RUU Pertembakauan; Menkes Berharap Pemerintah Satu Suara

- Editor

Jumat, 13 Februari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek berharap pemerintah memiliki kesamaan sikap terkait masuknya Rancangan Undang-Undang Pertembakauan ke dalam Program Legislasi Nasional 2015. Pemerintah mesti menolak RUU itu menjadi undang-undang.


Menurut Nila, seusai melantik pimpinan tinggi madya (eselon I) Kementerian Kesehatan, di Jakarta, Kamis (12/2), Kemkes tak bisa sendirian dalam mengendalikan dampak buruk tembakau bagi kesehatan. Upaya itu terkait banyak pihak sehingga perlu kepedulian sejumlah kementerian. Kami akan konsolidasi dengan kementerian terkait,” katanya.

Kementerian yang kemungkinan akan diajak berkonsolidasi di antaranya Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Ketenagakerjaan, serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kemkes Lily Sriwahyuni Sulistyowati memaparkan, RUU Pertembakauan yang merupakan inisiatif anggota DPR seharusnya tak perlu ada. Sebab, itu tak sejalan dengan filosofi pengendalian tembakau. Apalagi, dari sisi hukum, ada sejumlah regulasi yang mengatur pengendalian tembakau, seperti cukai dan dampak buruk bagi kesehatan.

”RUU Pertembakauan akan tumpang tindih dengan banyak regulasi yang ada. RUU ini bukan prioritas,” ujarnya. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan tidak melarang tembakau, tetapi mengendalikan.

Tahun lalu, ketika RUU Pertembakauan diajukan untuk masuk ke prolegnas, beberapa kementerian memiliki satu sikap, yakni menolak RUU itu disahkan. Tahun ini, melalui konsolidasi lintas kementerian, pihaknya optimistis akan didapat satu suara.

Menurut Nila, Kemkes menghadapi beban besar akibat konsumsi rokok. Merokok jadi faktor risiko sejumlah penyakit yang biaya pengobatannya mahal, misalnya kanker. Akibatnya, perlu anggaran besar untuk mengobati orang sakit karena rokok.

Jika ingin punya sumber daya manusia Indonesia sehat, produktif, dan bermutu, produk tembakau harus dikendalikan. Contohnya, rokok yang harganya terlalu murah dan mudah didapat harus dikendalikan. (ADH)

Sumber: Kompas, 13 Februari 2015

Posted from WordPress for Android

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB