Rancang Bangun Tak Responsif

- Editor

Senin, 25 Mei 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Daerah Bencana Butuh Kajian
Penerapan arsitektur sadar bencana belum populer di Indonesia. Padahal, arsitektur seperti itu pernah populer di Indonesia, yang saat ini menjadi perhatian khusus di beberapa negara dengan potensi kerentanan bencana tinggi.

”Negara rawan bencana seperti Jepang dan India sudah menerapkannya. Kesadaran hidup di daerah bencana membuat beragam arsitektur merespons bencana,” kata pengamat bangunan tradisional dan tahan bencana dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Indah Widiastuti, dalam Malam Pecha Kucha di Bandung, Sabtu (23/5).

Indah mengatakan, kesadaran itu kini jadi bagian industri yang belakangan populer di sejumlah negara. Ia mencontohkan rancangan rumah tahan gempa sederhana di Jepang. Rumah dibuat dengan bahan ideal dan bisa dikerjakan orang lanjut usia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

pecka kucha”Tingginya minat masyarakat itu membuat makin banyak produsen membuat bahan bangunan ramah bencana,” katanya. Jepang tak lagi menggunakan batu bata sebagai dinding rumah.

Indonesia, kata Indah, seharusnya sudah berbenah. Tugas negara dan para arsitektur untuk mulai memopulerkan bangunan tahan bencana alam itu agar digunakan banyak masyarakat.

”Nenek moyang kita sudah menerapkan ratusan tahun lalu. Kondisi itu digunakan sebagai salah satu peluang industri yang menguntungkan,” kata Indah.

Itu terlihat dari pembuatan rumah tradisional Jawa yang dibuat pada zaman kerajaan-kerajaan. Arsitektur rumah tahan gempa yang diwariskan hingga saat ini jadi salah satu industri yang tumbuh dan berkembang.

Perwakilan Komunitas Kabuyutan Cipaku Sumedang, Asep Indra, mengatakan, bangunan tahan bencana mutlak diterapkan di Indonesia. Berbagai kajian mendalam wajib dilakukan sebelum membuat bangunan berdaya tahan dan berusia panjang.

Akan tetapi, sekarang kebencanaan belum jadi prioritas. ”Megaproyek bendungan di Jatigede, Kabupaten Sumedang, menjadi contoh. Bendungan tetap dibangun meski ada di jalur rawan gempa,” katanya.

Jatigede sangat berisiko. Alasannya, bendungan itu di atas sesar aktif Baribis yang punya potensi gempa bumi. Dana besar yang dikeluarkan, ribuan pohon yang ditebang, hingga ribuan orang yang harus pindah ke daerah lain bisa sia-sia jika gempa besar merusak bendungan.

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengatakan, bangunan di sekitar daerah bencana bukan tak mungkin dibangun. Namun, kajiannya harus lebih mendalam dan membutuhkan biaya lebih besar dibandingkan dengan bangunan serupa yang dibuat di daerah aman bencana. Jika tidak, ia khawatir usia bangunan itu tidak akan lama.

”Kasus bangunan di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tidak boleh terulang. Saat rekomendasi rekayasa teknis yang sangat mendalam tidak dilakukan, bangunan itu mudah diganggu potensi bencana,” katanya. (CHE)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Mei 2015, di halaman 13 dengan judul “Rancang Bangun Tak Responsif”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:41 WIB

Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial

Berita Terbaru

Profil Ilmuwan

Mengenal Achmad Baiquni, Ahli Nuklir Pertama Indonesia Kelahiran Solo

Selasa, 29 Apr 2025 - 12:44 WIB

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB