Pulau Seram, Jembatan Indonesia Barat-Timur

- Editor

Selasa, 9 Mei 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berada di Zona Wallacea, masyarakat di Pulau Seram, Maluku, memiliki posisi penting untuk memahami pembauran dan asal-usul manusia di Indonesia. Dari aspek bahasa, warga pulau ini menuturkan Austronesia, tetapi secara fisik memiliki kedekatan dengan masyarakat Papua.

Zona Wallacea merupakan wilayah kepulauan di Indonesia, yang ada di sebelah timur Pulau Kalimantan dan barat Papua. Zona itu awalnya dibuat ahli ilmu alam Alfred Russel Wallace untuk membedakan fauna di Kalimantan, Sumatera, Jawa, hingga Bali, dengan yang ada di Wilayah Papua.

Wilayah Wallacea, terdiri dari Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Maluku Utara, hingga Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat itu, dikenal sebagai zona antara dari dua area biogeografi Indonesia bagian barat dan timur. Zona itu memiliki fauna dari wilayah Indonesia barat yang pernah bergabung dengan daratan Asia dan dari bagian timur yang pernah bergabung dengan Australia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, pemisahan untuk memetakan penyebaran fauna itu ternyata berimpit dengan diaspora manusia Indonesia di masa lalu. “Orang Melayu mendiami hampir semua bagian barat kepulauan (Nusantara) itu, sedangkan Papua mendiami New Guinea (Pulau Papua) dan beberapa pulau di dekatnya…,” sebut Wallace pada buku The Malay Archipelago (1869).

Belakangan penggolongan manusia Indonesia di bagian barat sebagai “Melayu” dinilai tak tepat. Kajian ahli bahasa Peter Bellwood memetakan, manusia Indonesia di sebelah barat berbahasa Austronesia asal Formosa, Taiwan (teori out of Taiwan) dan diperkirakan tiba di Nusantara sekitar 4.500 tahun lalu. Selain dituturkan di Indonesia dan Taiwan, bahasa Austronesia menyebar di Filipina, Kepulauan Pasifik, dan Madagaskar.

Kajian lebih mendalam dengan metode genetika menemukan, masyarakat yang secara bahasa dipetakan menuturkan Austronesia juga memiliki keragaman asal-usul. Orang Jawa, misalnya, lebih dominan unsur Austroasiatik-dari daratan Asia, utamanya selatan China-dibandingkan Austronesia.

Demikian halnya, di Papua sendiri amat beragam, secara fisik ataupun bahasa berjumlah lebih dari 270. Kajian genetika menunjukkan, orang Papua berasal dari migran awal dari Afrika yang tiba di Nusantara sekitar 50.000 tahun lalu (teori out of Afrika), lalu sebagian dari mereka menyeberang dan dikenal sebagai Aborigin Australia.

Kajian budaya menunjukkan interaksi budaya Austronesia dan Papua berlangsung lama. Itu, misalnya, tampak dari tradisi menyirih dan menginang dari Austronesia yang membudaya di Papua. Sebaliknya, arsitektur rumah penutur Austronesia di Wae Rebo, Flores, menunjukkan peminjaman kebudayaan Papua. Jelas ada interaksi kebudayaan antara dua penutur besar di Nusantara asal dua kelompok migran yang datang dalam rentang waktu amat jauh itu.

Adanya pembauran kebudayaan ini menunjukkan pentingnya posisi pulau-pulau di Zona Wallacea, termasuk Pulau Seram, yang jadi semacam jembatan penghubung antara Indonesia bagian barat dan timur.

Migrasi dan pembauran
Untuk memahami komposisi dan pembauran Austronesia dan Papua masa lalu ini secara saintifik, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi beberapa tahun terakhir meneliti genetika di Zona Wallacea. Sebelumnya, kajian lebih banyak dilakukan di Nusa Tenggara Timur, seperti di Sumba dan Alor, yang menemukan ada pembauran genetik Austronesia dan Papua di sana.

Kali ini, kajian dilakukan di Pulau Seram, di Maluku. “Pengambilan sampel genetik akan dilakukan di empat populasi di Pulau Seram,” kata Isabella Apriana, peneliti Eijkman, di Masohi, Senin (8/5).

Empat populasi itu berasal dari Negeri Administratif Nua Nea, Negeri Huahulu, Negeri Saleman, dan Negeri Sawai. Negeri merupakan sebutan desa adat di Pulau Seram. Tiap populasi tradisional di desa berbeda itu memiliki kemiripan budaya, seperti ciri khas ikat kepala merah ataupun tarian meski punya penamaan berbeda.

Dari aspek antropologi, sebagaimana dikaji Valerio Valeri (2000), masyarakat Huahulu yang tinggal di kaki Gunung Binaya dinilai sebagai yang tertua. Namun, tiap negeri memiliki klaim bahwa mereka paling tua. Misalnya, Musrifai Rumaolat, tokoh adat dari Negeri Saleman mengatakan, warga di desanya lebih tua dibanding Huahulu.

Riset genetika, menurut Deputi Direktur Eijkman Herawati Sudoyo, diharapkan bisa menjelaskan komposisi asal-usul leluhur masyarakat Seram, proses diaspora, dan pembaurannya. Dalam kajian sebelumnya di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, Tim Eijkman menemukan kesesuaian cerita lisan dengan uji DNA tentang asal-usul dan diaspora leluhur masyarakat di pulau itu. Ditemukan, leluhur masyarakat Sumba tertua berasal dari Desa Wunga di Sumba Timur. Masyarakat Sumba juga merupakan paduan genetika Papua dan Austronesia.

Dengan membandingkan DNA orang Seram dengan populasi masyarakat lain, kajian ini melengkapi peta genetika manusia Indonesia. Kekerabatan dan interaksi orang Seram dengan masyarakat Indonesia lain juga bisa dipetakan.

Sejauh ini, Lembaga Eijkman telah memetakan genetika terhadap sekitar 80 persen populasi manusia Indonesia dalam 16 tahun terakhir. Kajian-kajian sebelumnya menguatkan kompleksitas dan keberagaman asal-usul manusia Indonesia. Setidaknya ada empat gelombang kedatangan manusia ke Indonesia, yaitu dari Afrika, dari daratan Asia, dan Formosa (Taiwan), sebelum ada migrasi belakangan di era sejarah dari India, Arab, Tiongkok, dan Eropa.–AHMAD ARIF
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Mei 2017, di halaman 14 dengan judul “Jembatan Indonesia Barat-Timur”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB