Setelah tertunda tiga tahun, satelit Lapan A2/Orari buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional akan diluncurkan 27 September dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India. Satelit dibawa ke orbit dengan ditumpangkan pada roket India bersama satelit penelitian astronomi milik Organisasi Riset Antariksa India (ISRO), Astrosat.
“Lapan A2/Orari adalah satelit pertama yang sepenuhnya dirancang dan dibuat ahli-ahli Lapan memakai fasilitas produksi dan fasilitas uji di Indonesia,” kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin dalam sosialisasi Pemanfaatan Teknologi Satelit Lapan A-2/Orari, di Bogor, Kamis (13/8).
Satelit tersebut merupakan generasi terbaru satelit seri A. Generasi sebelumnya adalah Lapan A1/TUBSat yang dibuat bersama ahli-ahli Jerman dan diluncurkan pada 2007. Pembuatan kedua satelit mikro dan eksperimen itu merupakan bagian penahapan agar Indonesia bisa membuat satelit telekomunikasi pada 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski demikian, Kepala Pusat Teknologi Satelit Lapan Suhermanto mengakui komponen dalam negeri dari satelit itu masih kurang dari 10 persen. Sebab, kemampuan laboratorium fisika dan perusahaan manufaktur Indonesia sebagai pembuat komponen masih terbatas.
Sama dengan Lapan A1, peluncuran Lapan A2 masih menumpang pada roket milik India. Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan Rika Andiarti mengatakan, Indonesia belum menguasai teknologi roket peluncur. “Dalam 25 tahun ke depan, teknologi roket Indonesia diharapkan berkembang untuk meluncurkan satelit kecil,” ujarnya.
Pembuatan Lapan A2 butuh dana Rp 35miliar-Rp 40 miliar. Biaya peluncuran, 550.000 dollar AS atau setara Rp 7,6 miliar. Ini harga diskon karena Lapan memiliki kerja sama dengan ISRO.
Lapan A2/Orari berbobot 78 kilogram. Ia akan ditempatkan di orbit pada ketinggian 650 kilometer dari permukaan Bumi.
Satelit ini memiliki orbit ekuatorial, yaitu bergerak di sekitar garis Khatulistiwa antara 6 derajat lintang utara dan 6 derajat lintang selatan. Dengan kecepatan mencapai 7,5 kilometer per detik, satelit butuh 98 menit untuk satu kali mengelilingi Bumi.
Menurut Suhermanto, dibandingkan satelit dengan orbit polar atau yang mengitari Kutub Utara dan Kutub Selatan, satelit berorbit ekuatorial lebih sering ada di wilayah udara Indonesia. “Dalam sehari, Lapan A2 akan 14 kali melintasi wilayah Indonesia,” katanya.
Lapan A2 dilengkapi kamera digital dan kamera video analog untuk mengamati muka Bumi, seperti pemetaan perubahan tata guna lahan. Peralatan lain adalah Automatic Identification System untuk memantau lalu lintas kapal, operasi keamanan laut, serta eksplorasi sumber daya kelautan dan perikanan. Selain itu, ada Automatic Packet Relay System untuk komunikasi radio amatir untuk mitigasi bencana. (MZW)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Agustus 2015, di halaman 14 dengan judul “Satelit Lapan A2 Diluncurkan September”.