Perubahan Iklim; ”SMS Penting” bagi Nelayan dan Petani

- Editor

Jumat, 14 November 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Guna menyiasati tanda-tanda musim yang tak jelas lagi, petani rumput laut, nelayan, dan penyedia jasa penyeberangan antarpulau di Kota dan Kabupaten Kupang memanfaatkan aplikasi SMS Penting. Melalui program Smesta itu, mereka mendapat pesan singkat berisi informasi musim dan cuaca untuk menunjang aktivitas.

”Kami memanfaatkan informasi cuaca dari web Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),” kata Public Outreach Officer Perkumpulan Pikul Danny Wetangterah saat kunjungan lapangan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) di Kupang, Kamis (13/11). LSM Pikul menjalankan program itu.

ICCTF mendanai Smesta dengan anggaran Rp 490 juta yang berjalan sejak Juli 2014. Saat ini, pengguna layanan SMS Penting 1.084 orang. Smesta dilatarbelakangi minimnya warga yang mengakses informasi cuaca dan musim serta kesulitan memahami data BMKG.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tanpa kemampuan mengantisipasi musim dan cuaca, petani dan nelayan merugi. Petani berisiko gagal panen karena salah memperkirakan awal musim tanam. Nelayan juga bisa kehilangan nyawa. ”Tiga tahun terakhir, 12 kapal nelayan tenggelam atau rusak karena terlambat memprediksi cuaca buruk,” kata Danny.

Koordinator program Smesta Kota Kupang, Un Weo, mengatakan, program itu membantu petani rumput laut di Tablalong, Kupang, menghindari risiko kerugian pada Agustus 2014. Petani yang mematuhi peringatan dini cuaca buruk menarik rumput laut ke daratan dan terhindar dari potensi kerugian Rp 10 juta, sedangkan petani yang mengabaikan peringatan dini merugi.

Menurut Kepala Bidang Informasi Perubahan Iklim Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG Nasrullah, tanda-tanda alam untuk membaca pergantian musim dan cuaca tak bisa lagi dijadikan satu-satunya pegangan. ”Tanda-tanda alam semakin tak terlihat,” ujarnya.

Contohnya, daerah Timor yang biasa mendapat hujan pertama pada 31 Oktober tahun ini bergeser 7 November. Hujan pertama dipakai petani Timor memperkirakan awal musim. (JOG)

Sumber: Kompas, 14 November 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:41 WIB

Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial

Berita Terbaru

Profil Ilmuwan

Mengenal Achmad Baiquni, Ahli Nuklir Pertama Indonesia Kelahiran Solo

Selasa, 29 Apr 2025 - 12:44 WIB

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB