Petani Beradaptasi dengan Memanfaatkan Teknologi

- Editor

Kamis, 6 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perubahan iklim membawa dampak buruk bagi berbagai aspek kehidupan, termasuk pertanian. Untuk itu, petani mulai beradaptasi terhadap perubahan iklim dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi.

Ketua Pusat Penelitian Perubahan Iklim Universitas Indonesia yang juga Guru Besar Biologi Konservasi Universitas Indonesia Jatna Supriatna menyampaikan, dampak perubahan iklim pada sektor pertanian bisa memicu soal pangan bagi masyarakat. Itu terkait kondisi cuaca ekstrem, seperti kekeringan ataupun hujan berkepanjangan.

KOMPAS/HARIS FIRDAUS–Seorang petani memeriksa tanaman padi yang gagal panen karena kekeringan di lahan pertanian di Dusun Siraman III, Desa Siraman, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (27/6/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Jika petani tak mengantisipasi dampak perubahan iklim, komoditas terancam dan kerugian besar akan terjadi,” katanya dalam diskusi peluncuran laman web Warung Ilmiah Lapangan dan Sistem Informasi Data Agrometeorologi Petani di Depok, Selasa (4/12/2018).

Sejauh ini, perubahan iklim memengaruhi sektor pertanian dan pangan. Petani dituntut beradaptasi pada perubahan iklim, misalnya mengembangkan agrometeorologi atau ilmu mengatur sumber daya, seperti air dan tanah.

KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI–Yunita Triwardani Winarto

Guru Besar Antropologi Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia Yunita T Winarto mencontohkan, kejadian ekstrem dari perubahan iklim seperti kenaikan suhu minimum dan keragaman pola pergantian musim. Akibatnya, petani tak bergantung pada pengetahuan tradisional dan empiris.

”Program pembelajaran agrometeorologi melalui Warung Ilmiah Lapangan jadi inisiatif kami membantu petani mengembangkan kapasitas mengantisipasi perubahan iklim,” ujarnya.

Warung Ilmiah Lapangan (WIL) ialah pembelajaran agrometeorologi oleh petani melibatkan ilmuwan dan penyuluh pertanian. Itu meningkatkan pengetahuan petani soal skenario musiman sesuai perubahan iklim.

Yunita menambahkan, WIL mendorong petani menjadi pembelajar yang aktif dalam melakukan pengamatan dan pencatatan harian data curah hujan serta agroekositem, mulai dari kondisi tanah, tanaman, hama, dan penyakit. Selain itu, petani juga mendokumentasikan, menganalisis, dan mendiskusikan hasil temuan secara bersama-sama. Ilmuwan pun turut berperan memberi pengetahuan baru tentang agrometeorologi kepada petani.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Nurkilah

Awal musim tanam
Sementara Ketua Asosiasi Pengukur Curah Hujan Kabupaten Indramayu Nurkilah mengatakan, saat ini para petani tidak bisa lagi menentukan awal musim tanam dengan metode tradisional. “Dulu orangtua mengajarkan dengan pranata mangsa atau sistem kalender sebagai penanda awal musim tanam. Namun, dengan kondisi iklim saat ini, metode itu tidak lagi sesuai,” ucapnya.

Sejak menerapkan metode yang diajarkan dalam WIL, petani lebih mampu beradaptasi berdasarkan evaluasi dari pencatatan yang dilakukan sebelumnya. Adaptasi dan antisipasi dilakukan dengan mempertimbangkan kesuburan tanah, pemilihan varietas, pengelolaan air, dan strategi pengendalian hama.

“Hal ini menjadi modal utama kami untuk menghindari risiko berkurangnya produksi ataupun gagal panen. Jadi, produksi bisa meningkat, lingkungan pun tetap sehat,” kata Nurkilah.–DEONISIA ARLINTA

Sumber: Kompas, 5 Desember 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 2 Oktober 2025 - 16:30 WIB

Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB