Petambang Berkomitmen Tak Gunakan Merkuri

- Editor

Sabtu, 28 November 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia, Jumat (27/11) di Jakarta, mendeklarasikan pengolahan emas bebas merkuri. Mereka berharap pemerintah mengakomodasi aktivitas tambang rakyat dengan memetakan wilayah pertambangan rakyat dan menyediakan teknologi pengolahan emas ramah lingkungan.

Menurut Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (APRI), ada sekitar 1 juta petambang emas rakyat pada lebih dari 850 titik tambang di Indonesia. Mereka dan 7 juta orang, yang terkait langsung ataupun tak langsung, rentan terpapar merkuri. Padahal, merkuri merupakan senyawa kimia berbahaya dan beracun, bersifat sulit terurai, bioakumulatif, dan bisa berpindah tempat.

“Kami berkomitmen menciptakan pertambangan emas skala kecil bebas merkuri sebagai bentuk usaha bertanggung jawab dan ramah lingkungan,” kata Ketua Umum APRI Gatot Sugiharto.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat ini APRI bersama 33 dewan pengurus wilayah memprakarsai deklarasi komitmen itu. Jika diterapkan, kontribusi APRI signifikan dalam mencapai target rencana aksi nasional penghapusan merkuri di sektor pertambangan emas skala kecil pada 2018 (Konvensi Minamata).

Direktur Jenderal Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tuti Hendrawati Mintarsih mengatakan, pemutusan rantai peredaran dan penggunaan merkuri harus diikuti pendekatan dan pendampingan aspek legal, sosial ekonomi, dan teknologi. “Pendekatan represif tak mampu menuntaskan masalah,” ujarnya.

Contoh konkretnya melalui penyediaan wilayah pertambangan rakyat (WPR). Dengan pengklusteran, pemerintah bisa memfasilitasi eksplorasi serta penyediaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) beserta instalasinya.

Menurut Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Bambang Gatot Ariyono, WPR diusulkan gubernur ke pusat. “Provinsi perlu memperhatikan pertambangan rakyat,” ucapnya.

Dirjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi menyebut, tahun ini pihaknya menggagalkan ekspor ilegal 14 kontainer berisi bijih merkuri (9 kontainer) dan merkuri jadi/cair (5) senilai Rp 47,8 miliar.

Merkuri itu diduga dihasilkan dari pertambangan merkuri ilegal. Menurut data resmi, merkuri diimpor untuk alat medis sekitar 600 kilogram (2014). Namun, data APRI menunjukkan peredaran merkuri 360 ton. (ICH)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 November 2015, di halaman 13 dengan judul “Petambang Berkomitmen Tak Gunakan Merkuri”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB