“Piala” Warisan Dunia dan Kewajiban Indonesia ke Depan

- Editor

Kamis, 19 September 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penetapan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO bukanlah hasil akhir atau sebuah pencapaian final. Sebaliknya, pengakuan ini justru menjadi pengingat Indonesia untuk lebih menjaga dan memperhatikan peninggalan bersejarah tersebut.

Sebuah pengakuan tentu berimplikasi pada kewajiban, dan inilah yang terjadi pasca penetapan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto sebagai Warisan Dunia. “Kita seolah-olah sudah mendapatkan pialanya. Yang pasti, kita harus mempunyai suatu pandangan ke depan apa yang bisa kita lakukan dengan penetapan ini,” papar Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Arief Rachman, Senin (16/9/2019) saat penyerahan sertifikat Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto sebagai Warisan Dunia UNESCO dari Kementerian Luar Negeri ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta.

KOMPAS/YOLA SASTRA–Suasana di sekitar kantor PT Bukit Asam, pengelola terakhir tambang batubara Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat, Rabu (10/7/2019). Kantor PT Bukit Asam itu merupakan salah satu gedung cagar budaya warisan penambangan batubara Ombilin yang ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Artinya penetapan tersebut harus berdampak pada masa depan program-program di Kawasan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto ke depan. Menurut Arief, setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan di sana setelah penetapan ini, yaitu perlindungan, promosi, dan preservasi.

Keberlanjutan program ini penting. Sebab, apabila Pemerintah indonesia tidak bisa menjaga warisan ini dengan baik, maka penetapan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto sebagai warisan dunia berpotensi dicoret.

KOMPAS/YOLA SASTRA–Wisatawan sedang mengamati periuk di Museum Gudang Ransum, Sawahlunto, Sumatera Barat, yang digunakan untuk memasak nasi ataupun sayuran bagi pekerja Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto sejak 1918, Rabu (10/7/2019). Museum Gudang Ransum merupakan salah satu cagar budaya yang masuk dalam area Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto yang ditetapkan UNESCO sebagian warisan budaya dunia.

Dijaga bersama
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, upaya perlindungan akan segera dilakukan pasca penetapan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto sebagai Warisan Dunia. Bulan depan, akan digelar rapat lintas kementerian, PT Bukit Asam sebagai pemilik situs, Pemrov Sumbar dan kabupaten/kota yang berada dalam cakupan wilayah Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto.

Selain itu, sedang dirancang pula satu langkah untuk semakin memopulerkan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto melalui pembuatan film yang melibatkan tim produksi profesional dengan memanfaatkan kawasan warisan dunia ini pada tahun 2020 mendatang. Diharapkan, lewat film ini, masyarakat bisa lebih mengenal Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto sebagai situs warisan dunia.

Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto dibangun dengan konsep tiga serangkai oleh Pemerintah Hindia Belanda periode akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Tiga serangkai meliputi industri pertambangan batubara Ombilin di Sawahlunto, kemudian sistem transportasi kereta api melalui wilayah Sumatera Barat, dan sistem penyimpanan di Silo Gunung di Pelabuhan Emmahaven, atau Teluk Bayur sekarang.

KOMPAS/YOLA SASTRA–Suasana di lorong bangunan Silo Gunung di Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat, Sabtu (24/8/2019). Silo itu terakhir kali beroperasi sekitar 20 tahun lalu seiring dengan berhentinya operasi Tambang Batubara Ombilin, Sawahlunto. Bangunan ini merupakan salah satu cagar budaya Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto yang ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 6 Juli 2019.

UNESCO menilai, Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto memenuhi dua kriteria sebagai warisan dunia, yaitu mengenai komunikasi antar budaya dan perkembangan nilai-nilai universal luar biasa (Outstanding Universal Value) sebagai warisan penambangan, pengangkutan, dan penyimpanan batubara di Sumatera Barat.–ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 18 September 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB