Secangkir Kopi untuk Antariksawan

- Editor

Senin, 9 Juli 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Secangkir kopi panas di pagi atau sore hari, saat akan memulai atau mengakhiri aktivitas, bisa jadi penyemangat sekaligus pelepas lelah. Namun, hal sederhana itu sempat sulit dirasakan antariksawan yang bertugas di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Sejak ditemukan mesin pembuat kopi dan cangkir kopi gravitasi nol, kemewahan dari rutinitas harian di Bumi itu bisa tetap dirasakan antariksawan.

Senin (2/7/2018), antariksawan yang sedang bertugas di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) mendapat paket kiriman istimewa. Kopi Death Wish yang diklaim sebagai kopi terkuat di dunia karena memiliki kadar kafein sebesar 200 persen. Sebagai perbandingan, kopi pabrikan atau rumahan yang ada di Indonesia umumnya punya kadar kafein 1-2 persen.

Kopi itu dikirimkan menggunakan kapsul kargo Dragon milik perusahaan swasta SpaceX. Wahana itu diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Udara Tanjung Canaveral, Florida, Amerika Serikat pada Jumat (29/6/2018). Selain kopi dan berbagai bahan dan riset, kargo itu juga memuat buah beri, pasokan makanan untuk antariksawan, serta es krim.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

NASA VIA AP–Antariksawan Italia Samantha Cristoforetti menikmati kopi espreso dari cangkir gravitasi nol (zero-G) di kubah Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Foto diunggah Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) di Twitter pada Minggu, 3 Mei 2015.

“Makanan memberi efek psikologi yang besar bagi antariksawan,” kata Kirk Shireman, manajer program stasiun luar angkasa Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA) seperti dikutip space.com, Senin (2/7/2018). Karena itu, kopi super dikirimkan sebagai wujud penghargaan dan untuk tetap menjaga semangat para antariksawan yang telah bekerja keras.

Kopi Death Wish itu dikirim dalam bentuk kering beku, dibungkus lapisan foil, serta dalam paket-paket kecil, sama seperti standar pengiriman kopi sebelumnya. Pengiriman itu memperkaya pilihan kopi yang sudah ada di ISS, seperti kopi dengan kafein atau kafein rendah (decaf), hingga kopi dengan gula atau krim. Antariksawan tinggal menyeduhnya dengan air panas saat ingin menikmatinya.

Perilaku air
Sebelum 2015, antariksawan meminum kopi itu langsung dari kemasan foil menggunakan sedotan. Tentu saja, minum minuman panas dengan sedotan itu sangat tidak nyaman. Apalagi, tak bisa menghirup sedapnya aroma kopi yang menguar dari bubuk kopi yang tersiram air panas.

Sebelum 2015, antariksawan meminum kopi itu langsung dari kemasan foil menggunakan sedotan.

Minum melalui sedotan itu merupakan keniscayaan di stasiun luar angkasa. Di lingkungan dengan gravitasi mikro, air tidak bisa mengalir seperti wajarnya perilaku air di Bumi. Jika di Bumi air bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, maka hukum itu juga tidak berlaku di ISS.

NASA–Antariksawan Karen Nyberg menyaksikan gumpalan air yang bergerak bebas di lingkungan dengan gravitasi mikro di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Air mengalir karena adanya tarikan gravitasi Bumi. Namun, kecilnya pengaruh gaya gravitasi Bumi di ISS yang berada pada ketinggian 400 kilometer dari muka Bumi, akan membuat air menggumpal dan melayang-layang di ruang, mirip gelembung sabun namun berisi air. Karakter air yang menggumpal itu membuat air bisa dimainkan layaknya bola pingpong.

Kecilnya pengaruh gaya gravitasi Bumi di ISS yang berada pada ketinggian 400 kilometer dari muka Bumi, akan membuat air menggumpal dan melayang-layang di ruang, mirip gelembung sabun namun berisi air.

Begitu juga saat air berada dalam cangkir. Gravitasi mikro membuat saat cangkir dimiringkan, air tidak akan mengalir ke bibir tetapi tetap lengket di dasar dan dinding cangkir. Tidak berpengaruhnya gaya gravitasi Bumi membuat perilaku air di luar angkasa lebih banyak dipengaruhi oleh tekanan permukaannya.

“Secangkir kopi di ISS akan sangat sulit dikendalikan,” kata profesor fisika dari Universitas Negeri Portland, Oregon, AS MArk Weislogel dikutip dari science.nasa.gov, 15 Juli 2013. Untuk dapat meminum kopi dari cangkir, antariksawan perlu menggoyang cangkir dengan harapan air kopi yang panas dan melekat pada gelas akan pecah dan melayang ke arah mulut mereka.

Perilaku ekstrem cairan di luar angkasa itu bukan hanya terjadi pada kopi, tapi semua cairan, mulai dari bahan bakar kriogenik, pendingin suhu, air minum hingga urin. Karena itu, antariksawan punya cara khusus untuk mandi, keramas hingga buang air kecil hingga cairan yang digunakan atau dihasilkan tidak membahayakan ISS.

Mesin dan cangkir kopi
Dengan pengetahuan tentang perilaku cairan di lingkungan gravitasi mikro, sejumlah ilmuwan mengembangkan mesin pembuat kopi dan cangkir kopi yang bisa digunakan para antariksawan di ISS. Setidaknya, itu minum kopi dari cangkir itu bisa menjadi obat kangen terhadap rutinitas di Bumi.

Mesin pembuat kopi pertama di ISS itu dinamakan ISSpresso dan mulai digunakan sejak 2015. Mesin yang dirancang oleh Badan Antariksa Italia (ASI) bersama perusahaan Argotec dan Lavazza itu tak hanya bisa membuat espreso, tapi juga teh dan sup kaldu panas.

Meski dirancang semirip mungkin dengan mesin pembuat espreso di Bumi agar antariksawan tidak membutuhkan pelatihan dalam penggunaannya, desain dan sistem mesin itu tetap berbeda dengan yang digunakan di Bumi.

Kenikmatan kopi espreso itu makin sempurna saat bisa dinikmati langsung dari cangkir yang juga didesain khusus untuk digunakan di luar angkasa. Dengan cangkir yang dinamakan cangkir kopi gravitasi nol (zero-G) itu, antariksawan juga bisa menyesap sekaligus menghirup aroma kopi yang keluar dari ekstrak biji kopi yang disembur dengan air panas bertekanan.

Kenikmatan kopi espreso itu makin sempurna saat bisa dinikmati langsung dari cangkir yang juga didesain khusus untuk digunakan di luar angkasa.

Menurut Weislogel, dengan cangkir yang didesain khusus itu, air kopi bisa mengalir ke mulut akibat gabungan sejumlah faktor, mulai dari sedotan mulut, kondisi cairan, tegangan permukaan hingga bentuk khusus cangkir. Cangkir gravitasi nol itu hanya akan bekerja di luar angkasa dan tidak berfungsi saat digunakan di Bumi.

“Meski meminum cairan mendidih dalam wadah terbuka di ISS dianggap membahayakan, namun penggunaan cangkir gravitasi nol itu memberikan pengalaman minum kopi yang stabil, sama seperti minum kopi di Bumi,” katanya.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 8 Juli 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB