Praktisi Industri Mulai Mengajar, Benarkah Doktor di Kampus Kalah Pengalaman?

- Editor

Kamis, 24 Agustus 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Seorang dosen di Universitas Northwestern, AS, yang telah mengajar selama 30 tahun menyebutkan bahwa pengalaman industri mungkin tak cukup untuk seorang doktor di universitas.
Dosen tersebut adalah Joseph Epstein, yang baru saja menulis artikel di Wall Street Journal tentang gelar doktor yang banyak disematkan pada orang-orang di pemerintahan atau posisi penting di sebuah industri.

Mulanya, Epstein mempertanyakan validitas dasar dari seseorang yang mendapatkan PhD, terutama di bidang humaniora. Ia menyarankan bahwa orang-orang yang telah memperoleh gelar tersebut, terutama dalam beberapa dekade terakhir, harus berhati-hati tentang hal itu.

Sebab menurutnya, kondisi saat ini seolah-olah mewajibkan seseorang yang penting untuk memiliki gelar PhD.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Saya telah membaca artikel yang menyarankan bahwa gelar doktor dapat menjadi penghalang untuk pekerjaan, karena pemberi kerja melihat di dalamnya seseorang yang pasti gila untuk menghabiskan waktu bertahun-tahun belajar pada tingkat intensitas itu,” ucap Epstein dikutip dari situs Times Higher Education.

Praktisi Industri yang Mulai Dilirik
Epstein menilai, pada era saat ini, ada banyak lowongan di perguruan tinggi yang mulai melirik praktisi industri tanpa gelar PhD untuk mengajar dibandingkan dengan orang yang mungkin memiliki disiplin akademik tinggi.

Di sisi lain, ada banyak iklan menetapkan persyaratan bagi orang yang ditunjuk untuk menyelesaikan gelar PhD dalam waktu lima tahun, tetapi, dalam praktiknya, banyak dosen yang tidak pernah memulainya.

“Saya bahkan pernah mendengar tentang seorang dosen universitas yang tidak memiliki gelar pertama; bagaimana bisa ketika guru sekolah menengah pun diharuskan memilikinya?” kata Epstein.

Meski begitu, ia tetap menggarisbawahi bahwa mahasiswa yang diajar oleh praktisi industri mungkin mendapatkan manfaat yang solid dan relevan dengan keilmuan yang sedang dipelajari.

Praktisi Industri dan Gelar Doktoral
Selain itu, menurut Epstein, tidak mudah untuk menilai tingkat pengalaman industri apa yang sepadan dengan gelar PhD. Jadi jika tokoh industri mendapatkannya dengan cara tradisional, itu memecahkan setidaknya satu masalah.

Tapi membicarakan hal ini sering kali mengarah pada tuduhan elitisme atau keangkuhan intelektual, dan wajar jika kedua hal ini terus-menerus dipertanyakan.

“Ini bukan untuk mengatakan bahwa pakar industri tidak menyumbangkan penelitian yang berharga. Namun, pada saat penelitian, terutama dalam sains, tampak begitu penting dan pemerintah tampaknya memikirkan kembali pandangannya tentang para ahli, gelar PhD tampaknya lebih relevan dari sebelumnya,” ujar Epstein.

Sebab, melalui PhD-lah budaya penelitian yang dinamis dapat eksis. Dalam hal ini, gelar doktoral tidak hanya bermanfaat bagi perolehan pengetahuan dan komunikasi tetapi juga pengajaran karena para siswa diajar oleh mereka yang mengetahui cukup banyak tentang mata pelajaran mereka.

Fahri Zulfikar
Sumber: detikEdu, Jumat, 18 Agu 2023

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB