Pesawat Kepresidenan untuk Presiden Baru

- Editor

Jumat, 11 April 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pesawat Boeing Business Jet 2 yang akan menjadi pesawat kepresidenan RI mendarat di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (10/4). Pesawat yang dibeli dengan harga 89,6 juta dollar AS atau sekitar Rp 847 miliar itu akan dioperasikan TNI AU untuk mendukung perjalanan presiden di dalam dan luar negeri.

Sebelum mendarat di Lanud TNI AU Halim Perdanakusuma, pesawat itu terbang selama empat hari dari Delaware, Amerika Serikat, sejak Senin (7/4). Pesawat yang diterbangkan Kapten David dari Boeing itu singgah di Wellington, Sacramento, Honolulu, dan Guam. Sesaat setelah mendarat sekitar pukul 10.05, pesawat kepresidenan itu resmi diserahkan oleh Vice President Boeing International and President Boeing South East Asia Ralph Boyce kepada Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi.

Menurut Ralph, BBJ-2 merupakan pilihan tepat bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Ralph mengklaim pesawat ini memiliki performa baik, jarak tempuh jauh, dan ekonomis. ”Semoga pesawat ini akan memberikan penerbangan yang menyenangkan,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pesawat kepresidenan ini mempunyai panjang 39,5 meter, rentang sayap 35,8 meter, dan tinggi 12,5 meter. Pesawat dengan dua mesin jet di sayap itu dirancang sanggup terbang 10 jam nonstop dengan jangkauan hingga 10.000 kilometer. Interior pesawat dilengkapi dengan ruang pertemuan dan ruang bagi VVIP. Pesawat ini mampu mengangkut 67 penumpang.

Bangga memiliki
Kedatangan Pesawat Kepresidenan RISudi menyatakan, pesawat kepresidenan yang berwarna dominan biru ini menjadi kebanggaan. Baginya, hadirnya pesawat itu menjadi torehan sejarah bangsa. Untuk pertama kalinya setelah merdeka hampir 69 tahun, Indonesia memiliki pesawat kepresidenan. Sebelumnya, pesawat kepresidenan yang digunakan merupakan pesawat komersial yang disewa pemerintah, seperti dari Garuda Indonesia.

Sudi mengklaim pembelian pesawat ini dapat menghemat anggaran negara hingga Rp 114,2 miliar per tahun dibandingkan dengan jika harus menyewa pesawat komersial. Pesawat ini juga diklaim memiliki tingkat keamanan tinggi, termasuk dapat mengantisipasi kemungkinan adanya ancaman peluru kendali.

”Ada sensor yang secara otomatis memberikan peringatan dan bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan apabila (ancaman peluru kendali) itu terjadi,” katanya.

Kunjungan Luar Negeri PerdanaTerkait dengan pemilihan warna biru, Sudi mengatakan untuk keamanan karena dapat dijadikan kamuflase warna biru langit. Selain itu, warna biru serasi dengan warna khas TNI AU yang akan mengoperasikan pesawat kepresidenan tersebut. Warna itu dipilih dari 14 alternatif yang sebelumnya didesain tim di Kementerian Sesneg yang juga melibatkan TNI AU.

Meski sudah diresmikan sebagai pesawat kepresidenan, pesawat ini masih harus menunggu sertifikasi dari Kementerian Pertahanan dan diuji coba. ”Pesawat kepresidenan ini utamanya tentu bagi presiden terpilih. Kalau presiden yang sekarang, paling dua-tiga kali bisa menggunakannya,” ujarnya. (WHY)

Sumber: Kompas, 11 April 2014

—————–

RI Punya Pesawat Kepresidenan

Teman-teman, negara kita sudah punya pesawat kepresidenan sendiri, lho! Hebat, kan? Pesawat seharga USD 91.209.560,61 atau sekitar Rp814 miliar itu sudah lunas dibeli oleh Pemerintah Indonesia.

Pesawat Kepresidenan
Kabarnya, pesawat jenis Boeing Business Jet 2 bertipe 737-800 itu sudah diserahterimakan kepada Pemerintah Indonesia. Dan pada bulan Agustus 2013 mendatang, pesawat tersebut akan berada di tanah air. Wuiih, keren! Asal kamu tahu saja, selama ini Indonesia memang tidak memiliki pesawat khusus kepresidenan. Kalau presiden kita harus pergi bertugas dengan menggunakan pesawat, kita mesti menyewa pesawat komersil.

Harga sewa pesawat kepresidenan komersil itu setahunnya bisa mencapai sekitar 18 juta dollar AS atau sekitar Rp162 miliar. Wooow.. mahal, kan? Itu sewa 1 tahun saja, lho!

Nah, kalau 10 tahun bisa berapa uang yang harus dikeluarkan oleh negara hanya untuk menyewa pesawat saja? Makanya, dengan membeli pesawat khusus kepresidenan itu kita jadi bisa lebih hemat, meski harus dibeli dengan harga mahal, tapi pada akhirnya pesawat itu milik Republik Indonesia. Setuju, enggak?

Boeing Business Jet 2 bertipe 737-800
Pesawat Boeng Business Jet 2 737-800 dibuat di pabrik Boeing Company, di Wichita, Kansas, Amerika Serikat. Saat ini, pesawat tersebut sudah selesai di tahap badan pesawat (green aircraft ) . Selanjutnya, pesawat itu masih harus dilengkapi dengan interior kabin, dan berbagai sistem keamanan.

Pak Lambock B Nahattands, Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara bilang, “Kita sudah punya pesawat kepresidenan. Dan akan sampai di tanah air dalam keadaan lengkap pada bulan Agustus 2013 mendatang.”

Mengapa begitu lama sampai ke Indonesia? Sebab, pesawat itu masih harus disempurnakan. Kabinnya harus ditata. Sistem keamanannya pun harus benar-benar baik.

Asal kamu tahu saja, nih, pesawat tersebut akan dirancang khusus untuk mampu terbang non-stop 10 sampai 12 jam, lho! Meskipun jenis Boeing ini termasuk pesawat berbadan besar, tapi mampu mendarat di bandara kecil. Ck, ck, hebat, kan? Hore, akhirnya Indonesia punya ‘Air Force One’ sendiri. (Ervina/Kidnesia/berbagai sumber/foto: bloomberg.com

Sumber: http://m.kidnesia.com/Kidnesia2014/Dari-Nesi/Sekitar-Kita/Teknologi/RI-Punya-Pesawat-Kepresidenan
—————
Tempo, JUM’AT, 13 DESEMBER 2013 | 10:13 WIB
Hanya Negara Besar yang Punya Pesawat Kepresidenan

Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan pesawat Kepresidenan biasanya hanya dimiliki oleh negara-negara besar. Mereka memilih punya pesawat Kepresidenan sendiri untuk memenuhi kebutuhan terbang presiden yang frekuensinya sangat tinggi. Bekas Presiden Amerika, Bill Clinton, merupakan salah satu presiden yang paling banyak melakukan penerbangan, yakni hingga ratusan kali dalam setahun.

“Amerika memiliki pesawat Boeing 747 untuk Kepresidenan,” ujar Dudi ketika dihubungi, Jumat, 13 Desember 2013. Ia mengatakan negara-negara besar, seperti Inggris, Amerika, Rusia, Jepang, Prancis, Belanda, Spanyol dan Jerman juga diketahui memiliki pesawat Kepresidenan sendiri.

Tak seperti Amerika, Rusia memilih menggunakan pesawat Ilyushin l1-93-300PU, sedangkan Inggris menggunakan Boeing 747 seperti Amerika. Pesawat Boeing 747 yang dimiliki Amerika dan Inggris, dan belakangan juga dibeli Indonesia, dapat melakukan penerbangan puluhan jam nonstop tanpa harus mendarat sama sekali.

“Teknologi pesawat yang terdapat di Air Force One-Boeing 747 millik Amerika bisa memberi komando pemerintahan dari atas udara,” katanya.

Indonesia telah resmi membeli pesawat Kepresidenan berjenis Boeing Bussiness Jet 2 Green. Pesawat BBJ2 ini didesain untuk keperluan VIP, dengan konfigurasi mewah dan memiliki kamar tidur utama yang dilengkapi toilet shower, ruang konferensi, ruang makan, dan ruang tamu. Pesawat BBJ2 pesanan Indonesia ini diketahui dibeli dengan harga US$ 91,2 juta atau sekitar Rp 820 miliar.(MAYA NAWANGWULAN)

———————–
Menyambut Pesawat Kepresidenan Pertama di Indonesia
Ada Sensor Lacak Peluru Kendali

PESAWAT Kepresidenan yang telah lama ditunggu akhirnya datang juga. Kemarin (10/4), Pesawat Boeing Business Jet 2 atau BBJ-2 tiba di Lanud Halim Perdana Kusuma me lalui acara seremonial. Menteri Sekretaris Ne gara (Mensesneg) Sudi Silalahi didampi ngi menteri teknis dan pejabat terkait menyambut kedatangan pesawat yang terbang langsung dari markas Boeing di Chicago, Ame rika Serikat itu.

Kedatangan pesawat kepresidenan khusus ter sebut pun diyakini membawa sejumlah nilai keunggulan. Bahkan, Mensesneg Sudi Si lalahi menyebut keberadaan pesawat ke pre sidenan membuka lembaran sejarah baru bagi Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahan. ”Se telah melalui proses kurang lebih empat ta hun, pagi ini (kemarin) kita bersama-sama me nyaksikan hadirnya pesawat kepresidenan jenis Boeing Bussiness Jet 2 atau BJB-2.

Pesawat ini khusus didesain untuk digunakan presiden RI di dalam menja lankan tugas-tugas pemerintahan maupun tugas2 kenegaraan. Hadirnya pesawat kepresidenan hari ini (kemarin) membuka lembaran sejarah baru bagi kita bangsa Indonesia. Inilah pertama kalinya, setelah hampir 69 tahun kita merdeka, memiliki pesawat kepresidenan sendiri,” papar Sudi dalam pidatonya di Lanud Halim Perdanakusuma, kemarin.

Dalam kesempatan tersebut, Sudi menuturkan bahwa keputusan memiliki pesawat kepresidenan sendiri, lebih banyak membawa manfaat ketimbang kerugian. Dia menguraikan, selama ini, dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan dan kenegaraan di dalam dan luar negeri, Presiden RI harus menyewa pesawat komersial dari PT Garuda Indonesia. ”Tentu saja penggunaan pesawat komersial, atau pesawat khusus kepresidenan yang kita sewa selama ini, tidak lah seefektif dan seefesien, bila dibanding dengan kita memiliki sendiri pesawat kepresidenan,” tuturnya.

Sudi menekankan, meski banyak kontroversi yang timbul sebelum pengadaan pesawat tersebut, pemerintah telah mempertimbangkan dan melakukan perhitungan yang matang terkait hal tersebut. ada sejumlah hal yang menjadi keunggulan pengadaan pesawat kepresidenan. Pertama, dari sisi anggaran ne gara, penggunaan pesawat kepresidenan jauh lebih hemat dibanding dengan menggunakan pesawat komersial.

”Dari perhitungan yang kita lakukan dengan cermat, penghematan anggaran negara selama masa pakai pesawat ini di beberapa tahun mendatang akan dapat menghemat kisaran sebesar Rp 114,2 miliar setiap tahunnya,” ungkapnya. Kedua, lanjut Sudi, dari segi efisiensi dan efektivitas, penggunaan pesawat khu sus kepresidenan tidak menganggu jad wal penerbangan maskapai komersial.

Selama ini, perusahaan penerbangan harus mengatur ulang jadwal penerbangannya apabila ada tugas-tugas kenegaraan yang mengharuskan presiden menggunakan pesawat terbang dalam perjalanan dinas. ”Ketiga, sebagai negara besar, kita tentu lebih bangga apabila Presiden RI meng gunakan khusus pesawat kepresidenan yang lebih canggih, modern, aman dan benar-benar difungsikan untuk melayani tugas konstitusional republik Indonesia,” lanjutnya.

Sudi menuturkan, pesawat kepresidenan tersebut nantinya diserahkan dalam pengawasan TNI AU dan PT. Ga ru da Indonesia. Kedua pihak tersebut akan berbagi tugas dalam penyimpanan, perawatan hingga pengoperasian pe sawat. ”Saya minta, pastikan pemeliharaan dan perawatan berkala yg terbaik dan berstandar internasional. Jalin komunikasi intensif dengan Boeing sebagai pabrikan pesawat ini, pedomani standarisasi yang berlaku.

Pastikan pula pesawat ini, memberikan tingkat keamanan, ke nyamanan dan keselamatan yg tinggi bagi Presiden dalam menunaikan tugas konstitusional,” tutur Sudi. Dalam kesempatan tersebut, Sudi juga menyatakan bahwa pesawat kepresidenan tersebut bukan khusus diperuntukkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia menekankan bahwa pesawat tersebut justru akan digunakan oleh Presiden Indonesia yang terpilih nanti, serta presiden-presiden RI di masa yang akan datang.

”Dalam waktu dekat akan segera dioperasikan, dalam satu hari besok (hari ini) mudah-mudahan diselesaikan sertifikasinya. Jadi minggu depan uji coba penerbangan dan kemudian Persiden akan bisa menggunakan. Tapi, Presiden yang akan datang yang lebih banyak pakai,” tegasnya. Acara penyambutan pesawat kepresidenan jenis Boeing Business Jet 2 itu ber langsung cukup megah.

Pesawat yang menempuh perjalanan jauh dari Amerika itu, disambut dengan acara seremonial. Dua mobil pemadam kebakaran menyemburkan air ke badan pesawat tersebut. Dari segi desain atau livery pesawat, cu kup minimalis. Pesawat tersebut didominasi warna biru langit dengan dua garis merah dan putih menghiasi sebagai pinggirannya. Sementara di bagian lambung pesawat berwarna putih. Logo Garuda Pancasila dan tulisan Republik Indonesia berdampingan di bagian depan pesawat.

Pada bagian kanan-kiri pesawat terdapat logo bendera merah putih yang berada di bagian ekor pesawat. Menyoal desain dan warna, Sudi menuturkan, hal tersebut tidak diputuskan oleh Presiden. Ada pertimbangan-pertimbangan tertentu terkait desain tersebut. Namun, diputuskan menggunakan warna biru, untuk alasan keamanan penerbangan. ”Sebagian juga bagian dari warna kamu flase. Ini tidak ada arahan dari manapun, ada 14 warna yg disodorkan, lalu diajukan ke sesneg, lalu dilakukan poling pendapat di kemensesneg, lebih dari separoh memilih warna ini.

Yang mengoperasikan TNI AU dan seragamnya mirip,” urainya. Untuk spesifikasi, pesawat yang diproduksi Boeing Company sejak 2011 itu me miliki rentang sayap 35,79 meter, tinggi 12,50 meter, dan panjang 38 meter. Pesawat canggih ini dipasangi dengan 2 engine CFM 56-7p. Pesawat BBJ2 dirancang untuk memuat empat VVIP class meeting room, dua VVIP class state room, 12 executive area, dan 44 staff area. Interior pesawat dirancang untuk dapat mengakomodasi hingga 67 orang penumpang.

Jumlah itu disebut cukup untuk sebuah rombongan presiden. Pesawat tersebut mampu terbang dengan ketinggian maksimal 41.000 feet, dan memiliki kemampuan selama 10 jam. Pesawat tersebut juga memiliki kecepatan jelajah maksimum 0,785 mach dan kecepatan maksimum 0,85 mach. (ken)

PESAWAT KEPRESIDENAN RI

Biaya Beli

Jenis: Boeing Bussiness Jet 2
Harga: USD 91,209 juta
Perawatan-Operasional 5 tahun: USD 36,533 juta
Biaya depresiasi: USD 10,423 juta
Total ongkos: USD 138,166 juta

Biaya Sewa
Sewa 5 Tahun: USD 89,78 juta

Di mana Hematnya?
Harga pesawat usia 5 tahun: USD 80,78 juta
Total ongkos-sewa 5 tahun: USD 48,64 juta
Penghematan: USD 80,78 juta – 48,64 juta=USD 32,136 juta

Sumber: indopos.com, Jumat, 11 April 2014 Berita Utama | Uploader reza aditya
—————
Macam-macam Pesawat Kepresidenan Indonesia

Saat Jusuf Kalla masih menjabat Wakil Presiden, dirinya pernah mengalami pengalaman buruk dengan pesawat kepresidenan.

Pada Juli 2006 dalam penerbangan dari Jakarta menuju Bandar Udara Polonia, Medan, pesawat kepresidenan Fokker 28 TNI AU yang ditumpangi Wapres dan sejumlah menteri mengalami keretakan di kaca kokpitnya. Akhirnya, dikirim pesawat cadangan dari Halim. Wapres langsung mengutarakan rencana lama yang masih tertunda untuk mempunyai pesawat khusus kepresidenan. “Umurnya kan sudah 30 tahun. Jadi, harus diganti yang lebih baik lagi”, ujar Kalla ketika itu.

Sejak zaman Presiden Soekarno, berbagai macam pesawat dipakai untuk kunjungan resmi. Berikut ini ulasannya.

1. Pesawat Kepresidenan Bung Karno:
Awalnya, Bung Karno menggunakan dua buah pesawat jenis C-140 Jetstar. Pesawat buatan pabrikan Lockheed itu diberi nama Pancasila dan Saptamarga. Pesawat ini salah satunya sudah menjadi penghuni Museum Dirgantara di Yogyakarta. Setelah Jetstar, Bung Karno memakaj Ilyushin Il-14, pemberian dari pemerintah Rusia. Pesawat yang masih menggunakan baling-baling ganda yang diberi nama Dolok Martimbang itu dioperasikan Skadron 17 AURI.

2. Pesawat Kepresidenan Soeharto
Presiden Soeharto menggunakan beberapa jenis pesawat. Pada masa awal pemerintahan, untuk kunjungan dalam negeri, Presiden Soeharto menggunakan Hercules C-130 milik TNI AU. Pesawat Douglas DC-8 juga sempat digunakan untuk kunjungan ke luar negeri. Kunjungan dalam negeri lainnya, Soeharto kerap menggunakan beberapa pilihan. Ada Avro RJ-185 milik Pelita Air Service.

Lalu Fokker F-28, yang dioperasikan perusahaan penerbangan Pelita Air Service. Pesawat lainnya adalah British Aerospace 146, yang mampu membawa 100 penumpang. Untuk kunjungan ke luar negeri, Soeharto menggunakan Airbus A330 milik Garuda.

3. Pesawat Kepresidenan SBY
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih menggunakan beberapa pesawat yang digunakan pendahulunya, seperti Airbus A330-341 dan A330-300 milik Garuda. Pesawat itu dimodifikasi sesuai tingkat kebutuhan presiden dan bisa memuat maksimal 140-an penumpang. Airbus biasa digunakan SBY bila berkunjung ke luar negeri. Untuk mengunjungi pelosok Indonesia, SBY tetap memakai Avro RJ-185 milik Pelita Air Service.

Pesawat buatan tahun 1992 ini dibeli Pertamina pada era Presiden Soeharto dan dijadikan pesawat khusus kepresidenan. Semua, presiden–dari Presiden Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, hingga Megawati Soekarnoputr–memilih pesawat ini jika bepergian di dalam negeri.

Fokker 28 milik TNI AU termasuk yang masih digunakan SBY. Pesawat yang dibuat tahun 1975 biasanya dipilih untuk menemani kunjungan dalam negeri. Pesawat lain yang juga dipakai SBY adalah Boeing 737-200 milik TNI AU yang diproduksi pada 1981. Untuk helikopter, SBY biasa mengunakan helikopter Super Puma SA-330 dan SA-332 milik TNI AU.

Di penghujung kepemimpinanya, Presiden SBY mengklaim memberikan warisanya bagi penerusnya. “Kalau (pesawat) itu jadi, pada 2013, saya hanya setahun menggunakannya. Bagus kalau pemerintahan yang akan datang bisa lebih efisien dan bisa menggunakan yang lebih baik,” katanya pada 13 Februari 2012.

Sumber: Tempo.co, JUM’AT, 13 DESEMBER 2013 | 06:59 WIB
——————
KELEBIHAN PESAWAT KEPRESIDENAN RI BOEING 737

Pihak Istana Kepresidenan akhirnya buka suara terkait kontroversi pembelian pesawat kepresidenan 737-800 Boeing Business Jet 2 senilai 91 juta dollar AS. Ada tiga aspek yang melatari pembelian pesawat kepresidenan yang didukung sepenuhnya oleh Komisi II DPR.

Pertama, aspek keamanan. Sekretaris Kementerian Sekretaris Negara Lambock V Nahattands mengatakan, pesawat carter kepresidenan, yang biasanya Garuda Indonesia Airline, memiliki risiko keamanan yang lebih tinggi. Pasalnya, pesawat carter kepresidenan juga digunakan sebagai pesawat komersial.

“Selain itu, pesawat carter tidak dilengkapi peralatan navigasi, komunikasi, cabin insulation, dan inflight entertainment,” kata Lambock di Kemsesneg, Jakarta, Kamis (9/2/2012).

Terkait aspek operasional, kata Lambock, kenyamanan dan kesiapan pesawat carter tidak optimal. Ketika hendak digunakan, pesawat carter yang merupakan pesawat komersial perlu direkonfigurasi sesuai dengan kebutuhan pihak Istana Kepresidenan. Proses rekonfigurasi, termasuk pengaturan ulang susunan kursi, memerlukan waktu yang tak singkat.

“Selain itu, pesawat carter yang bisa terbang jauh hanya pesawat berbadan besar sehingga tidak bisa mendarat di bandara kecil. Padahal, penerbangan VVIP (very very important person) membutuhkan pesawat yang mampu terbang jauh dan mendarat di bandara kecil,” kata Lambock.
Sebaliknya, pesawat kepresidenan yang dimiliki oleh lembaga kepresidenan akan memudahkan koordinasi antara Sekretariat Militer, Pasukan Pengamanan Presiden, TNI Angkatan Udara, dan Sekretariat Negara.

Dari aspek ekonomi, rekonfigurasi khusus menimbulkan opportunity loss bagi maskapai penerbangan.Opportunity loss ini turut menjadi komponen biaya yang harus dibayar negara.

Rincian biaya
Pada kesempatan itu, Lambock pun merinci biaya pembelian pesawat ke Boeing Company. Angka 91,2 juta dollar AS ini terdiri dari biaya pembelian pesawat green aircraft (pesawat tanpa interior kabin/kopong) sebesar 58,6 juta dollar AS, biaya interior kabin sekitar 27 juta dollar AS, biaya pemasangan sistem keamanan 4,5 juta dollar AS, dan biaya administrasi 1.109.560 dollar AS.

Pemerintah, kata Lambock, telah melunasi pembelian pesawat green aircraft. Pembayaran dilakukan secara bertahap, mulai tahun 2010 hingga 2012. Pada tahun 2010 hingga 2012, pemerintah membayar secara berturut-turut sebesar 11.720.000 dollar AS, 10.280.000 dollar AS, dan 36.600.000 dollar AS.

Pengerjaan pesawat green aircraft yang diproduksi di Seattle, Amerika Serikat, telah selesai. Saat ini, pemerintah tengah melakukan tender terkait pengerjaan interior kabin. Diperkirakan, pesawat kepresidenan yang dilengkapi dengan 6 tangki sehingga dapat terbang tanpa henti selama 10-12 jam ini dapat digunakan sejak Agustus 2013.

Rencana pembelian pesawat kepresidenan ini telah disetujui DPR pada tahun 2010. Kementerian Keuangan juga telah menyetujui pembayaran pengadaan pesawat green aircraft ini melalui surat nomor S-566/MK.2/2010 tanggal 21 Desember 2010 melalui kontrak tahun jamak (multiyears contract).

Pada 2012, Kementerian Keuangan melalui surat nomor S-8/MK.2/2012 telah menyetujui pengadaan interior kabin dan sistem keamanan pesawat kepresidenan melalui kontrak tahun jamak. “Dalam merencanakan pembelian pesawat kepresidenan, Kementerian Sekretariat Negara selalu berkonsultasi dengan instansi terkait agar mekanisme pengadaannya tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,” kata Lambock.

Kelebihan Pesawat Kepresidenan RI Boeing 737 —Inilah AirForce One-nya Indonesia yang dibeli dengan total harga 91,2 juta dollar AS, yang kalau di rupiahkan dan dikonversi kedalam bentuk koin ratusan rupiah bisa menuhi Senayan.

Kelebihan Pesawat Kepresidenan RI Boeing 737:

  • Lebih aman karena hanya digunakan untuk urusan kepresidenan. Berbeda dengan sebelumnya yang “sewa” pesawat komersil Garuda.
  • Pesawat Kepresidenan RI Boeing 737 dilengkapi peralatan navigasi, komunikasi, cabin insulation, dan inflight entertainment. Inflight entertainment? Presiden juga manusia, hiburan juga penting banget…hikks
  • Bisa terbang jauh dan bisa mendarat di landasan kecil.
  • Lebih nyaman karena desain interiornya fixed. Tidak seperti pesawat carter yang perlu ditata ulang dulu sebelum di pakai presiden.
  • Lebih hemat karena gak nombok seperti pada pesawat komersil carteran yang harus mengganti pemasukan selama pesawat tersebut digunakan oleh presiden.
  • Pesawat kepresidenan RI Boeing 737 yang dimiliki oleh lembaga kepresidenan akan memudahkan koordinasi antara Sekretariat Militer, Pasukan Pengamanan Presiden, TNI Angkatan Udara, dan Sekretariat Negara.

Pesawat Kepresidenan RI Boeing 737 ini akan siap digunakan pada Agustus 2013
————
Seperti Apakah Pesawat Kepresidenan Indonesia?

Seperti apakah pesawat kepresidenan RI? Ini detail spesifikasinya.

Sejak tiba di Base Operations (Base Ops) Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, sosok pesawat kepresidenan RI jenis Boeing Business Jet 2 (BBJ2) membuat takjub para tamu undangan acara serah terima yang langsung dihadiri dari pihak Boeing.

Sebab sejak 69 tahun merdeka, ini merupakan kali pertama Indonesia punya pesawat kepresidenan.

Pesawat Boeing 737-800 untuk presiden RI ini diproduksi Boeing Company sejak 2011. Pesawat itu memiliki rentang sayap 35,79 meter, tinggi 12,50 meter, dan panjang 38 meter. Pesawat canggih ini dipasangi dengan 2 engine CFM 56-7.

Pesawat BBJ2 dirancang untuk memuat 4 VVIP class meeting room, 2 VVIP class state room, 12 executive area, dan 44 staff area. Interior pesawat dirancang untuk dapat mengakomodasi hingga 67 orang penumpang. Jumlah itu disebut cukup untuk sebuah rombongan presiden.

BBJ2 mampu terbang dengan ketinggian maksimal 41.000 feet, mampu terbang selama 10 jam, memiliki kecepatan jelajah maksimum 0,785 mach dan kecepatan maksimum 0,85 mach. Pesawat juga dilengkapi dengan perangkat keamanan dan tangki bahan bakar telah ditambah untuk daya jangkau sampai dengan 10.000 kilometer.

Dengan kemampuan itu, pesawat ini lebih dari cukup untuk menjangkau seluruh pelosok Tanah Air dan tugas kepresidenan di negara sahabat. Pesawat seri 737-800 ini juga merupakan jenis yang sama yang digunakan maskapai penerbangan pelat merah, Garuda Indonesia.

Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi mengatakan, pesawat kepresidenan ini memang dirancang untuk dapat memenuhi persyaratan demi menunjang pelaksanaan tugas kenegaraan presiden RI.

“Setelah melalui proses 4 tahun, pagi ini kita menyaksikan bersama pesawat kepresidenan khusus didesain untuk jalankan tugas pemerintahan dan kenegaraan dari presiden RI,” ujar Sudi di Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Kamis (10/4).

Sudi mengapresiasi pihak Boeing yang sudah merealisasikan desain sesuai dengan yang diinginkan Indonesia. Proses fabrikasi dan modifikasi pesawat tersebut memakan waktu 5 tahun.

Dia melanjutkan, serah terima pesawat yang dilaksanakan hari ini merupakan peristiwa penting untuk Indonesia. Sudi menyerahkan pesawat kepresidenan itu kepada pihak TNI Angkatan Udara dan Garuda Indonesia untuk bersama-sama merawat dan memelihara pesawat tersebut.

(Robertus Belarminus, KOMPAS.com)

Sumber: http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/seperti-apakah-pesawat-kepresidenan-indonesia

———-

Pesawat RI-1 Akan Jelajahi Aceh-Papua Hingga Miangas-Pulau Rote

Pesawat kepresidenan RI akan menjalani uji ketahanan terbang pekan depan. Selama 11 jam, Boeing Business Jet 2 itu akan terbang menjelajahi Indonesia. Bagaimana rutenya?

“Dari Aceh sampai Papua, dari Miangas sampai Pulau Rote?,” kata Wamenhan Sjafrie Syamsuddin di sela-sela Defence Service Asia di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (14/4/2014).

Pesawat itu memang sudah diuji coba terbang di negara lain, tapi kali ini akan kembali dicoba ketahanannya di wilayah Indonesia. “Nanti ada dari Kemenhan, dari Garuda, dari TNI AU, dan dari pihak terkait yang ikut uji coba,” jelas dia.

Pesawat Boeing Business Jet 2 ini memang pesawat khusus. Tentu harus mempunyai kemampuan maksimal. Pihak Kemenhan sudah melakukan uji sertifikasi dan akan melakukan uji ketahanan terbang pekan depan.

Pesawat seharga Rp 840 miliar itu tiba di Indonesia pada Kamis (10/4) lalu. Rencananya, presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menggunakannya 2-3 kali lagi sebelum mengakhiri masa jabatan.

Operasional pesawat akan dipegang oleh TNI AU sementara perawatannya ditangani Garuda Maintenance Facility (GMF).

Indra Subagja – detikNews

Sumber: detik.cm, Senin, 14/04/2014 14:44 WIB
————-
Melihat Cara Garuda Merawat Pesawat Presiden RI

Garuda Maintanance Facility (GMF) sudah siap merawat pesawat kepresidenan RI. Sejumlah persiapan sudah dilakukan, mulai dari teknologi hingga sumber daya manusia.

Direktur Utama GMF AeroAsia Richard Budihadianto menyambut baik rencana kedatangan pesawat Boeing Business Jet 2 tersebut. Pihaknya akan menjadi tim perawatan, sementara TNI AU menangani operasionalnya.

“Kami dengan senang hati menerima kepercayaan menangani pesawat kepresidenan ini,” kata Richard dalam rilis kepada detikcom, Senin (15/4/2014).

Perawatan yang akan dilakukan oleh GMF mencakup line maintenance handling up to C-check (overhaul), perawatan ringan sampai perawatan besar. Selain itu, GMF juga memberikan dukungan suku cadang, perawatan komponen, ke-engineeringan, perawatan cabin, training serta re-painting dan logo design, jika diperlukan.

Program perawatan ini disesuaikan dengan karakteristik penggunaan pesawat. Penggunaan pesawat komersial biasanya mencapai 3.000 jam terbang per tahun. Untuk pesawat kepresidenan biasanya 300-400 jam terbang per tahun.

“Perawatan ringan mulai kita lakukan April ini di Bandara Halim Perdanakusuma,” katanya. Sedangkan perawatan besar akan dilakukan di Hangar 4 GMF.

Kesiapan GMF menangani perawatan pesawat kepresidenan mencakup semua aspek antara lain kapabilitas, kapasitas, dan sumber daya manusia. “Aspek-aspek yang terkait dengan perawatan pesawat yang dijalankan GMF sudah mendapat approval dari FAA dan EASA,” katanya

GMF AeroAsia sudah memiliki certificate of approval dari FAA untuk semua tipe pesawat yang beroperasi di Indonesia seperti B747-Series, B737-NG, B777-Series, dan lain-lain. Level perawatan pesawat B737-NG misalnya, sudah mencapai tahap overhaul.

“Kapabilitas ini terus kami kembangkan sesuai kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar,” katanya.

Selain itu, GMF AeroAsia juga pernah menangani perawatan pesawat kepresidenan VVIP Yemenia pada tahun 2009. Pesawat Kepresidenan Yaman tipe B747-SP itu menjalani perawatan C-Check dan modifikasi interior. GMF juga memberikan pelatihan bagi lima orang teknisi Yemenia Presidential Flight di Jakarta bersama perawatan pesawat milik pemerintah Yaman tersebut. Kerjasama dengan Pemerintah Yaman berlangsung sejak tahun 2003.

Sedangkan dari aspek kapasitas, daya tampung GMF semakin meningkat, terutama jika Hangar 4 yang sedang dibangun mulai beroperasi pada pertengahan 2014 ini. Pembangunan hangar senilai Rp 500 miliar ini terus berjalan sesuai rencana. Hangar 4 dengan total luas 57.000 meter persegi ini merupakan upaya GMF meningkatkan kapasitas produksi sekaligus melengkapi tiga hangar yang telah beroperasi sebelumnya.

“Hangar 4 ini untuk menjawab kebutuhan pasar perawatan pesawat narrow body, baik untuk kawasan domestik maupun regional,” katanya. GMF membangun hangar baru karena pertumbuhan pesawat di Indonesia, terutama Garuda Indonesia sangat pesat.

Hangar 4 yang dirancang dengan konsep butterfly ini terdiri dari dua wing, area perkantoran, dan workshop di bagian tengah. Satu wing khusus digunakan untuk perawatan pesawat Garuda dan satu wing lain untuk Non Garuda baik domestik maupun internasional. Luas area perkantoran dan workshop mencapai 17.600 meterpersegi (dua lantai) dan luas hangar 46.400 meterpersegi. Hangar ini mampu menampung 16 pesawat berbadan kecil (narrow body) untuk melaksanakan perawatan secara bersama. Dari 16 bay yang ada, satu bay digunakan sebagai fasilitas painting. “Hangar 4 akan menambah kapasitas GMF secara signifikan,” katanya.

Peningkatan kapasitas yang disertai dengan pengembangan kapabilitas sumber daya manusia ini tidak hanya menguntungkan GMF AeroAsia, tapi juga maskapai domestik dan bangsa Indonesia. Dengan kapasitas GMF yang bertambah, jumlah pesawat narrow body yang dapat melaksanakan perawatan di dalam negeri semakin banyak. Selain meningkatkan efisiensi operator pesawat, keberadaan hangar baru ini juga membantu menekan jumlah devisa yang mengalir ke luar negeri. “Apalagi Hangar 4 ini dikerjakan oleh perusahaan dalam negeri dan pendanaannya didukung oleh institusi keuangan dalam negeri,” katanya.

Rachmadin Ismail – detikNews
Sumber: detik.com, Senin, 14/04/2014 09:56 WIB

———

Ini Cara GMF Merawat Pesawat Kepresidenan RI agar Selalu Siap Terbang

Garuda Maintenance Facility (GMF) sudah siap menyambut kedatangan pesawat Boeing Business Jet-2 milik Kepresidenan RI. Pesawat tersebut akan dirawat agar selalu dalam kondisi terbaik. Bagaimana caranya?

General Manager Corporate Communication GMF Mochamad Aviv mengatakan, ada sekitar 70 pesawat milik Garuda Indonesia yang sama jenisnya dengan pesawat kepresidenan. Artinya, tim GMF sudah cukup banyak pengalaman untuk merawat pesawat tersebut.

“Tipe pesawatnya kan sama dengan 737-800. Garuda sudah mengoperasikan di atas 70 pesawat seperti itu, harusnya nggak ada kendala,” terang Aviv saat berbincang dengan detikcom, Jumat (11/4/2014).

Menurut Aviv, perawatan yang berbeda hanya dari segi interior saja. Sebab ada perbedaan mendasar antara pesawat komersil yang dioperasikan Garuda Indonesia dengan pesawat RI-1 yang lebih private. Di BBJ-2, interiornya lebih ‘mahal’ dan butuh perhatian khusus.

“Dari segi chemical standard-nya beda, lalu sisi interiornya juga. Pasti ada special treatment kita,” tegasnya.

GMF hanya akan mengurusi perawatan pesawat dari interior dan mesin saja. Dari segi keamanan, itu akan diserahkan ke TNI AU. Selama tidak dipakai, pesawat akan tetap dirawat secara maksimal, dengan cara ‘dipanaskan’ atau sekadar digerakkan dengan jarak yang dekat.

Aviv memastikan, perawatan pesawat baru tidak akan terlalu sulit. Sebab, biasanya masalah besar baru muncul di usia pesawat saat memasuki 5 tahun. Itu pun untuk pesawat komersil.

“Kalau pesawat presiden dengan utilisasi rendah. Kalau pesawat komersil per tahun bisa di atas 3.000 flight hours, ini paling 300-400 flight hours,” jelasnya.

Nah, yang menjadi pertanyaan besar dari perawatan pesawat RI-1 tentu saja dari segi biaya. Berapa duit yang harus dikeluarkan untuk mengurus pesawat sebesar itu?

“Saya nggak bisa bicara soal biaya, tapi kita menggunakan pendekatan budget. Berapa budget kementerian kita sesuaikan,” jawab Aviv diplomatis.

Dari situs Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), diketahui pagu paket pengadaan suku cadang pesawat tersebut Rp 16,6 miliar. Selain suku cadang, pemerintah juga mengadakan lelang pemeliharaan kebersihan hanggar pesawat Kepresidenan Skuadron Udara 45 dan VVIP Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur. Nilai dari paket pengadaan pemeliharaan kebersihan tersebut mencapai Rp 1,33 miliar. Semua menggunakan APBN tahun 2013.

Pemerintah menunjuk PT Kasa Cipta Persada untuk pemenang lelang Suku Cadang Pesawat. Sedangkan PT Tataruang Dinamika menjadi pemenang dalam pemeliharaan kebersihan hanggar pesawat kepresidenan.
Rachmadin Ismail – detikNews

Jumat, 11/04/2014 17:13 WIB

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 13 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB