Petakan Kembali Program Studi

- Editor

Rabu, 4 Mei 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perguruan Tinggi Cenderung Ikut Tren Pasar
Pemetaan kebutuhan profesi dan pengaturan kuota program studi di perguruan tinggi sangat mendesak dilakukan. Terjadi surplus mahasiswa pada program studi bidang sosio-humaniora. Sementara mahasiswa program studi di bidang sains-teknologi minim.

Padahal, berdasarkan evaluasi kebutuhan pembangunan negara, program studi bidang sains- teknologi amat dibutuhkan untuk sektor-sektor strategis yang tengah jadi isu utama, seperti pertanian, industri, dan energi terbarukan.

“Saat ini yang terjadi adalah perguruan tinggi membuka prodi (program studi) atau menentukan kuota penerimaan mahasiswa baru berdasarkan tren permintaan pasar,” kata Kepala Subdirektorat Pendidikan Tinggi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amich Alhumami di sela-sela “Konferensi Pendidikan Jurusanku” yang diadakan di Jakarta, Selasa (3/5). Acara itu diselenggarakan oleh Jurusanku.com, sebuah lembaga konsultasi pendidikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Amich menerangkan, dari 5,3 juta mahasiswa di Indonesia, 67,25 persen berkuliah di prodi sosio-humaniora. Sisanya memilih prodi sains-teknologi. Padahal, berdasarkan evaluasi kebutuhan pembangunan negara, sektor-sektor yang penting bagi masa depan Indonesia adalah kelautan, pertanian, industri, dan energi terbarukan.

Sementara sektor-sektor yang surplus mahasiswa juga kesulitan mempertahankan mutu, mulai dari jumlah dosen, infrastruktur, alat perkuliahan, hingga pengadaan penelitian yang bermutu.

Mubazir
“Kalau perguruan tinggi hanya melayani permintaan tren pasar, ujung-ujungnya mereka mencetak penganggur,” tutur Amich.

Hal ini terbukti dengan data Bappenas 2014 yang menunjukkan, 688.000 penganggur di Indonesia atau setara 10 persen dari jumlah total penganggur merupakan lulusan perguruan tinggi. Mereka tak terserap bursa tenaga kerja karena kebutuhan di bidang yang sesuai dengan kompetensi mereka sudah terisi.

Sarjana atau diploma penganggur ini merupakan bagian dari 8 persen penduduk Indonesia yang tamat pendidikan tinggi. Adapun 65 persen penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas berpendidikan maksimal SMP sederajat.

Upaya pemetaan kebutuhan tenaga kerja baru dimulai April 2016 ketika Kementerian Ketenagakerjaan menandatangani nota kesepahaman dengan 11 perguruan tinggi untuk melakukan penelitian dan pemetaan.

Promosi prodi
Pendiri Jurusanku.com, Ina Liem, menjelaskan salah satu langkah penting yang harus diambil adalah mempromosikan kepada guru, orangtua, dan siswa mengenai keberadaan prodi-prodi yang dianggap masyarakat tak konvensional, tetapi dibutuhkan. Selama ini, mayoritas masyarakat terperangkap pada pemikiran kebutuhan pembangunan 1970-an yang perlu banyak dokter, pengacara, atau ekonom.

Jurusanku.com melakukan survei kepada 11.750 siswa SMA sederajat untuk melihat minat dan pengetahuan mereka. Salah satu prodi yang paling diminati adalah kedokteran yang memiliki 1.222 peminat. Padahal, data Kementerian Kesehatan menunjukkan jumlah dokter mencukupi, tetapi persebarannya tak merata di Indonesia.

Sebaliknya, prodi yang dibutuhkan oleh pembangunan minim peminat. Hanya 27 orang yang berniat mengambil prodi keguruan. Adapun prodi perikanan diminati 12 orang, pertanian 23 orang, energi terbarukan 22 orang, teknik perkapalan 4 orang, dan logistik cuma 10 orang.

“Harus ada trik sosialisasi dan promosi besar-besaran agar masyarakat memahami pentingnya sektor tersebut untuk keberlangsungan bangsa. Setelah itu, baru mereka berminat untuk mempelajari prodi itu,” kata Ina.

Nanda (16), siswi kelas XI St John’s Catholic School, mengatakan, ia mencari sendiri jenis-jenis prodi yang ditawarkan di universitas. Hal itu terutama ia lakukan dengan mengumpulkan informasi dari internet. Adapun mengenai prodi yang berkaitan dengan kebutuhan pembangunan belum pernah ia dengar. (DNE)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Mei 2016, di halaman 13 dengan judul “Petakan Kembali Program Studi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB