Riset 5.000 Mutan Padi Antisipasi Dampak Iklim

- Editor

Minggu, 1 Desember 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tanaman Alternatif Penghasil Karbohidrat Belum Banyak Diteliti
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sedang mengembangkan riset yang dapat menghasilkan sekitar 5.000 mutan padi. Riset tanaman pangan pokok padi itu untuk mengantisipasi dampak ketidakpastian iklim yang berdampak langsung pada ketahanan pangan.

Riset tanaman padi tersebut menggunakan dua pendekatan, yaitu transformasi gen dan marka molekuler. ”Ini ada kaitannya dengan dampak perubahan iklim, seperti lahan kekeringan atau terkena dampak banjir dan ledakan hama seperti hama penggerek batang,” kata Amy Estiaty, peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di Cibinong Science Center, Cibinong, Jawa Barat, Jumat (29/11).

Pengembangan varietas padi tertentu yang disesuaikan kebutuhan sangat memungkinkan dari sebanyak 5.000 mutan padi hasil rekayasa genetika tersebut. Menurut Amy, hasil riset padi yang intensif ditempuh sekarang ini untuk menghasilkan padi tahan hama penggerek batang.

”Sampai sekarang belum ada jenis padi yang tahan hama penggerek batang,” katanya. Di sejumlah daerah, hama penggerek batang masih menjadi momok petani.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tahan kekeringan
MAN204_PHILIPPINES-RICE-PRICES_0228_11Salah satu jenis padi yang dihasilkan LIPI adalah yang tahan cengkeraman kekeringan. Untuk padi jenis itu, menurut Amy, LIPI melalui surat keputusan Menteri Pertanian sudah merilis jenis Lipigo 1 dan Lipigo 2 pada April 2012.

Dari hasil uji lapangan di 20 lokasi, rata-rata jenis padi gogo tersebut mampu menghasilkan 4,45 ton per hektar gabah kering giling. Potensi hasil tertinggi dicapai 8,18 ton per hektar gabah kering giling.

Lipigo 2 memiliki rata-rata hasil produksi 5,17 ton per hektar dengan potensi tertinggi mencapai 8,15 ton per hektar gabah kering giling. Padi jenis Lipigo 1 dan Lipigo 2 ini menggunakan pendekatan marka molekuler, melalui penyilangan jenis padi gogo vandana yang tahan kekeringan dengan jenis padi gogo way rarem yang memiliki daya hasil tinggi.

Sementara itu, riset padi tahan hama penggerek batang menggunakan pendekatan transformasi genetika berupa gen cry dari bakteri tanah (Bachillus thuringiensis). Riset padi dengan transformasi gen cry tersebut sedang diuji coba keamanannya bagi kelangsungan keanekaragaman hayati lainnya.

Di luar riset yang dilakukan LIPI, sejumlah petani mencoba memuliakan benih padi varietas lokal dengan produktivitas tinggi. Salah satu semangatnya, mandiri dari ketergantungan benih, pupuk, dan pestisida perusahaan yang memotong penghasilan petani.

Riset pangan alternatif
Deputi Kepala LIPI Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Siti Nuramaliati Prijono mengatakan, di wilayah Asia, padi merupakan bahan pangan pokok yang masih membutuhkan aktivitas riset untuk menghasilkan jenis-jenis padi yang tahan terhadap dampak perubahan iklim. Akan tetapi, dibutuhkan pula kegiatan riset terhadap bahan pangan yang selama ini belum lazim dimanfaatkan.

”Berbagai bahan yang mengandung karbohidrat masih banyak yang tidak populer untuk dikonsumsi. Ini membutuhkan riset untuk menjadikannya sebagai bahan pangan alternatif,” kata Siti. (NAW)

Sumber: Kompas, 30 November 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB