Rahasia Kadal Hijau

- Editor

Jumat, 22 Juni 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Istilah darah biru sering dikaitkan dengan seseorang yang memiliki asal-usul keluarga kerajaan atau bangsawan. Meski demikian, darah mereka tetap berwarna merah. Akan tetapi, alam memiliki banyak rahasia yang menunggu disingkap. Salah satunya yang sudah terjawab adalah rahasia mengapa beberapa jenis kadal berdarah hijau cerah.

Subyek penelitian adalah lima jenis kadal di Papua dari genus Prasinohaema yang, meskipun ciri fisik dan lingkungan tempat hidupnya berbeda, mereka memiliki satu kesamaan, yaitu berdarah hijau.

Keanehan kadal-kadal itu bukan hanya warna darahnya yang hijau, melainkan juga karena kelima jenis kadal itu sebetulnya memiliki darah merah. Hanya karena darah mereka mengandung kadar pigmen biliverdin, yaitu pigmen yang dikeluarkan oleh empedu, sangat tinggi sehingga tidak hanya darah, tetapi juga otot, tulang, lidah, dan jaringan lendir mereka pun berwarna hijau, mengalahkan warna merah darah mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

SHUTTER STOCK–Kadal hijau

Keanehan kadal-kadal itu bukan hanya warna darahnya yang hijau, melainkan juga karena kelima jenis kadal itu sebetulnya memiliki darah merah.

Hasil penelitian Zachary Rodriguez dan Christopher Austin dari Louisiana State University di Baton Rouge, serta Susan L Perkins dari American Museum of Natural History, AS, tersebut diterbitkan dalam Science Advance pada 16 Mei 2018.

Ciri fisik luar biasa itu disebabkan oleh kadar biliverdin di sistem aliran darah kadal-kadal itu yang jauh melebihi kadar normal umumnya makhluk hidup.

Pigmen empedu sebenarnya merupakan produk buangan bersifat racun yang terbentuk ketika molekul sel darah merah (hemoglobin) kaya oksigen pecah pada sel darah merah mati. Ketika kadarnya naik tinggi, secara jangka panjang akan menyebabkan ”sakit kuning” (jaundice) dengan gejala fisik warna kulit dan mata pada manusia dan hewan bertulang belakang (vertebrata) menguning.

Akumulasi biliverdin berhubungan dengan kerusakan parah syaraf dan kelainan pertumbuhan. Penelitian terakhir memperlihatkan bayi yang mengalami jaundice berisiko mendapat autism. Akumulasi pigmen empedu bisanya terjadi pada mereka dengan gangguan metabolisme dan fungsi hati, seperti pada bayi baru lahir.

Kadar biliverdin yang sangat tinggi bukan menyebabkan jaundice hijau. Pada manusia, kadar biliverdin 50 mikromol per liter darah menyebabkan kematian. Penelitian ini menemukan, kadar biliverdin pada kadal yang diteliti mencapai 714 sampai 1.020 mikromol per liter darah.

Evolusi beberapa kali
Penelitian ini sebetulnya ingin mencari asal-usul mengapa ada kadal hijau di antara jenis kadal lain. Ketiga peneliti tersebut membandingkan penggalan tertentu rantai protein pembawa sifat (DNA, asam deoksiribonukleat) dan merekonstruksi sejarah evolusi kadal hijau dan membandingkannya dengan keluarga terdekat mereka.

Hasilnya, DNA penyebab warna hijau tidak berasal dari satu kelompok, tetapi tersebar di antara DNA pembuat merah. Menurut Austin, seperti dikutip Sciencenews.org, penjelasan paling mungkin temuan ini adalah darah hijau yang langka tersebut berevolusi secara independen beberapa kali.

Pemetaan payung evolusi yang disusun Austin dan mitranya memperlihatkan kemungkinan warna hijau terbentuk empat kali secara terpisah di antara beberapa anggota kadal di Papua. Ujung dari pohon evolusi tersebut mewakili kadal-kadal yang ada di Papua, Australia, dan pulau-pulau di sekitarnya.

Apa manfaat dari pigmen biliverdin masih belum diketahui pasti. Meski demikian, Austin meyakini evolusi ini pasti bukan suatu kebetulan, melainkan memiliki kegunaan untuk kadal-kadal tersebut.

Untuk memastikan kegunaan evolusi pigmen biliverdin pada beberapa jenis kadal itu, Austin mencoba memakan kadal-kadal tersebut. Dia juga memberikan kadal itu kepada burung raja udang (kingfisher) dan ular. Tidak satu pun menyebabkan kesakitan, apalagi kematian, pada yang memakan, kecuali rasanya yang menurut Austin seperti sushi busuk.

Dugaan sementara, evolusi itu untuk menangkal serangan parasit malaria, masalah laten di Papua, yang menyebabkan kesakitan dan kematian pada manusia.

Warna-warni
Kadar biliverdin yang tinggi, tetapi tidak membahayakan, tidak terdapat pada sistem aliran darah reptilia, mamalia, atau burung lain. Namun, hasil penelitian lain jauh sebelum ini menyebutkan kadar biliverdin cukup tinggi terdapat pada dua jenis ikan, dua jenis katak, dan ulat tembakau.

Sejumlah serangga, laba-laba, dan moluska memiliki pigmen darah mengandung tembaga dan tidak berwarna kecuali ketika berikatan dengan oksigen akan berubah menjadi biru. Ikan es di Antartika memiliki darah tidak berwarna sementara udang-udangan dari Danau Baikal di Siberia darahnya berwarna biru atau hijau. Juga ada cacing laut yang memiliki darah berwarna ungu sampai merah jambu.

Setelah hasil peneilitian tersebut, Austin dan rekan-rekannya akan melanjutkan penelitian dengan mencari tahu proses evolusi yang terjadi, antara lain, kemungkinan mutasi gen yang menyebabkan warna merah pada jaringan dan sirkulasi cairan tubuh menjadi berwarna hijau.

Harapannya, hasil penelitian dengan terus menyingkap rahasia alam ini akan memberi pemahaman lebih baik mengenai penyakit pada manusia yang berhubungan dengan kelainan empedu.–NINUK MARDIANA PAMBUDY

Sumber: Kompas, 19 Juni 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 133 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB