Foundation – FAPESP dan Institut Kesehatan Nasional AS (NIH).

Bakteri penghasil pirazin ditemukan secara kebetulan ketika para ilmuwan mencari mikroorganisme yang mampu melindungi koloni semut dari jamur parasit.

“Daun yang dibawa ke sarang mereka berfungsi sebagai substrat untuk budidaya jamur Leucoagaricus gongylophorous. Namun, sistem ini rentan terhadap infeksi,” jelas Pupo.

Dalam beberapa kasus, spesies patogen lain yang dapat mengganggu kelangsungan hidup koloni semut tumbuh pada jamur yang mereka makan. Bakteri simbiotik menghasilkan senyawa yang dapat membunuh jamur parasit tanpa merusak sumber makanan. (Sciencedaily/ICH)

Sumber: Kompas, 11 April 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB